Ngaku Rugi, Aprobi Minta Harga Biodiesel Ditinjau Ulang

Senin, 04 Agustus 2014 – 11:44 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Produsen Biodiesel (Aprobi) meminta agar harga biodiesel ditinjau ulang. Alasannya, harga biodiesel masih kurang kondusif bagi perusahaan.

Ketua Umum Aprobi MP Tumanggor mengungkapkan, formula harga MOPS (Mean Oil Platt Singapore atau harga rerata transaksi bulanan minyak di pasar Singapura) solar maksimal yang dipakai Pertamina tidak memperhitungkan harga CPO yang menjadi bahan baku biodiesel.

BACA JUGA: Argentina Gagal Bayar, Indonesia Masih Aman

"Sebenarnya, produsen tidak keberatan jika Pertamina memakai MOPS solar asalkan hanya ditujukan kepada biodiesel bersubsidi atau Public Service Obligation (PSO)," kata Tumanggor dalam keterangan persnya, Senin (4/8).

Seperti sekarang ini, lanjutnya, harga CPO sudah di kisaran USD 880 atau Rp 10,1 juta per ton ditambah dengan biaya olah sebesar USD 150 atau Rp 1,7 juta per ton sehingga total biaya pokok produksi mencapai USD 1.050 atau Rp 11,8 juta per ton. Itupun biaya transportasi masih ditanggung oleh produsen. Sedangkan, harga MOPS solar sekitar USD 888,3 atau Rp 10,2 juta per ton.

BACA JUGA: Kinerja Perbankan Tetap Tumbuh

“Dengan harga ini jelas kami rugi karena CPO sebagai bahan baku, harganya sudah lebih tinggi dari MOPS solar. Karena itu perlu adanya kajian ulang harga biodiesel ini,” terangnya.

Terkait adanya keraguan akan kepastian kesinambungan pasokan bahan bakar B20 dan jaminan pemerataan distribusi B20 serta realisasi kewajiban penggunaan B20 yang membutuhkan waktu beberapa waktu ke depan, Tumanggor justru mendesak agar pemerintah baru yang terbentuk pada Oktober nanti sudah harus membuat kebijakan baru tentang penggunaan biodeiesel. (esy/jpnn)

BACA JUGA: Aprobi Siap Dukung Kebijakan B20

BACA ARTIKEL LAINNYA... Solar Dibatasi, Penimbun Bakal Beraksi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler