Laporan AGUNG PUTU, Banda Aceh
AZAN Magrib baru selesai berkumandang, ketika sebuah mobil pikap hitam membelah Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (22/1) lalu
BACA JUGA: Jadi Laporan Khusus Lima Halaman di Koran Nasional
Di kaca depan pikap Mitsubishi itu terdapat dua baris tulisan yang dibuat dari stikerBACA JUGA: Gerah Permainan Pasal, Simpan Palu Ketua MA Pertama
Di bawahnya, terdapat tulisan "Portu"BACA JUGA: Seminar Sambil Nikmati Ombak dan Indahnya Suramadu
Namun, huruf "gal" hilang karena lem stiker kering.Mobil itu lantas berhenti di sebuah rumah sederhana bercat hijauDari belakang kemudi keluar seorang lelaki langsing, tapi berkumis lebatDia adalah Sarbini, ayah MartunisSore itu, Sarbini baru saja "ngojek" dengan pikapnya tersebut.
Pekerjaan Sarbini kini memang tak hanya sebagai nelayan, seperti sebelum musibah tsunami menghempas Aceh pada 26 Desember 2004Lelaki berusia 41 tahun itu sekarang punya pikap sendiri yang membantunya mencari uangBiasanya dia mengangkut hasil laut dan pertanian"Ini mobil masih kredit," kata Sarbini sambil tersenyum.
Setelah memarkir kendaraannya, Sarbini memasuki rumahDi dalam rumah, beberapa anggota keluarga sudah menunggu, yakni Martunis dan ibunya, IsnaniaYa, ibu Martunis sebelumnya, Salwa, meninggal saat tsunamiKetika itu Martunis berusaha menyelamatkan diri dengan menumpang pikap bersama Salwa dan dua saudaranyaNamun, Salwa harus meninggal dalam megabencana ituSarbini lantas menikah lagi pada 17 Juli 2006 dengan Isnania.
Selalu ada keajaiban di dalam musibahSetelah bencana merampas kehidupan orang-orang tercintanya, hidup Martunis beranjak membaikSelain dana hibah Rp 500 juta yang dikucurkan untuk Sarbini, Martunis menjadi perhatian dunia internasional.
Dalam buku 12 Heroes Among Us yang digawangi diva dunia Celine Dion, Martunis bahkan disebut sebagai salah satu anak-anak yang mampu melewati cobaan hidup yang beratBahkan, Oprah Winfrey sampai menyebut Martunis sebagai "a boy who escaped the storm of the century" alias "bocah yang selamat dari badai abad ini".
Tak berlebihan memangTsunami di Aceh adalah badai terbesar dalam sejarah manusia abad iniBencana tersebut menelan korban lebih dari 200 ribu orangAir laut merangsek ke darat dan menyeret segala yang ada di dalamnya.
Rumah kediaman Martunis sendiri cukup sederhanaRumah itu memiliki dua kamar dan satu ruang tengahDi ruang tengah berlantai keramik biru itu, sejumlah foto Martunis bersama sejumlah tokoh dipajangMulai dari fotonya bersama Luis Felipe Scolari, pelatih timnas Portugal kala itu, hingga halaman tabloid yang memuat gambar satu halaman penuh Martunis yang dipeluk Presiden FIFA Sepp BlatterSemuanya dipigura rapi dengan bingkai dari kayu.
Begitu pula kamar MartunisSelain seragam Ronaldo saat masih memperkuat Manchester United (MU) dan timnas Portugal, foto-foto Ronaldo juga dikoleksi.
Kini Martunis harus kembali melanjutkan hidupnyaKarena sudah mengidolakan Ronaldo, Martunis pun berusaha mengikuti jejaknyaBocah berusia 13 tahun itu sekarang rutin ikut sekolah sepakbola (SSB) di Banda AcehPosisi Martunis sama dengan posisi bermain Ronaldo, yakni striker alias penyerang.
Martunis juga berjaga-jaga kalau kembali diundang ke luar negeriKarena itu, pelajaran favoritnya adalah bahasa InggrisWartawan koran 24 horas, Duarte Baiano, sempat berbincang via telepon dengan MartunisBaiano sempat ngetes kemampuan bahasa Inggris Martunis"C'mon MartunisSay something in English," kata Baiano di ponsel yang di-loudspeaker itu.
Martunis hanya nyengirDia tak bisa berkata-kataTak lama kemudian, Baiano kembali menyapa MartunisDia bilang, "Hello MartunisHow are you?" Martunis pun menjawab singkat, "I'm fineHow are you?"
Baiano pun tertawa kecil karenanya"Fantastic," jawab Baiano menanggapi Martunis.
Baiano sempat ingin berkata terima kasih dalam bahasa Indonesia atas wawancara bersama Martunis dan Jawa PosNamun, saat Jawa Pos mengatakan "terima kasih", dia menyerah dan berterima kasih dalam bahasa Inggris"Thank you MartunisIt's fantastic," katanya.
Seperti diberitakan, koran nasional Portugal, 24 horas, menurunkan tulisan lima halaman tentang MartunisLiputan berlabel eksklusif itu menuturkan kehidupan Martunis saat iniMasyarakat Portugal rupanya masih ingin mendengar kabar terakhir dari seorang bocah yang terapung-apung di laut akibat tsunami ituSemua bahan liputan dan foto tulisan itu disuplai penuh oleh Jawa Pos.
Saat ini Martunis terus berupaya mengikuti jejak RonaldoDia kini memang bersemangat belajar bahasa InggrisDia bahkan sempat ikut kursusNamun sayangnya, Martunis harus berhenti di tengah jalan"Soalnya, ikut sekolah sepakbolaKursus tidak sempat," katanya polos.
Seperti anak-anak seusianya, Martunis juga gemar bermain Play StationTentu saja yang sering dia mainkan adalah klub Real Madrid, karena di sana ada Ronaldo.
Saat masih sering diundang ke sejumlah negara, Martunis sebenarnya sempat ditawari untuk tinggal di PortugalSaat itu Sarbini menolakSebab katanya, Martunis masih bocahUsianya baru tujuh tahun dan duduk di kelas tiga sekolah dasar (SD)Apalagi, saat itu Aceh baru kena musibahSarbini ingin Martunis tinggal bersama dirinya untuk membangun Aceh dan menemaninya hingga tua.
Bagaimana kalau ada tawaran lagi untuk tinggal di negerinya Cristiano Ronaldo itu? Sarbini tersenyumDia lantas melihat ke arah Martunis yang duduk bersandar ke tembok di sampingnyaSarbini lantas bertanya dalam bahasa Aceh kepada MartunisBocah itu pun tersenyum sambil mengangguk.
Sarbini memang telah berubah pikiranMenurut lelaki berkumis lebat itu, Martunis kini sudah cukup dewasaKalau ada lagi tawaran ke negeri di Semenanjung Iberia itu, Sarbini bakal mengiyakannyaBisa jadi, kemampuan mengolah bola Martunis akan lebih berkembang apabila tinggal di PortugalKesempatan berkarir profesional di benua biru itu pun bakal terbuka lebar(iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kenyang Disiksa, Setahun Lebih Tunggu Pengampunan Raja
Redaktur : Tim Redaksi