jpnn.com, STOCKHOLM - Musim pengumuman nobelis dimulai. Kemarin, Senin (1/10) Dewan Nobel di Institut Karolinska Swedia menganugerahkan Nobel Fisiologi alias Nobel Kedokteran kepada dua doktor dari dua benua berbeda.
Dua pakar kekebalan tubuh dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang itu menang berkat penelitian tentang kanker.
BACA JUGA: Agen Youthquake Perjuangkan Cita-Cita Dunia Bebas Nuklir
"James Allison dan Tasuku Honjo membuktikan bahwa kekebalan tubuh bisa dimanfaatkan dengan cara yang berbeda untuk menyetop perkembangan sel kanker," demikian bunyi keterangan tertulis Dewan Nobel sebagaimana dilansir Reuters.
Allison yang mengajar di MD Anderson Cancer Center, University of Texas, menemukan bahwa protein tertentu bisa berfungsi sebagai rem dalam sistem imun tubuh.
BACA JUGA: Ekonom AS Raih Nobel, Ini Penemuan Pentingnya
Pakar 70 tahun itu menyatakan bahwa tubuh bisa mengendalikan rem tersebut. Dengan demikian, protein itu bisa diperintah untuk menyerang sel-sel kanker.
Secara terpisah, Honjo yang tercatat sebagai pengajar di Kyoto University sejak 1984 pun menemukan hal yang sama. Tetapi, protein yang dia teliti tidak sama.
BACA JUGA: Nobel Sastra Kembali ke Penulis, Elitis pun Bersorak
Dengan mekanisme yang berbeda, protein itu pun bisa difungsikan sebagai rem dalam sistem kekebalan tubuh.
"Penemuan dua penerima Nobel Kedokteran tersebut menjadi langkah penting dalam upaya memerangi kanker," ungkap salah seorang jubir Dewan Nobel.
Atas prestasi itu, Allison dan Honjo berhak atas hadiah uang SEK 9 juta atau sekitar Rp 15 miliar. Penghargaan tersebut akan diterimakan pada Desember. (bil/c22/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Survei: Donald Trump Ancaman Terbesar Kelima Bagi Umat Manusia
Redaktur & Reporter : Adil