jpnn.com, MENGGALA - Pernyataan manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Demang Sepulau Raya (RSUD DSR), Lampung Tengah (Lamteng), yang telah memfasilitasi ambulans gratis menuai tanggapan dari keluarga pasien.
Pasangan suami-istri (pasutri) Chandra Pratama (sebelumnya Hendra) dan Emilia Sari menyatakan pihaknya tidak pernah ditawari petugas RS tersebut untuk membawa pulang jenazah bayi mereka menggunakan ambulans gratis.
BACA JUGA: Gundukan Tanah Dicongkel, Ternyata Isinya Mayat Bayi
’’Kami memilih menggunakan angkot yang dicarikan keluarga kami karena tak sanggup membayar ambulans RSUD DSR yang mencapai Rp 1.894.000,” ujar Chandra kepada wartawan di kediamannya di Jalan III, Lingkungan Kibang, Menggala Tengah, Menggala, Tulangbawang, kemarin (11/10).
Chandra menceritakan, awalnya istrinya dirawat di RSUD Menggala pada Sabtu (7/10). Tetapi karena keterbatasan peralatan, istrinya dirujuk ke Rumah Sakit Puti Bungsu Bandarjaya, Lamteng.
BACA JUGA: Bapak Ini Bawa Pulang Jenazah Bayinya dengan Naik Angkot
’’Sampai di situ langsung dioperasi dan anak saya lahir sekitar pukul 16.10 WIB,” katanya.
Setelah itu, lanjut dia, pihak Rumah Sakit Puti Bungsu menyatakan anaknya mengalami gangguan kesehatan dan harus dirujuk ke RSUD DSR. ’’Sekitar pukul 17.00, anak saya dibawa ke RSUD DSR,” ungkapnya.
BACA JUGA: Wali Kelas: Haizah Hasya Itu Siswi yang Ceria dan Pinter
Di RSUD DSR, anaknya langsung dirawat di ruang ICU. Namun pada Minggu (8/10) sekitar pukul 13.10, Chandra dikabarkan anaknya meninggal dunia.
Kemudian dia beserta keluarga, yang saat itu ditemani pamannya Junaidi, berinisiatif membawa pulang jenazah bayinya. Saat itu, dia diminta menyelesaikan biaya administrasi pengobatan anaknya di RSUD DSR sebesar Rp3,5 juta.
Setelah menyelesaikan pembayaran administrasi, dia bersama Junaidi mendatangi tempat administrasi ambulans RSUD DSR.
’’Petugasnya mengeluarkan kertas yang berisi tarif ambulans. Dijelaskan, biaya pengantaran jenazah sampai Menggala Rp 1.894.000. Sementara posisi saya dan keluarga saat itu sudah tidak ada uang lagi,” kata pria yang berprofesi sebagai buruh penderes karet ini.
Karena tidak ada biaya, Chandra lalu meninggalkan loket administrasi ambulans. ’’Setelah saya pergi, tidak ada satu pun pihak RSUD DSR yang mendatangi saya lagi terkait ambulans gratis,” bebernya.
Setelah itu, kata Chandra, dia menghubungi keluarganya di Menggala untuk diminta bantuan mencari mobil. ’’Sampai pukul 16.00, akhirnya baru dapat mobil. Itu pun angkot yang kami pinjam dari saudara. Ya, saudara jauh mas. Saya hanya belikan bensin untuk membawa pulang jenazah anak saya ke rumah,” katanya.
Sementara Joni, 38, salah seorang keluarga yang ikut menjemput Chandra, mengatakan, sekitar pukul 17.55 dia sampai di RSUD DSR untuk menjemput jenazah bayi tersebut menggunakan angkot.
Sebelum menjemput, Joni sempat menghubungi pihak RSUD DSR untuk meminta keringanan jika memang ada. ’’Tetapi memang tidak bisa. Dan biaya Rp 1.894.000 memang diwajibkan pihak rumah sakit,” sesalnya.
Karenanya, dia membantah pernyataan Direktur RSUD DSR dr. Otniel Sriwidiatmoko yang mengatakan pihak RS telah menawarkan ambulans gratis kepada keluarganya.
’’Tidak ada itu penawaran ambulans gratis. Kalau memang mereka menyarankan, tidak mungkin jenazah dimakamkan sampai malam hari,” tegasnya.
Sebelumnya, Direktur RSUD DSR dr. Otniel Sriwidiatmoko kepada wartawan pada Selasa (10/10) membantah tidak memfasilitasi ambulans gratis bagi pasien.
’’Kami bukan tidak memfasilitasi ambulans gratis. Keluarga pasien sempat tanya ambulans, sesuai prosedur kami jelaskan berdasarkan perda bahwa ada tarifnya.
“Keluarga pasien pun tidak berkoordinasi atau bertanya apa pun. Kemudian kami tawarkan ambulans gratis karena keluarga pasien benar tidak mampu. Tetapi, keluarga pasien memutuskan naik angkot milik salah satu keluarganya,” katanya.(nal/c1/whk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oalah, 3 Remaja Ini Pagi ke Sekolah, Siang-nya Nyolong Motor
Redaktur & Reporter : Budi