Masih ingat dukun cilik Ponari? Namanya sudah lama tidak terdengarBocah kelas lima SDN Balongsari 1 Jombang itu ternyata hingga kini masih melakukan praktik pengobatan dengan batu "ajaib"-nya
BACA JUGA: Luis Suarez Asyik dengan BB, Jupe pun Dicuekin
Tentu saja sudah tidak seramai tahun lalu========================
KHAFIDLUL ULUM, Jombang
========================
SUSANA, 44, menenteng ember kecil berisi air putih
BACA JUGA: Boleh Tenggak Bir sampai Mabuk, tapi Tak Boleh Berkelahi
Dengan penuh harap, dia membawa air itu ke rumah dukun cilik Muhammad Ponari di Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, JombangWalaupun jarum jam sudah menunjuk pukul 20.00, ibu dua anak tersebut tetap berangkat menuju rumah Ponari demi kesembuhan ibunya, Suparmi, yang terserang stroke
BACA JUGA: Nasib Wahono; Ditangkap Densus 88, Gagal Menikah
Selain sudah malam, jalan menuju rumah dukun cilik itu cukup sulitDi sepanjang jalan desa tersebut tidak ada peneranganKondisinya gelap gulitaSusana dan suaminya, Suliadi, pun harus ekstra hati-hatiTidak hanya gelap, jalannya juga rusak parahApalagi, sejak sore hujan mengguyur desa ituAkibatnya, jalan menuju rumah Ponari becek"Saya harus datang ke sini demi kesembuhan ibu saya," ujar Susana saat ditemui di rumah Ponari pada Jumat malam (8/10)
Padahal, sebelumnya, dia tidak tahu apakah Ponari masih membuka praktik atau sudah tutupTapi, warga Mojoagung itu tetap nekat datang ke rumah Ponari"Pokoknya, saya datang sajaKalau ternyata Ponari sudah tidak menerima pasien, ya sudah, pulangNamanya juga ikhtiar," terangnya
Beruntung, saat dirinya tiba di rumah Ponari, keluarga dukun cilik tersebut menyambut baikMukarromah, ibu Ponari, mempersilakan Susana masuk ke rumah yang terlihat baru selesai dibangun kembali itu.
Setelah ditanya maksud kedatangan dan keluhan yang akan disampaikan ke Ponari, tak lama kemudian keluarlah Muhammad Nasir, kakek si dukunDia membawa handuk kecil yang membungkus batu yang biasa dipakai Ponari mengobati pasien-pasiennyaLalu, giliran Ponari muncul dan siap melakukan ritual pengobatan
Batu di dalam handuk tersebut lantas diambil Ponari dan dimasukkan ke dalam ember berisi air yang dibawa pasiennyaTak ada doa-doa, tak ada jampi-jampiKemudian, Ponari langsung masuk ke kamarnya lagiJadi, tak lebih dari satu menit, Ponari sudah menyalurkan energi batunya ke air yang nanti diminumkan ke pasienSetelah itu, Susana dan suaminya sudah boleh pulang
Susana menyatakan, ibunya sudah berkali-kali dibawa ke rumah sakit maupun pengobatan alternatifDi antaranya, ke RSUD Jombang dan RSUD dr Soetomo SurabayaNamun, sampai sekarang ibunya yang sudah berusia 65 tahun itu tidak kunjung sembuh
Dirinya akhirnya datang ke rumah dukun cilik itu untuk ikhtiar yang lain"Kami akan terus berusaha, semoga ada kesembuhan," ungkapnyaDia berharap kesembuhan itu datang dari air yang sudah dicelup batu ajaib Ponari yang konon jatuh dari langit tersebut
Suliadi, suami Susana, menyatakan, tidak ada salahnya dirinya datang untuk meminta air celupan batu ajaib PonariBahkan, untuk meyakinkan hatinya, dia bertanya langsung kepada sang dukun tiban itu"Le (Nak, Red) apakah ibu saya bisa sembuh?" tanya dia kepada bocah 10 tahun tersebut"Insya Allah sembuh, Pak," jawab Ponari lantas bergurau dengan temannya.
Mukarromah menyatakan, setiap kali ditanya pasien yang datang terkait dengan kesembuhan, Ponari selalu menjawab dengan kalimat "Insya Allah sembuh." Sebab, kata dia, hanya Allah yang bisa menyembuhkanDirinya hanya perantara
Perempuan 28 tahun tersebut menuturkan, Ponari hanya manusia biasa yang ingin membantu sesamaNamun, soal sembuh tidaknya si pasien, Ponari hanya memasrahkan kepada Tuhan
Menurut cerita Mukarromah, anaknya itu pernah sakit agak parahDia didiagnosis terkena gejala tifusPonari lalu mencoba mengobati sendiri penyakitnya dengan air celupan batu "ajaib" tersebutTapi, ternyata tak sembuhAkhirnya, dia dilarikan ke Klinik Marsudi Waluyo, MegaluhSetelah sembuh, Ponari kemudian membuka praktik lagi.
Memang, pasiennya tidak seheboh tahun laluSaat itu, awal 2009, pasien Ponari mencapai ribuan orangHampir tiap hari ada antrean panjang yang menyesaki jalan-jalan desa tersebutBahkan, tak sedikit yang harus menginap untuk menunggu giliran.
Puncaknya terjadi pada Maret 2009Yakni, lima pasien Ponari meninggal saat antreMereka meninggal karena kelelahan atau penyakit parah yang dideritanya
Ponari pun menjadi bahan gunjingan di mana-manaAda yang percaya dengan cara pengobatan batu Ponari, ada pula yang meminta praktik dukun cilik itu ditutupYang jelas, sejak ada pasien Ponari yang meninggal karena kelelahan dalam antrean, rumah praktik si dukun itu lambat laun meredupTak berapa lama kemudian hilang dari pembicaraan.
Mukarromah mengungkapkan, meski Ponari tetap buka praktik, pasiennya tak sebanyak duluBila dulu sehari bisa ratusan orang, kini hanya 3?5 orangNamun, pada Sabtu dan Minggu, jumlahnya bisa sampai 10 orangPasien yang datang tidak hanya dari Jombang, bahkan hingga luar Jawa
Hanya, pasien harus mau bersabar untuk mendapat pengobatan sang dukunTerutama pasien yang datang pagiMereka harus menunggu sampai Ponari pulang sekolah"Biasanya, anak saya baru pulang pukul satu siangJadi, tamu harus mau menunggu bila ingin berobat."
Memang, kebanyakan pasien yang datang akan sabar menunggu kedatangan si dukunSebab, mereka telanjur datang di rumah Ponari di pelosok desa tersebutDaripada pulang lagi, kebanyakan memilih menanti kehadiran Ponari
Mukarromah menceritakan, minggu lalu Ponari didatangi rombongan pasien dari KalimantanTapi, saat itu pintu rumah Ponari sedang ditutupDari luar terlihat sepiKarena mengira Ponari sudah tidak membuka praktik, beberapa pasien dari jauh tersebut langsung menangis
Seorang tetangga Ponari yang mengetahui hal itu kemudian memberitahukan kepada ibu Ponari yang berada di rumah bagian belakang"Setelah saya keluar dan memberi tahu bahwa Ponari masih buka praktik, tangis mereka langsung berhenti," ujarnya.
Ponari tidak hanya menerima pasien dari luar desaDia juga kerap diminta mengobati teman sekolahnyaEmpat hari lalu, misalnya, ada salah seorang temannya yang sakit panasDia pun datang ke rumah Ponari untuk meminta air celupan batu "ajaib"Setelah meminum air itu, teman Ponari tersebut sembuh"Kami hanya membantuSoal kesembuhan, itu hanya dari Allah," jelas Kamsin, ayah Ponari
Menurut dia, anaknya sudah berkomitmen untuk membantu orang lain dengan keahlian yang dimilikiBahkan, saat dilarang buka praktik setelah banyak korban berjatuhan, Ponari bersikeras tetap akan mengobati orang-orang yang membutuhkan bantuannya"Pokoknya, kalau ada pasien, ya dilayani," katanya.
Walaupun tidak seperti dulu lagi, keluarga Ponari tidak pernah mematok tarif dalam melayani pasienSebab, keluarga tidak bermaksud mengomersialkan pengobatan alternatif tersebutSemua dilakukan dengan tujuan untuk membantu orang lain"Diberi berapa pun akan kami terima," ungkap Mukarromah
Dia menceritakan, ada pasien yang memberikan Rp 10 ribu, Rp 20 ribu, dan ada yang Rp 50 ribuDalam sehari, Ponari masih bisa mendapatkan sekitar Rp 100 ribuPadahal, dulu dia bisa mendapatkan puluhan juta rupiah sehari
Keluarga Ponari mengakui, dari praktik dukun anaknya tersebut, sudah terkumpul lebih dari Rp 1 miliarUang itu sudah dibelanjakan untuk merenovasi rumah yang menghabiskan lebih dari Rp 100 juta, membeli 2 hektare tanah di Kecamatan Bandar Kedungmulyo, dan sebagian lainnya disumbangkan untuk masjid desa
"Tanah sawah itu sekarang kami sewakan kepada saudaraSetahun Rp 400 ribu untuk setiap 100 meter persegi," ujar Kamsin(*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tsunami Dari Gunung, Hancurkan Angan-angan Awaludin
Redaktur : Tim Redaksi