Organ Harimau Uzur KBS Tetap Dikirim ke Laboratorium

Sabtu, 08 Februari 2014 – 07:23 WIB
Harimau benggala koleksi KBS bernama Cantrika yang mati Kamis (6/2). FOTO: FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

jpnn.com - KEBUN Binatang Surabaya (KBS) kembali kehilangan satwa buasnya. Harimau benggala putih bernama Cantrika mati Kamis (6/2) lalu. Namun pihak KBS berkesimpulan awal bahwa kematian Cantrika wajar lantaran umurnya sudah tua dan mengalami sakit.  

Direktur Operasional PDTS KBS Liang Kaspe mengatakan, harimau tersebut mati memang karena kekurangan asupan gizi yang disebabkan luka pada lidah. Dengan begitu, harimau asli India tersebut tidak bisa menelan makanan. "Lidah harimau itu untuk membantu mengambil makanan. Jadi, lukanya membuat Cantrika tidak bisa mengambil makanan," terangnya saat ditemui di RS Hewan Setail kemarin. 

BACA JUGA: Majelis Hakim Tipikor Bekerja Seenaknya

Liang menuturkan, lidah tersebut rusak karena posisi rahang dan gigi harimau yang sudah tidak nyaman lantaran efek umur harimau. Jadi, karena harimau itu sudah tua, banyak gigi yang ompong. Karena tidak nyaman, harimau tersebut meraba-raba giginya dengan lidah. "Akhirnya, lidahnya justru tergigit. Umur harimau itu sekitar 20 tahun. Jadi, Cantrika ini sudah tua," tuturnya.

Petugas pernah berencana mengoperasi luka pada lidah harimau putih itu. Tapi, ada berbagai pertimbangan yang membuat rencana tersebut harus diurungkan. Sebab, tidak ada jaminan bahwa harimau itu tidak akan kembali merusak lidahnya. "Kami mengurungkan niat mengoperasinya," ujar dia. 

BACA JUGA: Harimau Uzur KBS Akhirnya Mati

 

Kendati kematian harimau dinilai wajar, Liang mengaku tetap mengirimkan organ satwa itu ke laboratorium Unair untuk diuji patologi. "Uji laboratorium ini merupakan standar penanganan di KBS," paparnya. 

BACA JUGA: Harga Karet Turun Hingga Rp5 Ribu

Sementara itu, PDTS menempuh cara baru dalam merespons adanya kematian satwa. Dalam kematian Cantrika tersebut, PDTS membuat berita acara kematian (BAK). Itu dilakukan selain untuk tertib administrasi, juga salah satu bagian dari upaya memperbaiki standard operating procedure (SOP) di KBS. 

Dalam BAK itu, sejumlah saksi seperti keeper, satpol PP, dan dokter hewan memberikan keterangan terkait dengan penyebab kematian hewan tersebut. Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, penerapan semacam BAP itu merupakan cara agar kematian satwa benar-benar terbuka. "Kalau ada sesuatu bisa bertanggung jawab. Ini yang dianjurkan pihak kepolisian," ujarnya. 

Yang cukup penting adalah kematian satwa juga tidak boleh membuat paranoid. Irvan mengatakan, tidak semua kematian satwa langsung dilaporkan ke polisi. "Tentu yang janggal saja yang perlu dilaporkan, kalau memang mati karena sakit tidak perlu," tegasnya. 

Sebelumnya Dirut PDTS KBS Ratna Achjuningrum memublikasikan 84 satwa yang sakit, tua, dan cacat di KBS. Cantrika merupakan salah satu satwa yang dipublikasikan sakit. Dengan kematian Cantrika itu, harimau benggala putih di KBS tinggal lima ekor. Perinciannya, dua jantan dan tiga betina. Sayang, masih ada seekor harimau betina bernama Angelica yang dideteksi sakit karena osteoporosis. (idr/nw/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Buruh Bikin Pabrik Lumpuh


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler