MUI Minta Ulama Tak Publikasikan Kritik

Senin, 24 Januari 2011 – 06:46 WIB

JAKARTA - Tekanan politik pemuka agama nasional yang mengusung isu kebohongan pemerintah terus menuai pro kontraMajelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga tinggi ulama Islam di Tanah Air meminta agar pemuka agama tidak berlebihan dalam menyampaikan kritik

BACA JUGA: Kerugian Akibat Merapi Capai Rp 7 Triliun



MUI meminta ulama menahan diri dan tidak berbuat gaduh dalam menyampaikan kritik kepada pemerintah dan Presiden RI
"Kami meminta agar ulama memperhatikan jatidiri keulamaan mereka dalam menyampaikan kritik, serta tidak membuat gaduh, agar kritikan ulama tidak berujung pada pro kontra, tapi untuk perubahan ke arah yang lebih baik," ujar Ketua Umum MUI KH Sahal Mahfudz di Jakarta, Minggu (23/1)

KH Sahal mengatakan, MUI juga termasuk lembaga yang harus berani menyampaikan kritik dan masukan jika ada kebijakan yang merugikan umat

BACA JUGA: KPK Sebut Darmin Abaikan Rekomendasi

Namun, MUI juga harus bisa bersikap proporsional dalam menjalankan fungsi tawashi bil-haq atau mengingatkan dalam kebaikan
"Jika baik harus dikatakan baik dan jika tidak baik, maka MUI juga harus menyatakannya," katanya.

Dia mengingatkan agar pilihan kata yang tepat dalam menyampaikan kritik tidak menimbulkan pro-kontra di tengah masyarakat

BACA JUGA: Pengacara Antasari Ajak Jaksa Ajukan PK

Para ulama walaupun harus tegas dalam menyampaikan kebenaran, tetapi juga harus tetap menebarkan kedamaian dan kesantunan.

Permintaan Kiai Sahal tersebut terkait dengan kritik yang dilontarkan para tokoh lintas agama kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu laluSBY dikritik telah berbohong kepada rakyat Indonesia karena banyak capaian di bidang politik, hukum, dan kesejahteraan rakyat yang tidak sesuai dengan janjinya.

Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal MUI, Ichwan Syam mengatakan, Kiai Sahal Mahfudz adalah ulama yang merupakan penenang masyarakatKarena itu, dia mendukung pernyatakan Kiai Sahal dan meminta agar pernyataan ulama tidak meresahkan masyarakat, apalagi membuat gusar atau panik"Karena jatidiri ulama dan pemuka agama adalah wakil umat," kata dia.

Ichwan mengatakan, ulama bisa menyampaikan kritik kepada Presiden melalui berbagai jalanAntara lain melalui para pembantunya yakni menteri atau menemui Presiden secara langsung

Namun ia meminta kritik tersebut tak diungkapkan di tempat umum atau disampaikan kepada publik"Kritik dengan pernyataan langsung atau sindiran bijaksana lebih baik daripada mengungkapkannya di tempat umum," kata Ichwan.

Kritik yang dilontarkan dengan cara bijaksana dan tidak diumbar di tempat umum, menurut Ichwan, bertujuan agar kritik dari para ulama tersebut tidak dipolitisir oleh pihak-pihak lain yang ingin mengais kesempatan"Agar tidak dimanfaatkan kelompok yang berlawanan dengan pemerintah," kata dia.(zul)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkokesra Fokuskan Pemindahan Warga Merapi ke Shelter


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler