Sebagaimana diberitakan Reuters, operasi pasukan khusus AS yang menewaskan Saleh Ali Saleh Nabhan (28), sosok kelahiran Kenya itu, terjadi di kawasan pinggiran sebelah selatan Somalia, Minggu (13/9) lalu
BACA JUGA: Si Pelempar Sepatu Dibebaskan
Kejadian itu kontan memicu kemarahan besar dari kelompok pemberontak yang selama ini memerangi pemerintahan yang di-back up oleh PBB tersebutSejumlah pengamat memandang bahwa operasi itu sendiri menjadi salah satu bukti berharganya keterlibatan agen intelijen kontra-teroris AS
BACA JUGA: Jelang Dialog, Iran Tegaskan Tak Bahas Nuklir
Namun sebaliknya pula, masih menurut para pengamat, kejadian itu sekaligus beresiko akan lebih tersebarnya kebencian dan opini anti-Barat di negara yang terus menjadi pusat perhatian dunia tersebut.Nabhan, yang oleh pihak pemerintah Somalia bersama bantuan kekuatan asingnya dipastikan terkait dengan Al Shabaab, diburu terutama karena aksi peledakan bom bunuh diri dengan truk, yang menewaskan 15 orang di sebuah hotel pantai milik (orang) Israel, di Kenya, tahun 2002 lalu
"Kami memanggil seluruh pejuang-pejuang Muslim di dunia untuk datang ke Somalia," ungkap Sheikh Mahad Abdikarim, komandan pasukan Al Shabaab di kawasan Bay dan Bakol, dalam sebuah konferensi pers di kota Baidoa
BACA JUGA: Cina Tuduh AS Lakukan Dumping
Dalam hal ini, Abdikarim sekaligus menyebut soal keberadaan misi penjaga perdamaian Uni Afrika yang mendukung pemerintahan Presiden Sheikh Sharif Ahmed."Jika orang Burundi dan Uganda, yang bukan Muslim saja, diizinkan untuk berada di Somalia, siapa yang bisa menolak saudara-saudara Muslim kami bergabung dalam perjuangan ini?" tantang Abdikarim lewat pernyataannya(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertempuran Hebat di Barat Afghanistan
Redaktur : Tim Redaksi