Parpol Islam Terancam di Ujung Tanduk

Senin, 07 September 2009 – 21:37 WIB
JAKARTA - Peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Syamsuddin Haris, serta pengamat politik Dr Fachri Ali, sependapat apabila parliementary threshold (PT) pada Pemilu 2014 dinaikkan menjadi 5 persen, maka dipastikan keberadaan partai-partai Islam seperti PKB dan PPP, serta PBB, akan berada di ujung tandukHal itu mereka tegaskan di sela acara bedah buku karya Dr Arif Mudatsir Mandan berjudul Krisis Ideologi Parpol Islam, di press room DPR RI, Jakarta, (7/9).

Syamsuddin antara lain menjelaskan, bahwa jika demikian kasusnya, posisi parpol Islam itu paling kuat hanya bertahan dan tidak akan jauh berubah dari sekarang ini

BACA JUGA: Kecelakaan KA Tak Pengaruhi Angkutan Lebaran

"Untuk bertahan, maksimal hanya segitu-segitu saja, dengan sebuah syarat harus berani introspeksi diri dan institusi, mulai dari tingkat pusat hingga daerah," imbuhnya.

Syamsuddin pun menjelaskan, Islam bukan lagi hanya milik partai politik Islam
Bahkan katanya, PDIP saja telah membuat Baitul Muslimin Islam (BMI), sementara Partai Demokrat membentuk Majelis Dzikir

BACA JUGA: KPU Diminta Transparan Soal Dana Kampanye

Artinya, perlu ada pendekatan lain yang harus dilakukan parpol Islam untuk mempertahankan posisinya
"Partai Islam akan tetap dibutuhkan, walaupun suaranya tidak akan lebih baik

BACA JUGA: DPR dan Pemerintah Dituding Langgar Konstitusi

Ini merupakan tantangan yang tidak mudah bagi partai Islam," tegasnya menambahkan.

"PPP ke depan harus lebih inklusif dan modern, serta menjadi partai Islam nasional yang perjuangannya jangan hanya membentuk negara Islam tetapi negara Pancasila yang Islami," usul Syamsuddin, sambil memberi contoh khusus masalah PPP, yang dalam dua pemilu lalu menurutnya bermasalah bukan semata-mata soal ideologi tetapi juga disorientasi.

Sementara itu, Fachri Ali lebih menilai PPP tidak punya kemampuan untuk bertahan lagi"PPP hanya mampu menyodorkan ideologi dan kyai, sedangkan PKS (misalnya) muncul dan mengandalkan ideologi dalam Pemilu 2009, yang menurut saya memperoleh prestasi cukup baik meskipun hasilnya tak terlalu sesuai dengan harapan PKS sendiri," katanya pula.

Namun begitu menurut Fachri, kegagalan serupa tidak hanya dialami PPPPerolehan Partai Golkar dan PDIP menurutnya juga jeblokArtinya, popularitas sebuah partai mengikuti 'mass culture' dan tidak terikat pada budaya etnikSBY dalam hal ini menurutnya, mampu memanfaatkan proses 'mass culture' ini dengan sangat kreatif.

"SBY terangkat ketika Taufik Kiemas mengatakan SBY adalah jenderal bintang empat dengan kelakuan kanak-kanakKalau partai Islam mau pemimpinnya maju, ya, harus mampu 'main gitar'Tidak menyerang sana-siniTenang, seperti SBY," saran Fachry Ali.

Dijelaskannya pula, adalah sebuah fenomena menarik jika parpol-parpol Islam sulit meraih kursi, padahal mayoritas penduduk Indonesia (90 persen) adalah muslim"Ini buat saya adalah sebuah ironiPerolehan suara partai-partai Islam kalau dijumlahkan pun, hasilnya tidak mampu menyaingi perolehan suara partai sekuler seperti Golkar, PDIP atau Partai Demokrat," terangnya.

Sementara itu, Arif Mudatsir Mandan yang juga adalah Wakil Ketua Komisi I DPR F-PPP, mengakui kalau peminat partai Islam saat ini semakin berkurang, seiring dengan beralihnya tokoh-tokoh partai Islam ke partai sekulerDengan demikian, lanjut Arif pula, prospek partai Islam ke depan memang dikhawatirkan akan makin suram(fas/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Kali Berkasus, Depkes Diawasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler