Tewasnya pasutri Suwito-Dora Halim, pengusaha asal Medan, karena diberondong peluru oleh orang tak dikenal pada Selasa malam lalu (29/3) membuat dua anak mereka menjadi yatim-piatuPemandangan mengharukan terjadi kemarin ketika si sulung yang berumur 5 tahun ikut menyembahyangi jenazah orang tuanya.
------------------------------ -----------
FRANSISKUS MARBUN, Medan
------------------------------ ------------
Sejak Rabu malam (30/3) hingga kemarin (31/3) suasana di Balai Persemayaman Angsapura di Jalan Wijaya, Medan, ramai didatangi pelayat
BACA JUGA: Kisah Para Pegawai di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang Terancam Gulung Tikar
Di tempat itulah jasad pasutri Suwito alias Awie, 36, dan Dora Halim, 32, disemayamkanBACA JUGA: Selly Yustiawati; Penipu Cantik di Mata Orang-Orang yang Mengenalnya
Suwito dan Dora tewas karena diberondong peluru oleh orang tak dikenal di depan rumah mereka di Jalan Akasia I No 5, Bambu III, Kelurahan Kampung Durian, Medan Timur, Medan, Selasa lalu pukul 21.30
BACA JUGA: Obituari Ratna Indraswari; Penulis Handal yang Tak Menyerah dengan Keterbatasannya
Saat diberondong peluru, Suwito dan istrinya berada di jok depan mobil Chevrolet CaptivaDua anaknya dan babysitter duduk di jok belakangSuwito tewas dengan 19 peluru menembus tubuhnya, sedangkan Dora ditembus delapan peluru.
Kejadian itu membuat keluarga besar To Siau Hua alias Sarwo Pranoto, 64, ayah Suwito, shock"Kami benar-benar tak menyangka ada orang yang tega berbuat itu kepada kakak kami," ungkap Lie Chin, 30, adik kandung Dora, yang ditemui di antara para pelayat di tempat persemayaman itu"Keluarga kami masih shock dan trauma," imbuhnya
Suasana haru sangat terasa di persemayaman tersebutApalagi ketika biksu dari Vihara Kuan Tei Kong di Jl Irian Barat, Medan, memimpin doa hut co agar arwah para korban diterima BuddhaLie Chin terlihat tak kuasa menahan isak tangisDuduk di dekat dia, Elke, sang adik, juga menangisSementara itu, Sarwo Pranoto terlihat menundukkan kepalaDi ruangan seluas 8 x 8 meter itu terdapat foto Suwito alias Kho Wie To dan istrinya, Dora, serta hiasan sejumlah bunga
Bunga-bunga ucapan belasungkawa juga bisa mudah dibaca di sekitar tempat persemayaman tersebutDi antaranya berasal dari Ir Julius Silaen, pimpinan Pelabuhan Cabang Belawan; Dr Ir Dedy HSutisna MS, Dirjend Perikanan Tangkap KKP Jakarta; serta Danlantamal I Belawan.
Suasana kian mengharukan ketika di antara orang-orang yang khusyuk berdoa itu Latresia, si sulung pasangan Suwito-Dora, juga berdoaJika kakek dan tante-tantenya menangis saat berdoa di depan jenazah, bocah 5 tahun itu justru tak terlihat menangisTatapan matanya disebar ke arah para kerabatnyaSesekali mulutnya ikut berkomat-kamit seperti menirukan doa yang diucapkan para kerabatnya
Sebenarnya Sumut Pos (Jawa Pos Group/JPNN) berniat mewawancarai Latresia seputar peristiwa yang dialami pada Selasa malam laluTapi, upaya itu dicegah pihak keluarga"Dia masih terlalu kecil untuk ditanyaJangan dulu ya," pinta salah seorang kerabat yang melarang Sumut Pos
Kepada wartawan, Sarwo Pranoto mengungkapkan, pihaknya sangat yakin polisi bisa menangkap pelaku yang membunuh anak serta menantunya itu"Sebelum kejadian, saya sama sekali tak punya firasat," katanya lantas mengusap linangan air mataPeristiwa itu, lanjut dia, baru pertama dialami keluarganya"Saya berharap ini adalah yang pertama sekaligus yang terakhir," ujarnya
Bagaimana dengan nasib dua cucunya yang yatim-piatu itu" Ditanya demikian, Sarwo tak langsung menjawabSejenak tatapan matanya menerawang"Saya akan rawat sendiri cucu saya," katanya lirih
Pasca pembunuhan pada Selasa malam lalu, rumah korban di Jalan Akasia No 50, Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, kembali didatangi anggota Puslabfor Polda SumutMereka melakukan olah TKP dan berupaya mencari barang bukti lain yang berguna untuk penyelidikan. Berdasar pantauan Sumut Pos, warga terus berdatangan ke lokasiMereka ingin melihat langsung tempat penembakan itu
Suwanto, 30, salah seorang tetangga dekat Suwito, menuturkan, dirinya tak mengetahui persis kejadian tersebutDi mata dia dan sejumlah tetangga, keluarga Suwito termasuk tertutup"Ya, mereka itu keluarga yang sangat tertutup kepada wargaKarena itu, kami tidak terlalu open setelah kejadian tersebut dan tidak ada warga di sekitar yang berani menolong saat itu," ujarnya"Kami baru ikut menolong setelah pembantunya berteriak-teriak minta tolong," katanya.
Pria 55 tahun tersebut juga menyatakan bahwa korban jarang berkomunikasi dengan warga dan tetangga"Korban jarang keluar rumahTapi, kalau ada kegiatan, dia memang bersedia membantu warga," ungkapnya(jpnn/c5/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Barbeque di Semak-Semak, Cara Warga Jordania Nikmati Hari Libur
Redaktur : Tim Redaksi