Neraca Dagang Indonesia Surplus Rp 4,7 Triliun

Sabtu, 16 Maret 2019 – 10:33 WIB
Darmin Nasution. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca dagang Indonesia pada Februari 2019 surplus USD 330 juta atau sekitar Rp 4,7 triliun.

Hal itu disebabkan nilai impor tercatat USD 12,2 miliar atau sekitar sekitar Rp 174 triliun.

BACA JUGA: Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.463 Triliun

Sementara itu, nilai ekspornya mencapai USD 12,53 miliar atau sekitar Rp 178,7 triliun.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, sebenarnya nilai ekspor turun. Februari lalu nilai ekspor turun 10,05 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor bulan sebelumnya.

BACA JUGA: 2 Cara Tingkatkan Produksi Kopi

”Siklus tahunan,” kata Suhariyanto, Jumat (15/3).

Menurut dia, tiap kuartal pertama, nilai ekspor memang biasanya turun. Salah satu penyebabnya adalah turunnya harga komoditas.

BACA JUGA: Rupiah Tertekan Sentimen Global dan Lokal

Sejauh ini komoditas alam masih menjadi andalan ekspor Indonesia. Karena itu, saat terjadi pergolakan harga komoditas, ekspor pun terganggu.

”Tantangan 2019 memang tidak gampang. Baik perekonomian global maupun harga komoditas masih bergejolak,” kata Suhariyanto.

Di sisi lain, impor pada Februari yang senilai USD 12,2 miliar atau sekitar Rp 174 triliun.

Angka itu turun 18,61 persen dari bulan sebelumnya. Bahan baku, barang modal, maupun barang konsumsi mengalami penurunan impor.

Suhariyanto mengatakan, neraca dagang Indonesia surplus ke beberapa negara. Di antaranya, AS, India, dan Belanda.

Namun, perdagangan dengan Tiongkok, Jepang, dan Thailand masih defisit.

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah harus bekerja lebih keras untuk mengupayakan pertumbuhan ekspor.

”Masih perlu kerja keras untuk membuat neraca dagang dan transaksi berjalan konsisten lebih baik,” ucap Darmin.

Mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu juga menyoroti impor yang turun drastis. Padahal, pemerintah sudah mendorong penekanan dan substitusi impor lewat beragam kebijakan.

”Kami tidak hanya fokus ke ekspor, tetapi juga pertumbuhan. Jadi, kami jaga agar impornya tidak terlalu merosot,” tambah Darmin.

Direktur Eksekutif-Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menuturkan, pihaknya sudah meramalkan surplus neraca dagang pada Februari tersebut.

Surplus itu banyak dipengaruhi neraca perdagangan nonmigas.

”Penurunan impor nonmigas lebih besar ketimbang penurunan ekspor nonmigas,” ujar Onny.

Penurunan impor nonmigas terutama terjadi pada impor mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, serta mesin/pesawat mekanik.

Sementara itu, penurunan ekspor nonmigas terutama terjadi pada ekspor bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta bijih, kerak, dan abu logam.

Onny menambahkan, surplus neraca perdagangan nonmigas Februari lalu mencapai USD 790 juta atau setara dengan Rp 11,2 triliun.

Angka itu lebih baik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang defisit USD 640 juta atau sekitar Rp 9,1 triliun.

”Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan pada Februari 2019 positif untuk memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan,” terang Onny. (rin/ken/c25/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Investor Asing Bawa Masuk Duit Rp 59,9 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler