Banjir bandang ‘Tsunami Dari Gunung’’ yang melanda wilayah Wasior,Kabupaten Teluk Wondama,Provinsi Papua Barat tak hanya meluluhlantahkan sendi-sendi kehidupanBencana ini pula menguburkan impian sebagian warga pendatang dari luar Papua yang berwirausaha di daerah tersebut
BACA JUGA: Pondok Pesantren Khusus Anak TKI di Pulau Sebatik
Bagaimana nasib mereka?------------------------------------
Laporan: La Ode Mursidin
-----------------------------------
Datang ke Wasior,ibukota Kabupaten Teluk Wondama dengan harapan dapat mengubah hidup kea rah lebih baik kini pupus sudah
BACA JUGA: Sutiyoso Mengenang Insiden Percobaan Penangkapan di Australia
Kesedihannya makin mendalam,ketika mendengar istrinya yang hilang sejak peristiwa naas itu,Rabu (6/10) ditemukan tak bernyawa di timbulan lumpur.Ditemui di ruang rawat inap RSUD Manokwari,Awaludin terlihat terpukul berat karena kehilangan 2 orang yang paling dikasihinya selama ini
BACA JUGA: Slamet Suradio, Masinis KA dalam Tragedi Bintaro 1987, Hidupnya Kini (2-Habis)
‘’Saya tidak punya apa-apa lagiIstri dan anak saya tidak ada lagi,’’ ujarnya menahan tangis.Bersama dengan 600-an korban bencana banjir bandang Wasior,Awaludin dievakuasi ke Manokwari dengan menggunakan KM Gracelia,Rabu (6/10)Karena kondisi lemas dengan luka berat di kaki dan tangan,ia langsung dilarikan ke RSUDPakaiannya hanya di badan,itu pun sudah kusam‘’Tadi ada ibu yang kasih saya bajuAda saudaranya juga di ruangan iniMungkin karena kasihan,dia kasih baju ini,’’ ujarnya Awaludin ditemani temannya yang juga korban banjir bandang.
Ia mengisahkan,saat hari naas itu,ia dan istrinya sedang berada di rumah,sekitar kompleks pasarIa mulai curiga dengan naiknya permukaan air lautKemudian,air sungai yang letaknya tak jauh dari pasar mulai meluapHingga akhirnya datanglah banjir bandang disertai kayu gelondongan dan batu-batuan.
Ketika itu,ia mencoba menyelamatkan anaknya yang baru berusia 5 bulanAwaludin sudah memegang erat buah hatinya,namun apa daya kuatnya dorongan banjir bandang serta kayu mengakibatkan anak semata wayangnya tersebut terlepas dari tangannya‘’Ketika itu pikiran saya langsung downAnak saya dibawa banjir. Istri saya tidak kelihatan,’’ tuturnya sedih menahan tangis.
Selama dua hari ini berusaha mencari anak dan istrinya,berjalan di atas lumpur dan hadangan batang kayu,namun tak ditemukan jugaDengan kondisi luka berat,ia pun pasrah,hingga akhirnya ikut dievakuasi ke Manokwari.
Pengalaman tragis lainnya juga dialami,Jamal (34 tahun),pria asal Timur-Timor yang beristrikan wanita asal SultraIa baru dua minggu menetap di WasiorBersama istrinya,Zia (28 tahun) dan anaknya,Ari (13 tahun) saat kejadian juga sedang berada di dalam rumah
Hujan deras yang mengguyur Wasior sejak malam hingga pagi tak menimbulkan ada pra sangka burukNamun,luapan air pertama dari kali membuatnya gelisah‘’Saat itu,saya kami sudah mau amankan diriTapi,tiba-tiba air bercampur lumpur dan kayu setinggi atas datang,’’ tuturnya.
Ia berusaha menyelamatkan anaknya dengan menggendong di bahuTapi,hantaman kayu memisahkan keduanyaSaya cari-cari,tapi sudah jauh di bawa banjir‘’Tangan dan kaki saya luka-lukaRumah hanyut di bawa banjir,’’ ujarnya.
Ari,yang terlepas gendongan bapaknya berusaha menyelamatkan diriMenghadapi dorongan air lumpur yang sangat kuat ia berusaha memang bambuNamun,naas dialaminya,jari-jari tangannya nyaris putus karena terkena bambu yang terbelah‘’Saya hanyut beberapa meter dari rumah,’’ ujarnya sembari memperlihatkan goresan di tangannya.
Sedangkan Zia, istri Jamal,juga bersyukur masih dilindungi Sang PenciptaIa sudah digulung air berlumburBeruntung,ia pandai berenang dan berusaha menggapai kayu yang melintas di depannyaHingga,tubuhnya tersangkut‘’Saya hanya bisa istigfarYang Kuasa masih menolong saya,’’ ujarnya mengenang kisah tragis yang baru saja dialaminya.
Kisah serupa dialami Amir yang baru 5 tahun menetap di WasiorBanjir bandang menghancurkan usahanya selama iniSaat dievakuasi,ia tak mengenakan baju karena banyak luka tergores di badannya‘’Tidak ada apa-apa lagiSemua ludes,hanya seketikaTapi,masih bersyukur saya,istri dan anak saya masih diberi umur panjang,’’ tukasnya.(La Ode Mursidin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Slamet Suradio, Masinis KA dalam Tragedi Bintaro 1987, Hidupnya Kini (1)
Redaktur : Tim Redaksi