jpnn.com - jpnn.com - Tahukah Anda bahwa kotoran ternak unggas jenis Puyuh juga memiliki nilai jual yang lumayan bagus? Harlizan Dori, peternak burung Puyuh yang beralamatkan di Jalan M. Samsul Bahrul No 23 RT 3 RW 1 Kelurahan Semarang, Sungai Serut, Kota Bengkulu, telah membuktikannya.
Dia kini kewalahan melayani pesanan akan kotoran puyuh.
BACA JUGA: Kisah Mahasiswa yang Gigih Berwirausaha, Luar Biasa
TEDDY SANJAYA - Kota Bengkulu
MENAKJUBKAN, itulah kata yang mungkin terpikirkan dalam benak kita. Omzet jutaan rupiah diterima dari hasil penjualan kotoran Puyuh.
BACA JUGA: Bu Bidan Rokiyah, tak Hanya Memikirkan Kesehatan Warga
Berbicara kotoran tentu mengarah pada hal yang menjijikkan. Namun di tangan Harlizan Dori, bisa menjadi “pemasukan”.
Setiap minggunya, Ijal Puyuh, –sapaan Harlizan Dori– selalu diserbu masyarakat yang memburu kotoran Puyuh dari ternaknya tersebut.
BACA JUGA: Kolor Ijo-Kuyang Itu Suami Istri? Ah...Hanya Bayangan
“Banyak yang datang ke peternakan Puyuh saya untuk menanyakan kotoran Puyuh. Sampai-sampai kewalahan melayani mereka. Bahkan ada yang kecewa karena tidak kebagian,” jelas Ijal.
Sebenarnya untuk apa kotoran tersebut? Ternyata masyarakat khususnya di Kota Bengkulu menggunakan kotoran Puyuh sebagai pupuk bagi tanamannya.
“Masyarakat yang membeli kotoran Puyuh dari saya mengaku untuk dijadikan pupuk,” ucap Ijal.
Tanaman yang diberi pupuk dari kotoran Puyuh antara lain cabai, terong, sawit, sawi, bayam dan kangkung.
Ijal mengakui sama sekali tidak mengetahui bahwa kotoran Puyuh sedang marak diburu oleh masyarakat yang senang bercocok tanam atau berkebun.
“Berdasarkan pengakuan pembeli katanya dengan menggunakan kotoran puyuh tanaman lebih subur dan buahnya lebih besar. Batangnya lebih hijau dan tidak berbau, mungkin pembeli sudah tahu dari tempat lain. Saya belum pernah mencobanya,” papar Ijal.
Kotoran Puyuh yang dijual oleh Ijal masih berbentuk kotoran, belum dijadikan sebagai pupuk kompos.
Kurun waktu seminggu kotoran yang dihasilkan mencapai 15 sampai 20 karung yang dihasilkan dari 1.500 ekor Puyuh yang diternak oleh Ijal.
“Sekitar itulah kotoran Puyuh yang didapat. Kami kewalahan karena sekali membeli kotoran masyarakat selalu meminta dengan jumlah banyak. Terpaksa jika tidak kebagian harus menunggu minggu depannya lagi. Kotoran Puyuh sendiri sudah disiapkan tempatnya pada masing-masing sangkar Puyuh. Jadi jika penuh tinggal ambil dari tempatnya lalu dimasukan ke karung,” jelas Ijal.
Harga untuk setiap karungnya dihargai Rp 20 ribu. Dalam sebulan Ijal dapat panen kotoran Puyuh empat sampai lima kali.
Modal yang dikeluarkan untuk penjualan kotoran Puyuh sendiri tidak ada. “Saya jual cuma kotoran Puyuh saja jadi tidak ada pengolahan khusus,” ucap Ijal.
Rupiah yang didapat berkisar Rp 800 sampai Rp 1 juta lebih per bulannya dari kotoran Puyuh saja. Selain itu, penghasilan yang didapat dari penjualan telur dan daging puyuh mencapai Rp 5 juta per bulannya.
“Untuk omzet segitulah jumlahnya dan Alhamdulillah. Namun juga diimbangi dengan pengeluaran untuk pakan Puyuh yang seharinya habis 40 kilo pangan dengan harga Rp 5 ribu per kilo. Jika mau hemat lagi saya sering mengoplos pangan sendiri,” tutur Ijal.
Pemesanan kotoran Puyuh sendiri masih dalam seputaran Kota Bengkulu. Ijal selalu memberikan perawatan yang intensif terhadap ternak-ternaknya.
Ijal tidak memperkerjakan pegawai untuk merawat ternaknya. Artinya perwatan kandang dan ternak puyuh lansung ia kerjakan sedniri. Kasih sayang terus ia berikan kepada puyuhnya.
Hal ini dilakukannya untuk mendapatkan telur yang besar karena kasih sayang sesama mahkluk hidup.
“Saya sekaan dapat merasakan kasih sayang antara saya dan ternak puyuh saya. Pernah sewaktu-waktu istri saya memanen telur dan memberi makan ternak kami, namun telur yang didapat senagat kecil dari biasanya. Ketika saya memanennya telur kembali besar saat panen,” ucap Ijal.
Ijal memulai usaha ternak puyuh sejal tahun 2003 silam. Awalnya adik laki-lakinya yang mengawali ternak puyuh. Ijal sebagai kakak ikut membantu dalam mengembangbiakan puyuh.
Pemberian vaksin dan vitamin rutun mereka berikan kepada puyuh ternak mereka. Namun saat tahun 2003 itu, kotoran puyuh belum diserbu.
“Adik saya kuliah di Pertanian Universitas Bengkulu (Unib). Karena ia paham betul akhirnya puyuh ternaknya sehat-sehat dan hasilnya memuaskan,” ungkap Ijal.
Setelah adik laki-lakinya lulus kuliah, akhirnya ternak puyuh diserahkan sepenuhnya kepada Ijal karena adiknya menempuh pendidikan ke luar daerah.
Situasi buruk pernah dialami oleh Ijal. Pada tahun 2005 sebanyak 3 ribu ekor ternak puyuhnya mati terkena penyakit.
Ijal dengan sabar kembali memulai ternak puyuh dari awal dengan membeli bibit baru dan mengembangbiakan kembali.
Sampai akhirnya ternak puyuhnya sudah memiliki omzet seperti sekarang ini.
“Selama 14 tahun menggeluti ternak puyuh cuma satu kali mengalami tragedi tersebut. saat ini saya lebih memperhatikan kesehatan puyuh dan kebersihan kandang. Supaya kualitas telur, daging, dan kotoran tetap bagus seperti biasanya,” tutup Ijal. (**)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Petani Cabai saat Harga Melonjak, Tajiirrr
Redaktur & Reporter : Soetomo