Merawat Generasi

Sabtu, 04 Juli 2015 – 17:17 WIB
Adhyaksa Dault. FOTO: ist

jpnn.com - SETIAP zaman sudah pasti memiliknya ceritanya sendiri. Pengalaman dan rekam jejak kita di masa lalu sudah pasti berbeda dengan generasi muda hari ini. Ya, perbedaan cerita itu karena aktor dan latarnya yang juga memang berbeda. 

Kita yang lahir 40 atau 50 tahun silam dengan anak yang dilahirkan saat ini merasakan aroma zaman yang berbeda. Dari hal sederhana seperti mainan yang dulu biasa mewarnai masa-masa kanak-kanak kita, berbeda jauh dengan mainan anak-anak saat ini. 

BACA JUGA: Merajut Persaudaraan

Sekarang hampir semuanya melibatkan peran tekhnologi. Bahkan, metode dan fasilitas belajar yang tersedia di beberapa sekolah saat ini amat sangat jauh berbeda dengan saat kita duduk di bangku sekolah dulu. Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan.

Anak-anak hari ini memang dipaksa untuk melek dengan hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan dan kecanggihan tehknologi. Jika tidak, ketertinggalan adalah konsekwensi logis yang akan kita alami.

BACA JUGA: Mengingat Mati Cara Raih Pengampunan

Meski zaman selalu menyuguhkan cerita dan sesuatu yang berbeda, tapi harus kita sadari bahwa nilai yang diusung masih tetap sama. Dan akan selalu seragam. Yaitu nilai keagamaan. 

Nilai keagamaan akan selamanya menjadi pakaian zaman yang menjadi tameng untuk setiap generasi. Secanggih apapun permainan anak-anak saat ini toh pada akhirnya orang tua akan selalu menerapkan nilai yang sama, yaitu saat waktunya sekolah dan beribadah semua mainan harus ditinggalkan. 

BACA JUGA: Meraih Pengampunan

Pun demikian dengan secanggih apapun metode dan fasilitas yang tersedia di dunia pendidikan kita hari ini orientasinya pun tetap sama. Yaitu, melahirkan generasi terbaik yang akan membawa manfaat untuk dirinya, orang tua, agama, dan bangsa ini. 

Orientasi itu masih utuh hingga kini. Sedikitpun tidak mengalami degradasi. Inilah yang terus dipertahankan dan diperjuangan oleh nilai keagamaan yang kita miliki. 

Nilai ini yang menuntut kita untuk aktif dan mewaspadai dari hal-hal yang berpotensi merusaknya. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya pada surat Al-Furqan ayat 74: "Dan orang-orang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenangan hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Nilai keagamaan menjadi modal berharga untuk kita tetap kokoh melawan setiap godaan zaman. Modal ini adalah warisan dari para Rasul, Nabi, sahabat, tabi'in, dan orang-orang sholeh sebelum kita. 

Oleh karenanya kita akan selalu berusaha mempertahankannya walau dengan resiko apapun. Apalagi, sebagai sebuah bangsa yang memang dilahirkan dari nilai yang luhur hasil perpaduan agama dan budaya, kita akan terus merasa tertantang dalam membentengi generasi muda kita dari ancaman apapun. 

Bagi kita, menjaga jalannya proses regenerasi di keluarga dan lingkungan merupakan suatu keharusan. Dia adalah titah agama yang harus dijalankan. Sebab, jika itu gagal maka dampaknya tidak hanya di dunia karena generasi kita menjadi penyakit masyarakat dan lingkungan, tapi juga akan kita rasakan di akhirat kelak. 

Allah SWT berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6: "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras."

Ayat ini memberi peringatan bahwa kita sebagai orang tua punya tanggung jawab yang besar di hadapan Allah SWT. Kita dituntut untuk memastikan bahwa keluarga yang kita pimpin semuanya berada di jalan yang Allah SWT inginkan. 

Maka cara memastikannya adalah dengan membangun dan merefleksikan nilai-nilai itu di dalam kehidupan. Dia adalah sumber rujukan terbaik dan paling mulia dalam kehidupan ini. Tidak ada celah kekurangan padanya. 

Yakinlah sejauh apapun kita melangkah pada akhirnya kita akan kembali kepada nilai keagamaan sebagai jalan hidup. Kalau pun sekarang di antara kita masih ada yang mengabaikan nilai ini, itu karena masih diselumuti ego yang pada akhirnya akan berujung pada penyesalan. 

Oleh karenanya sebelum lembar penyesalan bertambah maka alangkah baiknya kita sudahi saat ini.

Jangan sampai generasi yang kita miliki saat ini nantinya menjadi musuh kita sendiri. Peringatan Allah SWT sudah Dia sampaikan lewat firman-Nya dalam surat At-Thagabun ayat 14. "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu kepada mereka." 

Peringatan Allah SWT ini sudah sangat relevan dengan kondisi sosial masyarakat kita saat ini. Berapa banyak berita yang memberitakan seorang anak membunuh ayah kandungnya sendiri, seorang anak yang memerkosa ibu kandungnya sendiri. 

Sebelum itu menimpa keluarga kita, mari kita basuh hati dan pikiran anak-anak kita dengan nilai yang Allah SWT tawarkan kepada kita. Semoa Allah SWT membimbing setiap usaha kita menciptakan generasi terbaik di zaman ini dan setelahnya. (*)

 

Oleh: 

Adhyaksa Dault

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendidik Lidah untuk Berujar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler