Panglima TNI: Krisis Energi, Pangan dan Air Akan Picu Konflik Dunia

Sabtu, 27 Agustus 2016 – 12:50 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan Kuliah Umum di hadapan 490 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pertahanan, PMPP IPSC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/8). FOTO: Puspen TNI

jpnn.com - SENTUL - Pertambahan populasi penduduk dunia dari masa ke masa semakin cepat, setelah 2011 untuk menambah satu miliar hanya butuh enam tahun, sebelumnya diperlukan puluhan bahkan ratusan tahun. Sehingga pada tahun 2017, diprediksi terdapat delapan miliar penduduk dunia.

Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan Kuliah Umum di hadapan 490 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pertahanan, PMPP IPSC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/8).

BACA JUGA: Kemdikbud Pastikan Pengurangan Anggaran Tunjangan Profesi tak Hilangkan Hak Guru

“Teori Maltus mengatakan bahwasanya pertambahan penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan meningkat ibarat deret hitung. Apabila garis pertambahan penduduk dengan garis ketersediaan pangan bersinggungan di suatu titik, maka disitulah terjadinya titik kritis,” jelas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Menurut penelitian, populasi ideal penduduk dunia sekitar 3-4 miliar untuk dapat hidup dengan layak, realitasnya saat ini setiap 2,1 detik satu bayi meninggal atau sekitar 15 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk. Itu artinya penduduk dunia sudah overload.

BACA JUGA: Misbakhun: Siapa yang Menjaga dan Melindungi Petani Tembakau?

“Bila populasi penduduk tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan pangan, maka akan memicu krisis. Inilah ancaman yang akan dihadapi penduduk dunia," ungkap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga menjelaskan bahwa, konfik yang terjadi di Irak, Iran, Libya, Kuwait, Mesir, Suriah, Yaman, Sudan dan Ukraina, semuanya sebagai negara penghasil energi.

BACA JUGA: Wacana Harga Rokok Rp 50 ribu, Salah Satu Instrument FCTC

“Saya bisa simpulkan bahwa konflik atau perang di dunia, 70 persen berlatar belakang energi,” ujarnya.

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memprediksi bahwa, konflik di waktu mendatang dari aspek latar belakang dan lokasinya akan mengalami perubahan. Hal ini dipicu, karena energi fosil diprediksi pada 2043 akan habis dan hanya bisa digantikan dengan energi alternatif (energi hayati) yang bisa hidup sepanjang tahun hanya di wilayah Ekuator yaitu Amerika Latin, Afrika Tengah dan Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menjelaskan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia yang berada di luar Ekuator, kedepan akan merasakan krisis hebat dan mengalami dua krisis, yaitu krisis energi dan pangan.

“Pangan awalnya hanya untuk makan, kedepan pangan dibagi dua untuk makan dan energi, sehingga nantinya penduduk diluar Ekuator akan berbondong-bondong ke wilayah Ekuator untuk mencari pangan, energi dan air,” katanya.

Menurut Jenderal Gatot, inilah pembuktian teori pergeseran latar belakang dan tempat konflik. Awalnya konfik berlatar belakang energi berubah menjadi latar belakang energi, pangan dan air (ekonomi), tempatnya konflik bergeser dari wilayah Arab Spring ke wilayah Ekuator termasuk Indonesia.

“Ancaman inilah yang harus disadari oleh kita semua,” ucap Panglima TNI seperti siaran pers Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin G.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pernah Usut Rekening Gendut Nur Alam, Kejagung Siap Bantu KPK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler