Mirip Bengkel, Sehari Bisa Delapan Kali Transplantasi

Jumat, 29 Januari 2010 – 05:10 WIB
Tim dokter sedang melakukan operasi untuk mengganti organ pasien yang rusak dengan organ baru yang masih fresh. (foto: Nani Wijaya/Jawa Pos)

Kita sering mendengar pepatah, "Belajarlah walau sampai ke negeri China?Untuk transplantasi liver, Tiongkok memang tempat belajar yang paling tepat

BACA JUGA: Bermula dari Dahlan, agar Cangkok Hati Lebih Terjangkau

Selain jumlah kasus yang ditangani paling banyak, juga teknik operasinya paling maju
Begitu pula perawatan pascaoperasinya.

-----------------------------------------------------------
Oleh: Nany Wijaya--Wartawan Jawa Pos
-----------------------------------------------------------

Januari ini sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk datang ke Tianjin, Tiongkok

BACA JUGA: Pernah Menolak Tawaran Tinggal di Negerinya Ronaldo

Sebab, udara di kota itu, seperti juga di Beijing, sedang tidak ramah.  Suhunya bergerak dari minus 8 sampai minus 13 derajat Celsius, di bawah nol
Bagi orang lokal, ini musim dingin terburuk dalam lima tahun terakhir

BACA JUGA: Jadi Laporan Khusus Lima Halaman di Koran Nasional



Namun, karena berpacu dengan waktu, inilah pilihan terbaik kami.  Seperti yang saya sebutkan di tulisan kemarin, kami sedang berusaha menyelamatkan seorang bocah berumur tiga tahun yang sangat memerlukan liver baru

Bocah ini akan mendapatkan donor dari ibunyaUntuk itulah, sembilan dokter dan dua perawat dari RSUD dr Soetomo Surabaya belajar dengan sangat serius di OOTC (Oriental Organ Transplant Center), TianjinKondisi bocah inilah yang membuat kami tak takut pada dinginnya udara TiongkokKetika kami tiba, Minggu pagi (17/1), suhu di Beijing minus 10 derajat CelsiusBegitu pula di Tianjin, yang berjarak sekitar 2,5 jam dengan bus dari ibu kota negeri berpenduduk 1,3 miliar orang itu

Tanpa saya ceritakan pun, pembaca pasti sudah bisa membayangkan dinginnya udara bersuhu serendah ituDari dalam gedung terminal, terlihat salju masih menyelimuti sebagian jalan dan atap bangunan-bangunan di luar bandaraPadahal, sinar  matahari cukup cerahArtinya, udara di luar bandara memang sedang sangat dingin.

Tianjin sebenarnya bisa dicapai dengan kereta api yang baru dari BeijingLebih cepat, hanya 28 menitTetapi, karena kami masing-masing membawa koper besar "risiko traveling di musim dingin" terlalu ribet kalau harus menggunakan keretaApalagi, masih harus pakai underground (kereta bawah tanah) duluDan, di sana, baik di bandara maupun stasiun, tidak ada petugas portir yang bisa membantu mengangkat koperNaik bus lebih simpel karena bisa langsung naik dari bandaraTurunnya di terminal bus TianjinDari sini bisa naik taksi ke hotel atau ke mana pun tujuan kita   

Tepat jam makan siang, kami tiba di terminal TianjinDi situ Yang she fou (paman Yang) sudah menunggu kami dengan mobil pribadinyaDia inilah yang melayani segala kebutuhan Dahlan Iskan selama dirawat di TianjinKetika kembali ke tanah air, dia ikut dan tinggal di Surabaya selama enam bulan untuk mengurus makanan Dahlan.

Ini karena makanan punya peran penting dalam proses pemulihan pasien post-transplantJadi, meski dokter telah mengizinkan makan apa saja, sebagaimana orang normal, sebaiknya pasien tetap memperhatikan kandungan dan nilai gizi makanannyaMisalnya, jangan terlalu banyak mengonsumsi kandungan proteinSebab, liver baru belum bisa bekerja maksimalJarak terminal dengan Hotel Hua Xia tempat kami menginap, hanya 15 menit dengan taksiOngkosnya juga tidak mahal   

Hotel Hua Xia tidak besar, tapi bintang tigaLobinya kecil dan sederhanaBegitu pula restorannyaTetapi, kamarnya sangat bersih, nyaman, dan apikPara petugas dan pelayannya juga ramah, meski itu hotel milik pemerintahDulu, pegawai pemerintah di Tiongkok memang terkesan sangar dan tidak ramahApalagi polisi, militer, dan petugas imigrasinyaTetapi, sekarang tidak lagiMereka sekarang umumnya ramah, santun, dan murah senyumTiongkok benar-benar sudah berubah.   

Hal paling menarik dari hotel ini, menurut saya, adalah adanya kotak-kotak kondom dan obat kuat di setiap kamarBeberapa tahun terakhir, untuk menghambat penyebaran penyakit hepatitis dan HIV/AIDS, pemerintah di sana mewajibkan semua hotel menyediakan kondom di setiap kamarKalau obat kuat, itu kreativitas pihak hotel

Namun, karena kemasan barang-barang tersebut mirip kotak permen dan diletakkan di meja samping ranjang, sebagian dari kami lantas mengira itu permenUntung, ada yang memberi tahu sayaDengan demikian, di antara kami tidak ada yang sempat mengunyah kondomHe heMinggu itu kami freeTetapi, karena niat kami ke Tianjin untuk belajar, bukan piknik, waktu kosong itu kami pakai untuk diskusi tentang hal-hal yang perlu diperdalam selama di OOTC.

Senin pagi (18/1) yang kami nantikan tibaPukul 06.00 waktu setempat, saya sudah bangunLangit di luar masih gelap dan berkabut tebalBerarti di luar sana sangat dinginNamun, suara klakson mobil sudah ramai bersahutanPara pejalan kaki dan pengendara motor, sepeda bermotor, dan sepeda onthel juga sudah banyak yang berlalu lalangSemuanya mengenakan overcoat tebal dengan penutup kepala dari bahan wool

Luar biasa etos kerja bangsa Tiongkok iniLayak diacungi dua jempolBayangkan, di pagi yang masih buta dan sangat dingin seperti itu mereka sudah mulai beraktivitasPantas kalau negeri ini bisa maju pesat dalam waktu singkat.Jarak antara hotel dan rumah sakit Tianjin First Central, tempat OOTC bernaung, hanya 10 menit berjalan kakiKetika kami berangkat, matahari mulai bersinarTetapi, udaranya masih cukup untuk membekukan ujung hidung dan jari-jari kamiMaklum, masih minus 8 derajat CelsiusAtau dua derajat lebih hangat dari ketika kami tiba di Beijing   

Sebagaimana umumnya, acara pertama kami adalah perkenalan dengan para petinggi OOTCMereka menyambut kami dengan baik dan hangatBahkan, presiden direkturnya, Prof Dr Shen Zhongyang, langsung menawarkan kunjungan ke pusat transplantasi lain yang dipimpinnya, yakni di Rumah Sakit Tentara BeijingSebuah tawaran menarik yang tak mungkin kami tolakAcara berikutnya adalah berkeliling melihat fasilitas-fasilitas yang mereka milikiMakan siang, lantas mendengarkan kuliah tentang teknik transplantasi liver.

Sebenarnya, kami ingin sekali bisa melihat langsung pelaksanaan transplantasiMaklum, lima dari sembilan dokter yang ikut adalah ahli bedah digestif (perut) dan vaskuler (pembuluh darah) dan tiga lainnya ahli anestesi dan konsultan ICUBegitu pula perawatnyaYang seorang perawat untuk critical care (ICU), sedang yang lain, perawat bedah di kamar operasiHanya dr Sjamsul Arief yang bukanArtinya, mereka adalah orang-orang yang sehari-hari berhubungan dengan operasi, anestesi, dan perawatan masa-masa kritis post atau pascaoperasiJadi, wajar sekali kalau mereka ingin segera bisa kembali ke 'habitat'-nya.

Sayangnya, jadwal kami hari itu adalah kuliah di ruang pertemuanBukan di kamar operasiBaru pada Rabu (20/1) kami diikutkan operasiItu pun masih tentatif (belum pasti), menunggu ada tidaknya donor cadaver (mayat)Maka, hari itu kami hanya bisa menyampaikan harapan (sambil berdoa)

Tampaknya Tuhan mendengar doa kamiSaat menanti jadwal berikutnya, Ellen Wei, sekretaris presdir OOTC, menawarkan, apakah kami mau ikut operasi" Siang itu akan ada transplantasi dengan menggunakan donor hidupRisikonya, kalau kami mau, jadwal kuliah ditiadakanMendengar itu, serentak kami menjawab, "Ya, mau!" Pucuk dicinta ulam tibaMana mungkin ditolak.

Karena operasinya agak siang, kami disuruh makan dulu di ruang VIP kantin rumah sakit, yang sudah di-booking EllenDi ruang itu hanya ada sebuah meja bundar yang tak terlalu longgar untuk 12 orangDi situ sudah ditata peralatan makan yang terlalu bagus untuk ukuran kantin rumah sakitMakanan dan cara menyajikannya juga oke banget.

Seusai makan, kami langsung ke lantai dua, ke ruang Prof Dr Shen Zhongyang yang bersebelahan dengan kamar kerja si cantik Ellen WeiKami ke situ bukan untuk bertemu Prof ShenSebab, seusai berkenalan dengan kami tadi, dia langsung ke bandara, terbang ke Beijing untuk rapat dengan Departemen KesehatanKabarnya, hari itu dia minta izin untuk datang siang karena ingin menyambut kamiSungguh suatu kehormatan bagi kami, tim dari RSUD dr Soetomo SurabayaDengan didampingi Cindy, penerjemah resmi OOTC, kami menuju lantai 12 untuk ganti pakaian operasi.   

Sambil menunggu donor dan resipien disiapkan, kami diajak ke lantai 13Lantai ini terisolasiHanya mereka yang terlibat operasi yang boleh masukDi situ ada 10 ruang operasi, serta ruang penyimpanan bahan dan instrumen untuk operasiDi salah satu ujung lantai ini ada lift besar untuk menaikkan pasien yang akan dioperasi, dan untuk menurunkan pasien yang selesai ditransplantDi sisi lain lantai ini ada ICUTetapi, tempat ini bukan untuk pasien post-transplantRuang tersebut untuk pasien operasi lain dan pasien pascatransplantasi yang belum siap dipindahkan ke ruangan, tetapi tidak lagi memerlukan pengawasan dan perawatan sangat intensif

Untuk pasien yang baru ditransplantasi, yang tentu memerlukan pengawasan dan perawatan sangat intensif, disediakan ICU khusus di lantai 12Ruang ICU ini terletak di samping lift yang ke lantai 12.  Di ruang inilah, Dahlan dulu "singgah" dan kali pertama dijenguk keluarganya, setelah livernya diganti dengan yang baruLift yang ke lantai ini dijaga petugas khususHanya dokter dan keluarga pasien yang dirawat di ICU yang boleh naikBegitu pula pengunjung di lantai 13   

Meski ruang operasi ada di lantai 13, pengunjung ICU lantai tersebut tidak bisa masuk ruang operasiSebab, untuk ke ruang-ruang operasi itu, hanya ada satu akses: lift pasien yang ada di dalam ICU lantai 12Letak lift ini tersembunyi dan diawasiKarena itu, tidak sembarang orang bisa menemukannya, apalagi menggunakannya.

Oriental Organ Transplant Center atau OOTC sebenarnya bukan rumah sakit tersendiriHanya gedung dan administrasinya yang mandiriTetapi, secara yuridis, pusat ini berada di bawah naungan Tianjin First Central Hospital (TFCH)Sebuah rumah sakit pendidikan yang "tugas?-nya mendukung program pendidikan kedokteran Universitas Nankai, Tianjin.

Center ini memiliki 14 lantaiLantai satu dan dua untuk administrasi dan kantor manajemenTiga-empat untuk ginjal dan saluran kencingSisanya, lantai lima hingga 12 untuk transplantasiTapi, lantai 13 khusus untuk transplantasi liverLantai teratas, untuk menyimpan instrumen operasi dan peralatan lain yang terkait dengan operasiMeski lantai 13 telah ditetapkan sebagai "wilayah?-nya transplantasi liver, sesekali tempat itu digunakan juga untuk ginjalYakni, ketika yang ditransplantasikan bukan hanya ginjal, melainkan multiorgan transplant (yang ditransplantasikan lebih dari satu organ)

Untuk operasi jenis ini, organ yang digunakan berasal dari satu donorSeperti yang saya saksikan pada hari terakhir saya di situ, dari satu donor didapatkan tiga organ sekaligusYakni, liver, dua ginjal, dan satu pankreasKarena umur organ-organ tersebut sangat terbatas "meski sudah didinginkan" ruang operasinya tidak boleh berjauhanKarena itu, begitu selesai dicuci, masing-masing ginjal bisa langsung ditransplantasikan ke tubuh resipien, tanpa membuang lebih banyak waktu karena harus menunggu lift, misalnyaBegitu pula liver dan pankreasnya.   

Ada kalanya seorang pasien membutuhkan dua organ sekaligus: Satu ginjal dan pankreas atau jantung dan paru-paruUntuk ginjal, dalam transplantasi, seorang pasien hanya membutuhkan satu ginjalKarena itu, transplantasi organ yang satu ini bisa dilakukan dengan menggunakan donor hidupSama dengan liver.   

Bisa belajar transplantasi di center ini sungguh suatu keberuntunganSebab, OOTC termasuk pusat transplantasi yang sangat aktifSebagai bukti, dalam setahun, center ini bisa melakukan lebih dari 650 transplantasi liverBahkan, mereka pernah melakukannya lebih dari 1.000 penggantian liver dalam setahunUntuk ginjal, jumlahnya kurang lebih samaPadahal, satu tahun hanya ada 365 hari.

Pada hari terakhir saya di sana, center itu melakukan delapan transplantasi liver dalam sehariBayangkan! Kok mirip bengkel ya! Center ini memang lebih tepat disebut bengkel manusia daripada rumah sakitBengkel manusia terbesar di dunia, karena center ini yang paling banyak menangani penggantian organ-organ rusak dengan yang baru, dibanding pusat transplantasi lain di dunia.   

Saya katakan mirip bengkel karena sejak masuk ke lobi OOTC sampai ke lantai-lantai tempat  pasien dirawat, Anda tidak akan melihat perawat, pasien, dan dokter yang berseliweranSesekali saja, kalau beruntung, Anda berpapasan dengan pasien yang didorong kursi roda atau kereta dorongNamun, di lantai 13, Anda akan melihat betapa banyaknya manusia yang diganti 'onderdil'-nya, seperti sebuah bengkel mengganti spare parts mobil-mobil yang rusak agar bisa berjalan lagi(bersambung/kum)
   

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerah Permainan Pasal, Simpan Palu Ketua MA Pertama


Redaktur : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler