BACA JUGA: Perajin Gula Merah Tak Naikkan Harga
Kami memilih untuk tidak mencari ikan di laut dulu," kata Manto, salah satu nelayan.Menurut dia saat ini beberapa nelayan lebih banyak mengisi hari-harinya dengan memperbaiki perahu maupun jaring yang rusak sambil menunggu kondisi gelombang normal lagi
Ia mengatakan sebelumnya hasil tangkapan ikan para nelayan cukup lumayan, namun memasuki minggu kedua Januari ikan mulai jarang dan sulit ditangkap jaring
BACA JUGA: Tokoh PDIP Sebut Ibu Sudah Linglung
"Kondisinya memang serba tidak mendukung karena gelombang masih cukup tinggi yang membahayakan, ditambah lagi ikan sulit ditangkap," katanya.Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jogjakarta memberi peringatan kepada para nelayan di pantai pesisir selatan Gunungkidul agar tidak melaut dalam beberapa waktu ke depan
BACA JUGA: Warga Marah, Bakar Foto Megawati
Angin muson baratan yang diperkirakan berhembus dengan kecepatan 30 km per jam ini terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara di belahan bumi utara dan selatanKondisi itu diprediksi akan menyebabkan tinggi gelombang meninggi antara dua hingga empat meterMenurut dia, hembusan angin kencang ini sebenarnya bukan hal yang luar biasaSebab, merupakan fenomena alam yang terjadi rutin setiap tahunnya dan berlangsung sejak bulan Oktober hingga bulan AprilMeski hembusan angin muson baratan ini cukup berpengaruh bagi nelayan di laut, namun ia menambahkan, dampaknya tidak akan sampai ke darat
Pengaruh di darat adalah meningkatnya intensitas hujanHujan diperkirakan akan turun secara ekstrem pada pertengahan atau akhir Januari nantiIni akan menyebabkan angin puting beliungTerjadinya angin puting beliung kecenderungannya terjadi pada pergantian musim kemarau ke penghujanKasi Data dan Informasi BMKG Gunungkidul Tiar Prasetya menjelaskan, "Saat ini belahan bumi utara tengah mengalami musim dingin sehingga menyebabkan tekanan di utara lebih tinggi dari pada selatan," ujarnya kepada wartawan beberapa hari lalu(hsa/aj)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukan Jaman Batu, Stop Adat Perang
Redaktur : Auri Jaya