jpnn.com, GUNUNGKIDUL - Krisis air di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menimbulkan efek domino. Bahkan di Kecamatan Tepus, Gunungkidul, kekeringan mengakibatkan anjing liar berperilaku brutal.
Anjing liar yang kehausan dan kelaparan memangsa ternak warga. Akibatnya, sudah puluhan kambing warga mati berlumuran darah.
BACA JUGA: Kekeringan Parah, Warga Susuri Hutan Cari Air Bersih
Baru-baru ini, dua padukuhan di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus terdapat 10 kambing mati. Rinciannya adalah tujuh ekor kambing di Dukuh Danggolo dan tiga ekor kambing di Dukuh Sureng.
Kepala Desa Purwodadi Sucipto mengatakan, 10 kambing itu diitemukan dalam kondisi tak bernyawa lagi Minggu (10/9). “Kami perkirakan anjing liar beraksi pukul 02.00 dini hari,” katanya.
BACA JUGA: Ini penyebab 2.726 Desa Mengalami Kekeringan Tahun Ini
Sucipto menambahkan, sampai kemarin sudah 50 kambing warga dimangsa anjing liar. Puluhan kambing tersebut ditemukan mati berlumuran darah.
Dia meyakini anjing liar menjadi pemangsa kambing warga. “Sudah kami sampaikan kepada warga, jika menjumpai anjing tidak diketahui siapa pemiliknya lebih baik ditangkap,” ujarnya.
BACA JUGA: 2.726 Desa di Jawa dan Nusa Tenggara Kekeringan
Dia khawatir jika anjing liar yang selama ini tinggal di gua-gua di dalam hutan akan menghabisi ternak warga. Padahal, kambing dan sapi adalah aset berharga bagi warga setempat.
“Menjadi tabungan untuk biaya sekolah anak dan untuk keperluan jangka panjang lainnya,” ujar Sucipto.
Sebenarnya warga pernah meminta tolong komunitas Perbakin untuk memburu anjing liar. “Tapi hanya satu (anjing liar) yang tertangkap," kata Sucipto.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Gunungkidul Suseno Budi mengatakan, serangan hewan liar terjadi setiap tahun. Pada 2016, kawanan anjing liar menyerang sekitar Panggang dan Purwosari.
“Kami menduga, anjing liar turun gunung karena kurang pakan dan air saat musim kemarau. Lalu menyerang kambing milik warga,” kata Suseno.
Karena itu Suseno menyarankan warga untuk memindah lokasi kandang ternak ke dekat permukiman. Dengan demikian hewan-hewan itu bisa diawasi.
“Biasanya warga membuat kandang di hutan untuk memudahkan mencari pakan. Selain itu, kotorannya bisa untuk pupuk,” ungkapnya.(rj/ong/ong/JPR)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kekeringan Parah, Air 200 Liter Rp 100 Ribu, Minum Diirit
Redaktur & Reporter : Antoni