jpnn.com - JAKARTA - Pengurus Pusat Muhammadiyah melibatkan beberapa dokter untuk terlibat dalam autopsi jenazah Siyono. Ini dilakukan setelah banyak pihak yang menuding ada kejanggalan di balik kematian Siyono setelah dipinjam oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Otopsi jenazah Siyono oleh PP Muhammadiyah bahkan mendapat persetujuan dari Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
BACA JUGA: KPU Belum Bahas Pengganti Fahri Hamzah di DPR
"Kami jelaskan dokter Muhammadiyah itu biasa diminta untuk urusan bencana. Nah sekarang oleh Komnas Ham diminta untuk jadi tim forensik," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir usai menemui Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/4).
Dia mengharapkan, keterlibatan dokter Muhammadiyah bisa menjadi penengah antara Polri dan pihak yang menuding Densus sebagai penyebab tewasnya Siyono di Klaten, Jawa Tengah.
BACA JUGA: Kata Menteri Jonan, Sudah 2 Minggu Bandara Halim tak Punya...
"Kepolisan memahami kami bergabung. Kedua, pihak kepala aparat desa dan Muhammadiyah juga berkoordinasi di sana (Klaten). Ada pimpinan Muhammadiyah daerah sehingga ada saling pengertian dan otopsi berjalan sebagaimana semestinya," jelasnya.
Dia menjelaskan, saat ini pihaknya dan Polri masih menggelar otopsi tersebut. Saat ditanya, apakah jenazah Siyono terdapat sejumlah luka lebam seperti yang diklaim oleh keluarga Siyono, dia enggan menjawab.
BACA JUGA: Efektifitas Operasi Penangkapan Santoso Dipertanyakan
"Belum ada laporan, jadi nanti akan ada ya kira-kira seminggu sampai sepuluh hari dan yang berhak melaporkan itu tim forensik murni sebagai tugas," tandas Haedar. (Mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dewan dan Pejabat Kemenpupera Sikat Duit Abdul Khoir Cs
Redaktur : Tim Redaksi