LOLOS dari maut dan sembuh dari kanker darah (leukemia) yang diderita saat masih berusia 12 tahun membuat Natarini tak henti bersyukurKini hidupnya total diabdikan untuk memerangi kanker
BACA JUGA: Warga Rawagede setelah Gugatan Mereka Dimenangkan Pengadilan Den Haag
Bersama para survivor lain, dia membentruk Cancer Buster CommunityRidlwan Habib, Jakarta
"Mbak, doakan Dik Syifa masuk Jannatul Firdaus ya
BACA JUGA: Kebanggaan dan Kegundahan Orang-Orang Indonesia di Boeing
Kemarin sebenarnya sudah masuk fase induksi kemoterapi akhir dan sudah tidak mondokMata Natarini berkaca-kaca saat menunjukkan SMS itu kepada Jawa Pos Kamis (15/9) lalu di kantornya, RS Dharmais, Jakarta
BACA JUGA: Jadi Tukang Ojek pun Siap, Orang Tua Sempat Kecewa
Dia lantas melepas kacamata, meletakkan telepon genggam, dan menarik napas panjang"Dulu, awal-awal menerima SMS seperti ini, saya sangat shockBisa menangis seharianTapi, lama-lama saya sadar, ikhtiar manusia ditentukan hasil akhirnya oleh Allah," katanyaPesan singkat itu dikirimkan oleh seorang ibu yang tinggal di Magelang, Jawa TengahPutrinya yang bernama Syifa divonis leukemia sejak berusia dua tahunSaat usianya menginjak tujuh setengah tahun, Tuhan memanggilnya"Saya pernah beberapa kali mendampinginya saat kunjungan di RS dr Sardjito Jogjakarta," lanjutnya
Gadis kelahiran 26 Oktober 1984 itu bukan dokter kankerDia juga bukan ahli atau ilmuwan kankerDia adalah seorang survivor atau orang yang berhasil selamat dan dinyatakan sembuh total dari kanker yang belum diketahui secara pasti penyebabnya itu
Saat usianya 12 tahun, Natarini sering sakit-sakitanDemam seminggu, disertai batuk pilekLalu sembuhEh, tiga hari kemudian, kambuh lagi
Suatu hari, Idaningsih, ibunya yang berprofesi sebagai guru SD di Pandeglang, Banten, menjenguk salah seorang anak didiknya yang divonis leukimiaKondisinya pucat, rambutnya rontok "dimakan" kemoterapi"Saat itu Mama khawatir karena gejala awalnya mirip, yakni cepat lelah dan sering demam," katanya mengenang awal-awal deteksi penyakitnya.
Nata lalu dibawa ke RSCM JakartaDia tes darahSeminggu kemudian, "Mama membawa sebuah kertas lalu menangis sambil merangkul saya," tuturnyaBenar, hasil laboratorium membuktikan bahwa Natarini positif terkena leukemia.
Berbulan-bulan dia dirawat dan menghabiskan 56 kantong darah untuk transfusiSetelah diperbolehkan rawat jalan, seminggu sekali dia harus kontrol ke RSCM"Kami tinggal di Pandeglang, naik bus umumKalau macet, bisa enam sampai tujuh jam di jalanRasanya, ya susah sekali digambarkan," katanya
Menurut Natarini, setelah kemoterapi, seorang penderita akan merasakan sakit yang menjadi-jadiTerkadang, tubuh jadi lebih lelah dan sangat lemas"Saya di bus merasakan tulang-tulang ngilu," katanya
Tiga tahun berjuang, mental Natarini sempat drop dan mogok minum obat"Tapi, ada Mama yang selalu menyemangati saya untuk melawan terus dan berpikir sembuh," katanyaPada 1999, dokter yang merawatnya menyatakan Natarini bebas dari kanker dan bisa berhenti minum obat
Natarini lantas melanjutkan studiSetelah lulus SMA 1 Pandeglang, dia mengambil jurusan Administrasi Negara, Fisip, Universitas Tirtayasa Serang, BantenDia membuat skripsi berjudul Pengaruh Pelayanan Prima terhadap Derajat Kesehatan MasyarakatSetelah lulus, Natarini bergabung dengan Yayasan Onkologi Anak Indonesia dan kini bekerja sebagai sekretaris di Indonesian Journal of Cancer, sebuah lembaga penerbitan resmi di bawah RS Kanker Dharmais, Jakarta
Setiap hari Natarini rajin mengunjungi pasien kanker anak di rumah sakitDia berupaya memotivasi mereka agar tidak hilang harapan"Saya tahu pasti kalau anak-anak yang kena kanker masih susah mengekspresikan rasa sakitnyaMereka belum bisa cerita, karena itu saya berusaha mewakili," katanya
Terkadang, saking akrabnya dengan keluarga pasien, dia sering ditelepon tengah malam"Saya ditanya gejala-gejala medis, padahal saya bukan dokterKarena itu, biasanya saya minta telepon ditutup duluLalu saya yang telepon dokternya," katanya
Karena sudah mengabdi melawan kanker sejak usia muda, Nata mulai hafal istilah-istilah dalam pengobatan kanker"Tapi, saya tidak berani menjawab kalau pertanyaannya sudah detail sekaliSaya langsung memindahkannya ke dokter," katanya
Tidak semua orang tua yang anaknya divonis kanker sabarKarena itu, sering Natarini menjadi sasaran emosi yang memuncak"Saya maklum karena memang suasana psikologis orang tua sangat labilJustru itu harus didengar dan dipahami," ujarnya
Dia juga aktif memberikan cerita "suksesnya" melawan kanker di berbagai forumMisalnya, Natarini pernah tampil bersama Dahlan Iskan (CEO PLN) dalam sebuah acara di televisi swasta"Sebenarnya bukan hanya saya, ada sekitar 50 teman yang sekarang aktif," katanya
Para survivor itu mendirikan organisasi bernama Cancer Buster Community atau CBCMereka rajin road show keluar kota dan mengunjungi pasien kanker anak di berbagai daerah"Biasanya kami membawa hadiah-hadiah kecilKami cerita bahwa dulu kami juga seperti mereka dan bisa sembuh," katanya
Dia juga memotivasi para orang tua agar tak takut memeriksakan anaknya ke dokter untuk deteksi dini kanker"Semakin cepat diketahui, kemungkinan selamat lebih besar," katanya.
Beberapa pasien yang pernah didampingi dan sembuh juga bergabung sebagai anggota CBCMisalnya, gadis 17 tahun bernama Sazkia yang tinggal di Jakarta Barat"Tiga tahun lagi anak saya baru dinyatakan bebas totalSelama ini Natarini sangat membesarkan harapan dan memberi energi saat dia drop," kata ibunda Sazkia saat ditelepon Jawa Pos
Natarini kini tinggal di rumah kos di kawasan Tebet, Jakarta SelatanDia juga berusaha hidup senormal mungkin layaknya orang yang belum pernah menderita kanker
Setiap hari dia bolak-balik ke RS Dharmais dengan sepeda angin"Saya anggota komunitas Bike to Work juga," katanya
Dia juga rutin gowes bersama teman-temannya"Saat saya ikutan tracking, banyak yang tak percaya saya pernah leukemiaSaya bilang, hidup itu seperti roda, walau dulu sakit, harus berputar dan terus menggelinding," ujarnya(c2/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Babak Baru Alfred Riedl, mantan Pelatih Timnas Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi