Obama Klaim Menangi Perang Afghanistan

Sukses Hajar Al-Qaidah dan Taliban

Sabtu, 18 Desember 2010 – 04:21 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berpidato soal evaluasi Perang Afghanistan Kamis petang waktu setempat (16/12)Dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi nasional tersebut, pemimpin 49 tahun itu menegaskan bahwa strategi perang Negeri Paman Sam di Afghanistan sudah berada di jalur yang tepat.

Menurut Obama, perang yang sudah berlangsung selama sembilan tahun tersebut, mulai memperlihatkan kemajuan

BACA JUGA: Teroris Juga Rekrut Warga Kulit Putih

Terutama, dalam upaya memberantas militan
Khususnya, Al-Qaidah dan Taliban

BACA JUGA: Pendiri Wikileaks Kembali Disidang

"Operasi militer AS yang nyaris tanpa henti membuat jaringan teror Al-Qaidah kewalahan
Personel militer tambahan juga terbukti efektif menunjang keberhasilan operasi di lapangan," paparnya seperti dilansir Agence France-Presse kemarin (17/12).

Lewat operasi pemberantasan militan tanpa henti di perbatasan Afghanistan-Pakistan, AS sukses menekan Al-Qaidah

BACA JUGA: ABK Indonesia Selamat dari Tragedi Pulau Natal

Selama lebih dari setahun menerapkan kebijakan militernya di Afghanistan, Obama mengaku puas menyaksikan bergugurannya para petinggi Al-QaidahKarena struktur komandonya berantakan, organisasi militan yang konon didirikan Usamah bin Laden itu konon lantas kesulitan merekrut orang-orang baru di Afghanistan.

Di samping itu, aktivitas Al-Qaidah di Bumi Opium itu juga sempat dilaporkan macetMereka jarang melancarkan seranganKonon, mereka kesulitan merancang serangan-serangan baru setelah para petinggi dan tokoh-tokoh kunci organisasi tersebut tewas atau tertangkap dalam operasi militer AS"Pendek kata, Al-Qaidah (Afghanistan) berhasil kami lumpuhkan," tandas Obama dalam pidato yang disampaikan dari Gedung Putih tersebut.

Kendati demikian, Obama memperingatkan bahwa Perang Afghanistan masih belum usaiPerjuangan masih panjang"Kita harus berusaha lebih kerasSebab, Al-Qaidah masih punya banyak rencana untuk menyambung teror 11 September 2001 (9/11)," ungkapnyaDia juga tidak menutup mata pada laporan yang menyebutkan tumbuhnya jaringan teror baru di perbatasan Afghanistan-PakistanBelakangan, Islamabad mengungkap kekhawatiran mereka terhadap jaringan baru tersebut.

Untuk itu, Obama bertekad meningkatkan hubungan antiteror dengan pemerintahan Presiden Asif Ali ZardariBukan hanya kerjasama strategi, tapi juga aksi"Harus kami akui, kemajuan yang tercapai belum sesuai harapanKarena itu, kami mendesak Pakistan untuk meningkatkan aksi pemberantasan militan di sepanjang perbatasan mereka dengan Afghanistan," lanjut bapak dua putri tersebut, seperti dikutip Associated Press.

Pidato evaluasi yang disampaikan Obama bersama Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Robert Gates tersebut merupakan hasil laporan Dewan Keamanan Nasional AS (NSC)Selama dua bulan penuh, dewan tersebut mengevaluasi strategi militer yang diterapkan pemerintahan Obama di AfghanistanDalam kesimpulannya, NSC menyebutkan bahwa strategi antiteror sukses menghancurkan sarang militan (Taliban) di Provinsi Kandahar dan Provinsi Helmand.

Sayangnya, laporan itu dianggap tidak validSelain tidak menyertakan bukti-bukti penting, laporan tersebut juga kurang detailTapi, Hillary membela laporan NSC itu"Ini benar-benar evaluasi yang sulit," ungkapnyaKarena itu, dia mengimbau semua pihak menghargai laporan yang dikerjakan dengan susah payah tersebutBerdasar laporan positif tersebut, pemerintahan Obama juga tetap konsisten pada rencana penarikan pasukan yang dijadwalkan pada Juli 2011 mendatang.

Sementara itu, Taliban mementahkan laporan ObamaKemarin, lewat situs resminya, organisasi Islam radikal itu justru mengumumkan fakta sebaliknyaMenurut mereka, AS kalah di Afghanistan"Keputusan untuk menarik pasukan serta banyaknya serdadu yang tewas dalam pertempuran, menunjukkan bahwa AS gagal," terang TalibanTahun ini, jumlah serdadu AS yang tewas mencapai 480Padahal, jumlah serdadu yang tewas tahun lalu dan 2008, berturut-turut hanya 317 dan 155 jiwa(hep/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratu Diduga Ikut Kudeta Thaksin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler