Panas! Ribuan Warga Anti-Brexit Desak Referendum Ulang

Minggu, 03 Juli 2016 – 05:34 WIB
Foto: Daniel Leal-Olivas/AFP

jpnn.com - LONDON – Situasi politik di Inggris masih panas. Ribuan warga memadati jalanan utama Kota London kemarin (2/7).

Massa yang menamakan diri mereka sebagai kelompok anti-Brexit itu berunjuk rasa, menentang hasil referendum 23 Juni yang tidak berpihak kepada mereka. 

BACA JUGA: Suami Tembak Istri, Berondong Pengunjung Kafe, Darah Berceceran

’’Kami tidak mau meninggalkan Uni Eropa (UE). Bahkan, jika harus menghormati hasil referendum pun, kami tetap ingin Inggris berorientasi pada UE,’’ kata Jess Baker, salah seorang peserta unjuk rasa. Perempuan 22 tahun itu datang bersama sang ayah, Bill. 

Mereka berdua mengusung papan bertulisan Bremain alias British Remain dan We Love EU (European Union) atau Kami Mencintai UE. 

BACA JUGA: Cegah Insiden Berdarah, Jemaah Haji Kenakan Gelang Pintar

Selain pasangan ayah dan anak Baker tersebut, ada ribuan warga lain yang menyuarakan protes mereka terhadap hasil referendum Kamis pekan lalu. Sekitar 52 persen suara mendukung leave atau Brexit.

Artinya, dalam waktu dua tahun lagi, Inggris akan meninggalkan UE. Tapi, sekitar 42 persen suara menghendaki Inggris tetap berada dalam UE. 

BACA JUGA: LIHAT Nih, Armada Tempur Memadati Pelabuhan Harbor, TNI AL Merasa Terhormat

Mark Thomas, aktivis anti-Brexit yang menggagas unjuk rasa kemarin, mengatakan bahwa referendum 23 Juni tidak sah. ’’Referendum tersebut tidak berlangsung seperti semestinya,’’ ucapnya. 

Karena itu, dia dan rekan-rekannya yang tergabung dalam kelompok March for Europe mendesak pemerintah menggelar referendum ulang. Sebelumnya, ada petisi yang menyerukan hal senada. 

Kemarin para pengunjuk rasa berkumpul di Park Lane. Dari sana, mereka berjalan menuju Parliament Square. Sambil mengusung spanduk maupun papan bertulisan slogan-slogan anti-Brexit, para pengunjuk rasa itu meneriakkan yel-yel anti-Brexit. 

Bahkan, mereka meminta pemerintah membatalkan hasil referendum. ’’Kampanye Brexit berisi banyak informasi yang tidak benar,’’ keluh Thomas. 

Keiran MacDermott, ketua March for Europe, menyebut Brexit sebagai tiket kehancuran Inggris. ’’Kita bisa mencegah semua itu dengan menolak referendum dan menyingkirkan tangan kita dari atas tombol kehancuran. Jangan biarkan generasi yang akan datang bimbang. Kita harus bangkit. Kita harus melawan. Kita harus menghentikan semua ini,’’ tegasnya. 

Sementara itu, bursa pemilihan ketua partai sekaligus perdana menteri baru kian panas. Dukungan terhadap May semakin banyak. Tapi, Menteri Kehakiman Michael Gove yang memutuskan untuk maju dalam pemilihan tersebut juga bukan lawan yang mudah dikalahkan. Selain mereka berdua, ada tiga politisi lain yang mengincar posisi yang bakal ditinggalkan PM David Cameron itu. 

Senada dengan Gove, May pun tidak ingin Inggris buru-buru menetapkan tanggal perceraian dari UE. Padahal, UE mendesak Inggris segera menyebut tanggal tersebut.

’’Itu tidak akan terjadi sebelum akhir tahun. Inggris masih harus bernegosiasi untuk menetapkan jenis hubungan selanjutnya dengan UE,’’ terang politikus perempuan berusia 59 tahun tersebut. 

Sebelumnya, May dikenal sebagai salah seorang menteri yang getol menyuarakan remain. Tapi, sebagai pengganti Cameron, dia berjanji menghormati keputusan rakyat lewat referendum.

’’Brexit adalah Brexit. Kampanye sudah usai, rakyat sudah memilih, maka tidak perlu lagi ada upaya untuk ngotot memilih remain. Tidak perlu ada negosiasi tertutup atau referendum ulang,’’ tegasnya. (AFP/Reuters/BBC/hep/c17/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 145 Prajurit TNI AL Siap Berikan yang Terbaik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler