JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memutuskan tetap menyetop pasokan avtur ke PT Merpati Nusantara Airlines lantaran tak ada tanda-tanda itikad baik melunasi utang avtur senilai Rp 270 miliar ke BUMN migas ituBahkan belakangan, manajemen maskapai penerbangan itu dinilai telah mempolitisir masalah
BACA JUGA: Laris, Pesanan ORI Tembus Rp 10,7 T
“Berdasarkan pembicaraan antara Pemerintah dengan Pertamina sore tadi (kemarin, Red) dipertimbangkan untuk memasok kembali avtur yang telah dihentikan di Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Hasanudin Makasar
BACA JUGA: Kenaikan Tabungan Rumah PNS Terganjal Kementrian Lain
Harun mengatakan, tidak adanya itikad baik Manajemen Merpati untuk menyelesaikan secara baik inilah yang mendorong Pertamina untuk tetap melakukan penghentian pasokan avtur di dua bandara tersebut
BACA JUGA: Komposisi Kabinet Jangan Lupakan Ancaman Krisis Pangan
“Mempertimbangkan besarnya jumlah utang dibandingkan dengan kondisi keuangan Merpati maka diperkirakan hutang ini tidak akan terbayar,” ucapnya
Harun mengatakan, pihaknya tak ingin apa yang terjadi pada Merpati saat ini menular ke PertaminaPasalnya, jika Pertamina terus-menerus memasok avtur namun tanpa ada kepastian kapan utang bakal dilunasi, justru pihaknya yang akan merugi“Kita perlu ada kepastian kapan utang akan di bayarSebab, kalau seperti ini terus tidak sehat untuk Merpati dan Pertamina,” ujarnya
Dengan jumlah utang avtur yang sedemikian besar, Pertamina tidak bisa lagi mentolelir dan diharapkan Merpati beritikad baik membayar meskipun dengan cara mencicilSebenarnya, menurut Harun, harga tiket dibebani untuk bahan bakar, semestinya dari tiket tersebut bisa dibayarkan untuk utang mereka agar tidak selalu bertambah
Pertamina menghentikan pasokan avtur untuk Merpati Nusantara Airlines, khususnya di Bandara Juanda dan Hasanuddin, Ujung Pandang, sejak Sabtu (15/10) dini hari laluKewajiban yang perlu diselesaikan Merpati yakni long outstanding (utang tahap I) sebesar Rp 212 miliar yang merupakan akumulasi pengambilan avtur yang tidak dibayar selama periode 2006-2007 dan kewajiban atas timbulnya utang pengambilan Avtur sampai 26 Agustus 2011 (utang tahap II) Rp 44,2 miliar dan USD 700 ribu yang timbul dari pengambilan avtur setelah periode 2006-2007
Sehingga kerugian Pertamina atas kedua kewajiban Merpati tersebut masing-masing Rp 256,78 miliar dan USD 700 ribu, dimana nilai tersebut belum termasuk denda dan bungaUtang tersebut juga belum diakumulasikan dengan utang berjalan yang menurut catatan Pertamina terhitung hingga 15 Oktober 2011 pukul 00.00 mencapai Rp 3,83 miliar dan USD 104.163,65 dengan belum memperhitungkan pengambilan avtur pada
hari Sabtu dan MingguDalam melakukan kegiatan bisnis bahan bakar penerbangan, Pertamina menerapkan sistim deposit sehingga maskapai yang telah menebus avtur akan potong dari deposit tersebut, namun untuk Merpati hal tersebut dikecualikan untuk menjaga kegiatan operasional Merpati sebagai dukungan Pertamina dalam meringankan beban Merpati
Mekanisme penyelesaian utang telah ditempuh melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang bersedia memfasilitasi utang I dan II agar kewajiban Merpati itu dapat diselesaikanSayangnya, Pertamina belum mendapatkan penjelasan maupun realisasi atas rencana penyelesaian utang tersebut
Berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani oleh Merpati, PPA dan Pertamina pada 18 Agustus 2011, pembayaran atas pengambilan avtur mulai 5 September 2011 tidak lagi difasilitasi dan dijamin PPA, melainkan akan dibayar oleh langsung Merpati memakai mekanisme cash basis sehingga penjaminan oleh PPA hanya untuk utang tahap I dan II serta belum termasuk utang periode 5 September-15 Oktober 2011 maupun utang untuk pengambilan berikutnya
Sebelumnya, Direktur Utama Merpati, Capt Sardjono Jhony mengatakan, layanan operasi dari dan ke Bandara Juanda Surabaya dan Hasanuddin, Ujung Pandang, terhenti sampai dengan waktu yang belum ditentukan“Sesuai peringatan surat Pertamina No 225/F10300/2011-S3 tanggal 14 Oktober, bahwa saldo utang avtur kami periode 27 Agustus 2011 hingga 13 Oktober 2011 sebesar Rp 2,7 miliar dan USD 95,6 ribu,” katanya.
Dia mengakui bahwa hal itu terjadi karena secara finansial memang dalam kondisi sulit sejak beberapa tahun terakhir dan saat ini sedang menunggu turunnya bantuan keuangan dari pemerintahNamun, ia mengemukakan, terhadap utang tersebut sebenarnya sudah dicapai kesepakatan penyelesaian pada rapat 12 Februari 2011 antara Pertamina, PPA, dan Merpati yang dipimpin Meneg BUMN Mustafa Abubakar
Hal itu termasuk juga hasil rapat 18 Agustus 2011 yang menyatakan, terhadap utang Merpati akumulatif senilai Rp 270 miliar dan kewajiban avtur, akan diprioritaskan pembayarannya ketika penyertaan modal pemerintah senilai Rp 561 miliar cairKeputusan PMN senilai Rp561 miliar itu sendiri sudah diputuskan oleh pemerintah dalam APBN Perubahan 2011“Jadi, tinggal menunggu pencairan,” katanya
Dia menyebut, penghentian sementara tersebut boleh jadi meluas kepada rute dan pelayanan Merpati di luar dua hub utama itu (Surabaya dan Makassar)“Untuk sementara hingga Senin (17 Oktober), ada sekitar 43 layanan penerbangan terkait dari dan ke Bandara Juanda dan Hasanuddin, yang terganggu,” urainya
Untuk itu, tegasnya, pihaknya menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pelanggan Merpati, baik yang telah melakukan booking maupun sedang terbang bersama BUMN Penerbangan ituIa menyebutkan, kerugian akibat peristiwa ini jika berlanjut bagi Merpati sekitar Rp 2-2,5 miliar per hari
Merpati hingga saat ini mengoperasikan, enam pesawat Boeing 737-300 dan 400, dua Fokker 100 dan 12 MA 60Nah, yang terkena dampak penghentian operasi ini baru empat pesawat Boeing 737 series(lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Tambah 33 Penerbangan ke Palembang
Redaktur : Tim Redaksi