Panen Melon di Limbah Pasir Sisa Tambang

Jumat, 02 November 2018 – 21:48 WIB
Karyawan PT Freeport Indonesia memanen buah melon yang ditanam dengan metode hidroponik menggunakan limbah pasir sisa tambang (tailing). Foto humas PT FI

jpnn.com, PAPUA - Pusat Penelitian Reklamasi dan Keanekaragaman Hayati PT Freeport Indonesia memanfaatkan limbah pasir sisa tambang (tailing).

Berbagai hal dilakukan di pusat penelitian untuk memaksimalkan manfaat tailing. Salah satu usahanya adalah program penanaman berbagai jenis tanaman pangan dan buah-buahan.

BACA JUGA: Fadli Zon Inginkan Divestasi Saham Freeport Tunggu 2021 Saja

Salah satu yang menjadi perhatian adalah penanaman 900 pohon melon di atas lahan tailing seluas 400 m2 dengan sistem hidroponik. Hasilnya sangat menggembirakan, karena pada Oktober ini mampu menghasilkan 1,35 ton buah melon dalam sekali panen.

“Panen buah melon kali ini sangat bagus, setiap pohonnya menghasilkan buah seberat 1,5 kilogram. Jadi untuk panen buah melon hasil tanam hidroponik saat ini mencapai 1,35 ton sekali panen,” ujar General Superintendent Reklamasi dan Keanekaragaman Hayati Dataran Rendah PT Freeport Indonesia, Roberth Sarwom.

BACA JUGA: Hasto Curigai Gerindra Tak Suka Indonesia Kuasai Freeport

Pria lulusan Universitas Negeri Papua dan Institut Teknologi Bandung ini juga menjelaskan bahwa berbagai jenis tumbuhan yang ditanam di Pusat Penelitian Reklamasi dan Keanekaragaman Hayati PT Freeport Indonesia juga dikembangkan dengan teknik tanam hidroponik. 

Teknik ini merupakan salah satu metode budidaya tanaman dengan media tanamnya yang bukan berupa tanah.

BACA JUGA: Ada Peran Penting Operator Perempuan di Tambang Freeport

“Teknik menanam yang satu ini biasanya menggunakan media tanam air (hidroponik) atau dapat juga menggunakan media lain seperti sekam padi, kertas koran, dan media lainnya selain tanah seperti pasir tailing. Ada beberapa jenis tanaman yang dapat tumbuh subur dengan menggunakan teknik menanam ini, ada pula yang tidak. Namun secara garis besar, penanaman secara hidroponik ini mampu menghasilkan tanaman yang sehat karena tidak memerlukan pestisida serta dapat diproduksi kapan saja tanpa terganggu dengan kondisi iklim,” ujar Roberth.

Manajer Senior Departemen Lingkungan PT Freeport Indonesia, Gesang Setyadi menjelaskan bahwa pemanfaatan tailing sebagai media tanam adalah bagian dari riset yang dilakukan oleh Freeport Indonesia agar nantinya masyarakat bisa bercocok tanah di lahan tailing pada saat pasca tambang.

“Sebagai perusahaan tambang yang selalu mengutamakan aspek perlindungan dan pelestarian lingkungan, PT Freeport Indonesia berkomitmen agar keberadaan tailing ini bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh masyarakat, terutama pada daerah-daerah yang terkena dampak langsung oleh kegiatan pertambangan," jelas dia.

Karena itulah, sambung Gesang, PT Freeport Indonesia kemudian mendirikan Pusat Penelitian Reklamasi dan Keanekaragaman Hayati yang salah satu tugasnya adalah meneliti pemanfaatan lahan bekas pengendapan dari tailing menjadi lahan yang produktif untuk kegiatna pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.

Gesang menjelaskan bahwa Pusat Penelitian Reklamasi dan Keanekaragaman Hayati ini telah berdiri sejak 1995 dan telah menghasilkan berbagai jenis produk pertanian, peternakan dan perikanan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Salah satu terobosannya adalah membuktikan bahwa meskipun merupakan hasil sisa olahan tambang, tailing terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis tanaman pangan yang aman untuk dikonsumsi. Menurutnya hasil tersebut berdasarkan analisis laboratorium yang dilakukan secara rutin.

“Kedalaman dari tailing di sini sekitar tujuh meter dari permukaan tanah. Di tailing inilah ditanam berbagai jenis tanaman sebagai proyek percontohan. Ada sayur-sayuran seperti cabe, tomat, sayur kangkung, sayur bayam, terong dan buah seperti melon, buah merah, pepaya, pisang, nanas, dan buah-buah lainnya,” tutur Gesang.

Gesang memaparkan bahwa kegiatan penanaman dan penghijauan lahan bekas endapan tailing ini merupakan bagian dari upaya Freeport Indonesia untuk mengubah persepsi yang beredar di masyarakat terkait tailing yang sering disebut mengandung bahan kimia dan merusak lingkungan.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yuk Kenalan dengan Budaya Suku Kamoro


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler