jpnn.com - Dapat warisan rumah mewah beserta isinya seharga Rp 8 miliar seharusnya bikin bahagia.
Namun, hal itu tidak pernah dialami oleh Karin, 38. Semenjak tinggal di rumah warisan mertuanya, ia sering mengalami hal-hal buruk yang bikin bulu kuduknya berdiri tiap waktu.
BACA JUGA: Kadin Ingin Optimalkan Peran BP Batam sebagai Operator FTZ
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
MISTERI rumah megah di kawasan Darmo Permai itu sudah ia alami dua tahun ini. Karin merasa hari-harinya selalu dibikin takut oleh rumah megah itu.
BACA JUGA: Massa Aksi Bela Islam III Sumbar Menuju Jakarta
"Setiap hari selalu ada sesuatu aneh yang bikin aku ketakutan,” kata Karin dalam sidang gugatan cerainya di Pengadilan Agama (PA), Klas 1 Surabaya, Selasa (29/11).
Karin terlihat emoh lagi tinggal di rumah warisan orang tuanya. Ia merasa hari-harinya selalu ditakuti oleh kejadian-kejadian yang membuatnya menjerit dan keluar rumah.
BACA JUGA: Terminal Angkot Makin Terpuruk, Penumpang Ogah Datang
Satpam di kawasan rumahnya sempat meminta Karin untuk pergi dari rumahnya. Atau meminta orang pintar untuk membersihkan rumahnya dari aura jahat.
Akan tetapi suaminya menolak dan menganggap hal itu murtad.
”Suami tidak pernah percaya dengan omongan saya. Itu yang bikin saya kesal dan mengajukan gugatan cerai ini,” tegas Karin yang didampingi pengacaranya.
Sejak mertuanya meminta ia tinggal di rumah warisan itu, ibu dua anak itu merasa tidak pernah tenang.
Ia tidak pernah bisa tidur karena selalu ada suara berisik dari lantai II dan belakang rumahnya.
Padahal, di rumah itu tinggal dua pembantu dan kedua anaknya. Ketika malam tiba, Karin juga sering mendengarkan suara teriakan dan orang menangis.
Mendengar suara itu, Karin sering membangunkan suaminya dan meminta untuk mencari suara itu.
Sayangnya, seringkali tak menemukannya. Bahkan, suaminya, Donwori merasa tidak pernah mendengarkan suara tersebut.
Tak hanya suara itu yang membikin ketakutan. Karin juga merasakan ada orang yang mengibas dan memegang tangannya.
”Sumpah ini. Saya takut sekali. Kesalnya itu suami tidak pernah setuju dengan permintaaan saya untuk menjual rumah itu,” jelasnya.
Sebab, Karin merasa rumah itu terlalu besar untuk tempat tinggal ia dan keluarga kecilnya.
”Ayah mertua sudah meninggal. Ibu mertua memilih hidup di Batu, di villanya. Kebetulan suami kan anak tunggal,” jelasnya.
Sementara itu, suaminya, Donwori menyatakan tidak akan menjual rumah mewahnya. Ia merasa sejak kecil ia tidak pernah merasakan hal anehaneh seperti yang dialami oleh istrinya.
Pegawai BUMN itu juga merasa rumah itu adalah warisan satusatunya dari orang tuanya.
Sehingga, sangat sulit untuk menjualnya karena bukan untuk kepentingan urgent.
”Kalau beli rumah lagi iya. Kalau jual oh tidak deh. Saya sudah tawarkan untuk dikoskan, tapi istri tidak mau. Ya terserah kalau dia mau menjanda,” kata Donwori kesal.
(no/JPG)
BACA ARTIKEL LAINNYA... UWTO Permukiman Diusulkan Menggunakan Tarif Lama
Redaktur : Tim Redaksi