Merawat Hidayah

Rabu, 08 Juli 2015 – 09:54 WIB
Adhyaksa Dault. FOTO: ist

jpnn.com - SEJATINYA yang manusia harapkan dalam kehidupan ini hanya hidayah atau petunjuk Allah SWT. Dengannya apa yang kita tempuh saat ini akan bernilai dan berdaya guna. 

Jalan panjang kehidupan akan kita lalui dengan penuh optimisme walaupun pada prosesnya ada banyak krikil yang dilewati. Hal itu tergambar jelas dalam doa kita setiap kali melaksanakan ibadah sholat. Dalam surat Al-Fatihah ayat 6-7: "Tunjukilah kami jalan lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang dimurkai, bukan pula jalan mereka yang sesat." 

BACA JUGA: Merawat Generasi

Setiap sholat kalimat itu kita lantunkan. Tujuannya agar jalan kebenaran yang kita pegang erat saat ini tidak dirongrong oleh kekuatan apapun. 

Karena kita sadar bahwa setiap saat selalu ada godaan untuk kita bergeser dari ketentuan dan jalan yang Allah SWT harapkan. Kita pun menyadari bahwa hanya Allah SWT yang bisa menjaga kita dari godaan tersebut. 

BACA JUGA: Merajut Persaudaraan

Seberapa besar pun godaan menghampiri, ketika Allah SWT telah memilih kita untuk tetap berada di jalan-Nya, maka kita yakinlah kebenaran yang Allah SWT berikan akan tetap tertanam erat di hati.

Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada manusia terpilih. Baik terhadap orang yang awalnya non muslim kemudian memutuskan menjadi muallaf, maupun orang yang memang sudah memeluk Islam lalu dikuatkan keislamannya. Salah satu bukti tentang kedahsyatan hidayah tersebut ada pada sejarah Umar bin Khattab. 

BACA JUGA: Mengingat Mati Cara Raih Pengampunan

Umar dikenal sebagai tokoh Quraisy pemberani yang selalu berada di barisan terdepan dalam melawan Islam dan ajaran tauhid yang Rasulullah SAW bawa. Bahkan ancaman pembunuhan selalu dia serukan kepada Rasulullah SAW dan pengikutnya. 

Namun, ternyata Allah SWT lebih memilih Umar untuk menjadi pembela dakwah Rasulullah SAW dari pada menjadi penentang. Dia diberikan hidayah untuk selanjutnya memutuskan mengucap kalimat dua syahadat di hadapan Rasulullah SAW sesaat setelah mendengar bacaan ayat suci Alquran yang dibaca oleh adiknya sendiri yang lebih dulu memeluk Islam. 

Pertanyaan, kenapa banyak orang non muslim yang mendengar bacaan Alquran tapi tak kunjung menjadi seorang muslim? Jawabannya karena hidayah adalah wilayah proregatif Allah SWT.

Berbeda cerita dengan paman Nabi Muhammad SAW bernama Abu Tholib. Ketika Abu Tholib berada di akhir-akhir hayatnya, Rasulullah SAW berdoa kepada Allah SWT agar paman yang dicintainya itu segera diturunkan hidayah oleh Allah SWT. 

Sebab, walaupun Abu Tholib menjadi pendukung setia dakwah Islam tapi hingga menjemput ajal tidak kunjung mengucap dua kalimat syahadat. Hal inilah diratapi oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW seakan ingin protes kenapa paman yang dicintainya, orang yang selalu melindungi Nabi saat mendapat ancaman dari musuh, meninggal dunia dalam keadaan kafir. 

Keluhan Rasulullah SAW itupun langsung dijawab oleh Allah SWT dalam firman-Nya di surat At-Taubah ayat 113: "Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam." 

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu sayangi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki," Alquran surat Al Qashash ayat 56. Ini membuktikan bahwa hidayah itu tidak bisa diukur dengan pendekatan matematik. 

Padahal, jika diukur secara logika sederhana seharusnya yang lebih layak mendapat hidayah adalah Abu Tholib dari pada Umar. Ya, alasannya rekam kedua orang tua sepanjang hayatnya. Namun, lagi-lagi ruang hidayah adalah bagian dari misteri Allah SWT.

Oleh karena itu, kita yang sampai detik ini dipilih oleh Allah SWT sebagai orang muslim sudah sepantasnya banyak mengucap kalimat syukur. Selanjutnya, berdoa dan istiqomah untuk terus memegang teguh ajaran yang mengantar kepada kesalamatan ini. 

Allah SWT memberi doa khusus bagi kita agar hidayah Allah SWT ini tetap kita pertahankan hingga ajal menjemput. "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)," Alquran surat Ali Imran ayat 7. 

Rasulullah SAW pun mengajarkan doa khusus kepada ummatnya agar ajaran Islam ini tetap menjadi pakaian dari hati dan iman kita. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi: "Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu."

Salah satu cara agar radar hidayah Allah SWT selalu mengarah kepada kita adalah memaksimalkan serangkaian ibadah di bulan Ramadhan. 

Mulai dari ibadah puasa, sholat lima waktu, membaca Alquran, hingga ibadah-ibadah lain yang mendatangkan pahala. Sekarang tinggal kita sejauh mana kemauan kita agar hidayah ini tertanam kuat di dalam keimanan. 

Dengan sejuta keberkahan di dalam Ramadhan tampaknya akan sangat merugi jika detik demi detik Ramadhan ini terlewat begitu saja. Tanpa mampu menguatkan hidayah yang sudah kita punya. Selagi masih ada waktu yang tersisa di bulan mulia ini, mari kita gunakan untuk lebih dekat dengan Allah SWT karena hanya dengan itu pertolongan-Nya akan terus menanungi kita. (*)

 

Oleh:

Adhyaksa Dault

Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka

BACA ARTIKEL LAINNYA... Meraih Pengampunan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler