Nah, Ini Komunitas Ibu-ibu...Unik

Selasa, 17 Januari 2017 – 00:06 WIB
MENGGENDONG BAYI: Para anggota Komunitas Gendong Padang di sela-sela gathering di salah satu arena bermain anak di Padang, Minggu lalu. Foto: Mona/Padang Ekspres

jpnn.com - jpnn.com - Sekelompok perempuan mendirikan komunitas ibu penggendong bayi. Ide berawal dari keprihatinan saat melihat bayi-bayi yang lebih banyak berada di stroller ketimbang di pelukan ayah dan ibunya.

Komunitas ini aktif mensosialisasikan kepada masyarakat tentang manfaat menggendong dan pentingnya menggunakan gendong ergonomis bagi tumbuh kembang bayi. Seperti apa?

BACA JUGA: Ternak 1.500 Ekor Puyuh, Hasilkan Rp 6 Juta per Bulan

Berawal dari grup Facebook Indonesia Babyweares yang merupakan komunitas pecinta gendongan di Indonesia, lalu munculah ide untuk saling jumpa dan melakukan kopi darat (kopdar). Tepatnya, 13 November 2016, Komunitas Gendong Padang resmi berdiri.

“Kebetulan para peminat gendongan ini telah saling kenal terlebih dahulu di asosiasi ibu menyusui,” kata salah satu anggota Komunitas Gendongan Padang, Ria Oktorina saat ditemui Padang Ekspres (Jawa Pos Group), belum lama ini.

BACA JUGA: Kisah Mahasiswa yang Gigih Berwirausaha, Luar Biasa

Setelah satu bulan melakukan gathering, para anggota mulai membuat grup Whatsapp sebagai tempat saling berkomunikasi yang lebih intensif. Saat ini anggota Komunitas Gendongan ini berjumlah lebih dari 20 ibu-ibu.

Komunitas Gendongan ini telah melakukan gathering sebanyak dua kali. Saat gathering mereka saling sharing mengenai gendongan. “Saat gathering kami membahas berbagai jenis gendongan yang ada. Saling mencoba apakah cocok dan nyaman terus sharing manfaat mengguncang dan teknik-teknik menggendong,” lanjutnya.

BACA JUGA: Bu Bidan Rokiyah, tak Hanya Memikirkan Kesehatan Warga

Gendongan memiliki tujuh jenis, di antaranya stretchy wrap untuk bayi baru lahir, jarik, cukin atau selendang untuk bayi baru lahir sampai lima tahun.

Lalu woven wrap yang juga untuk bayi baru lahir sampai lima tahun dan bei dai, soft structured carrier, pouch untuk bayi empat bulan sampai lima tahun.

Komunitas Gendong ini memiliki tujuan untuk mengedukasi dan mesosialisasikan pentingnya menggunakan gendongan.

“Edukasi diperlukan terkait perkembangan tulang belakang bayi. Saya sendiri dari dulu suka menggendong, tapi tidak tahu ilmunya. Jadi setelah ketemu grup Indonesia Babyweares lebih banyak tahu,” katanya.

Ternyata menggendong harus nyaman, tidak hanya bagi penggendong tapi juga untuk bayi. Kalau sudah dapat cara menggendong justru tidak ribet, malah membantu untuk bisa mendukung aktivitas.

Bahkan meningkatkan bonding atau ikatan yang kuat antara ibu dan bayi. Sehingga bayi akan merasa aman, nyaman dan terlindungi.

Ria menceritakan, saat kopdar beberapa waktu lalu, anggota Komunitas Gendong mendapat pinjaman gendongan dari ibu-ibu yang ada di Grup Indonesia Babyweares. Sehingga para anggota bisa mencoba gendongan lain dengan jenis dan ukuran berbeda.

“Jadi sebelum memutuskan untuk membeli gendongan, dicari dulu yang pas. Sambil belajar teknik-teknik menggendong yang ada, terutama untuk jenis woven wrap yang belum familiar di tengah masyarakat,” sebutnya.

Dalam gendongan ada beberapa posisi. Di antaranya posisi M Shape, merupakan posisi ideal. Kedua sendi panggul bayi tidak terganggu perkembangannya dan sesuai dengan anatomi tulang belakang bayi tetap posisi melengkung sesuai umur.

Sedangkan posisi Ticks, terdiri dari tight berarti ketat, bayi serasa dipeluk oleh ibunya, invisible bayi selalu terlihat, bukan mendelep ke dalam.

Close enought to kiss bayi bisa dicium saat digendong, keep chin off the chest dagu bayi jangan sampai tertekuk ke arah dada dan support back berarti gendongan yang dipakai bisa menyangga punggung bayi.

Anggota Komunitas Gendongan lainnya, Anggi menceritakan, ia suka menggendong anak pertamanya dengan cara strechy wrap.

Alasannya karena tidak nyaman menggendong dengan posisi miring dan malas membawa stroller kalau bepergian.

“Pas tahu ada Komunitas Gendong, saya tertarik untuk bergabung biar lebih paham bagaimana menggendong yang baik. Dan ternyata ada plusnya bisa membangun bonding dengan anak lebih erat,” ungkapnya.

Dona yang juga anggota Komunitas Gendong memiliki anak berumur lima tahun. Saat ini sedang hamil kedua mengaku tertarik bergabung karena ingin tahu gendongan seperti apa yang baik dan nyaman untuk anak.

“Belajar dari pengalaman anak pertama saya dulu sempat menggunakan strechy wrap sekitar umur 8 bulanan, tapi anak saya nggak nyaman. Pengennya digendong tangan saja. Jadilah sehari-hari sukanya digendong, apalagi kalau lagi sakit maunya menyusu sambil digendong dan diayun-ayun, kebayang kan pegelnya,” terangnya.

Berbeda lagi, Sisi, anggota Komunitas Gendongan lainnya, sudah mulai menggendong anaknya ketika berumur 11 hari dengan posisi M Shape. Ia menggendong bergantian dengan suaminya.

“Anak saya Hanna lahir prematur dengan berat 1,1 kg, dan disarankan untuk digendong kanguru (perawatan metode kangguru /PMK) oleh dokternya sesering mungkin,” ucapnya.

Ia menyebutkan, manfaat PMK sangat banyak sekali, mulai menaikkan berat badan bayi, menstabilkan kondisi bayi prematur, menaikkan produksi ASI dan mempererat bonding dengan orangtua.

“Dokter menyarankan untuk menunda/mengurangi penggunaan stroller, agar Hanna jangan sampai kehilangan banyak manfaat dari digendong,” sebutnya. (oo)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kolor Ijo-Kuyang Itu Suami Istri? Ah...Hanya Bayangan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler