jpnn.com - Politikus PDI Perjuangan Bambang Wuryanto yang lebih dikenal dengan nickname Bambang Pacul sedang jadi sorotan. Jabatan resminya ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PDIP sekaligus ketua DPD PDIP Jawa Tengah.
Pacul dikenal sebagai orang dekat Puan Maharani. Hampir di setiap acara Puan ada Pacul di sampingnya.
BACA JUGA: Ganjar
Ada yang menyebut Pacul sebagai tangan kanan Puan. Ibaratnya, kalau tidak ada Pacul berarti tangan Puan tinggal sebelah kiri saja.
Bukan hanya Puan yang percaya kepada Pacul. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarputri pun sangat percaya kepada pria kelahiran 17 Juli 1956 itu.
BACA JUGA: Khofifah
Megawati sering membanggakan dan memuji Pacul pada beberapa acara yang dihadiri kader-kader PDIP. Salah satu prestasi Pacul yang dipuji Mega ialah keberhasilannya meningkatkan perolehan kursi PDIP di DPR RI dari Jawa Tengah pada pemilu lalu.
PDIP memiliki 18 kursi DPR dari Jawa Tengah hasil Pemilu 2014. Namun, pada Pemilu 2019, partai berlambang kepala banteng itu bisa meraih 26 kursi DPR RI dari Jawa Tengah.
BACA JUGA: Provinsi Padang
Artinya, dari total 77 kursi yang diperebutkan di Jawa Tengah, PDIP merebut sekitar 33 persen. Di DPRD Jateng pun PDIP juga merajai dengan 42 kursi.
Hebatnya lagi, selain melebihi target perolehan kursi DPR RI, PDIP juga sukses merampas seluruh delapan kursi DPR RI yang sebelumnya menjadi milik PAN. PDIP membuat partai berlambang matahari itu nelangsa.
PAN pernah memiliki delapan kursi DPR dari Jawa Tengah hasil Pemilu 2014. Namun delapan kursi itu hilang pada Pemilu 2019 meski PAN memiliki nama-nama kondang, seperti, petenis Yayuk Basuki dan Mumtaz Rais, putra Amien Rais.
Pada sebuah kesempatan, Megawati memuji Pacul untuk kesuksesannya melejitkan perolehan suara PDIP dengan memereteli PAN di Jateng. PAN meyakini ada kecurangan dan penggelembungan suara di sejumlah dapil dan membawa kasus itu ke Mahkamah Konstitusi, tetapi sia-sia.
Pacul diganjar jabatan strategis di DPP PDIP sebagai ketua Bappilu periode 2019-2024. Dia mewarisi jabatan Bappilu itu dari Bambang DH, mantan wali kota Surabaya.
Begitu menjadi ketua Bappilu, Pacul langsung pasang target untuk membawa PDIP meraih hat-trick dengan menang pemilu tiga kali berturut-turut. PDIP sebelumnya sudah menjadi jawara pada Pemilu 2014 dan 2019.
Kini, Bambang Pacul menjadi aktor utama dalam konflik terbuka dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Pacul menuding Ganjar ‘kemajon’ atau terlalu berambisi menjadi kandidat pada Pilpres 2024.
Ganjar yang punya aktivitas tinggi di media sosial dianggap lebih asyik bikin konten daripada menjalankan tugasnya sebagai gubernur.
Saat DPD PDIP Jateng menggelar acara di Semarang, Sabtu (22/5), guna mengonsolidasikan kadernya yang jadi kepala daerah guna menghadapi Pemilu 2024, Ganjar justru tidak diundang. Puan Maharani menjadi pembicara utama di acara konsolidasi yang digelar di Panti Marhaen itu.
Ganjar tidak hanya dianggap kemajon, tetapi juga keminter. Tentu saja pernyataan Pacul itu menjadi tamparan keras bagi Ganjar.
Namun, Ganjar yang dieksklusi memilih tidak melawan tudingan ini. Setidaknya sekarang ini dia masih memilih mengalah.
Dalam konflik ini Bambang Pacul menjadi aktor utama. Dia pasang badan untuk Puan Maharani.
Sudah jelas bahwa Puan jengah oleh manuver Ganjar. Dalam sambutan di acara konsolidasi itu pun Puan menyatakan seorang pemimpin harus terjun langsung di tengah masyarakat dan tidak sekadar muncul di media sosial. Jelas, pernyataan ini ditujukan kepada Ganjar.
Jelas juga bahwa Megawati tidak mau kecolongan untuk ketiga kalinya dalam pilpres 2024 nanti. Pada dua pilpres sebelumnya Megawati kecolongan oleh manuver pencitraan Jokowi yang membuatnya sangat popular.
Mega tidak punya pilihan selain menyerahkan rekomendasi kepada sosok yang dia sebut sebagai 'si kerempeng petugas partai' itu. Ternyata Jokowi bisa dua kali memenangi kontestasi pilpres.
Bisa jadi Mega sedang mempersiapkan Puan Maharani sebagai putri mahkota untuk 2024. Malah sudah ramai diberitakan bahwa ada kesepakatan soal memasangkan Prabowo Subianto dengan Puan pada Pilpres 2024.
Semua mafhum, itu bukan kali pertama Prabowo punya kesepakatan politik dengan Megawati. Pada 2009 sudah ada dokumen Batutulis yang menyepakati PDIP akan mencalonkan Prabowo pada Pilpres 2014.
Namun, Prabowo gigit jari karena jadi korban PHP lantaran rekomendasi dari PDIP justru untuk Jokwi. Mungkin kali ini Mega benar-benar ingin membayar utang politiknya kepada Prabowo dan tidak mau lagi melakukan PHP.
Oleh karena itu, skenario memajukan pasangan Prabowo-Puan tidak boleh dirusak oleh manuver seperti yang dilakukan Ganjar, yang bergerak tanpa ada instruksi partai.
Ganjar memang menjadi salah satu gubernur yang paling aktif bermain medsos bersama Gubernur DKI Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Itu dibuktikan dengan jumlah pengikutnya di Instagram yang mencapai jutaan.
Akun pribadi @ganjar_pranowo di Instagram memiliki 3,4 juta pengikut. Akun @aniesbaswedan malah punya lebih banyak pengikut, yakni 5 juta.
Adapun Kang Emil -panggilan akrab Kamil- memiliki pengikut 13,8 juta di Instagram. Jumlah itu tentu fantastis.
Di Twitter, akun @ganjarpranowo punya pengikut 1,9 juta, sedangkan @aniesbaswedan memiliki 4,2 juta followers. Rudwan Kamil dengan akun @ridwankamil punya pengikut 4,4 juta di Twitter.
Tak ayal, ketiga orang ini selalu saling tempel dalam setiap survei calon presiden 2014, terutama antara Ganjar dan Anies. Dalam berbagai survei, keduanya silih berganti saling menyalip dengan selisih yang tidak terlampau jauh.
Ini bisa menjadi indikasi bahwa aktivitas di medsos menjadi faktor pendorong popularitas para gubernur itu. Dengan follower jutaan itu, para gubenur bisa mengomunikasikan semua aktivitas mereka dengan cepat dan efisien.
Itulah ciri politisi modern di era demokrasi digital sekarang ini. Media sosial menjadi sarana efektif dalam melakukan komunikasi politik.
Media digital juga menjadi sarana kampanye pemenangan yang dahsyat. Di Amerika, Barack Obama yang 'bukan siapa-siapa' mampu memenangi Pilpres 2008 karena kampanye digitalnya yang bagus.
Jokowi juga bukan siapa-siapa ketika masih di Solo. Namun, kampanye pencitraannya yang intensif melalui media digital membuatnya tidak terbendung. Jokowi memenangi Pilpres 2014.
Sekarang adalah era politik digital untuk panggung para politisi digital. Politisi tradisional, yang hanya mengandalkan nepotisme dan primordialisme, seperti mendompleng nama besar orang tua, sudah kuno alias outdated dan sulit dijual kepada pemilih.(*)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Salah
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi