jpnn.com - MEDAN- Sejak dicuatkan pada pertengahan Juni lalu, kasus match fixing atau upaya pengaturan skor PSMS versi PT Liga Indonesia (LI) menjadi perhatian besar sepak bola nasional. Pengusutan dilakukan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI berdasar laporan pemain, pelatih dan official PSMS.
Komdis mengumpulkan bukti dengan kesaksian langsung baik lewat kronologis tertulis dan terakhir pertemuan langsung Ketua Komdis, Hinca Panjaitan di Medan. Hasilnya hukuman seumur hidup CEO PSMS, Heru Prawono, manajer tim, Sarwono serta H.Saryono, mantan ketua panpel yang divonis Rabu (21/8) lalu.
BACA JUGA: Sriwijaya Tetap Puas Meski Imbang
Para tervonis yang sebelumnya bungkam kini buka suara meskipun tidak memberikan perlawanan untuk mengajukan banding. Mereka memilih pasrah meskipun sejatinya tidak menerima hukuman yang dijatuhkan Komdis.
BACA JUGA: Bukan Home Impian
“Kami tidak pernah menjalani sidang. Jangankan disidang, dipanggil pun tidak. Suratnya tak ada sampai. Rumahku belum pindah. Kalau soal banding, saya gak mau direpotkan dengan urusan ini. Saya fokus kerja,” ujar Heru saat ditemui di kantor KONI Medan kemarin.
Heru mengatakan dirinya kini bingung untuk menyikapi sanksi yang juga disertai denda Rp100 juta. “Mau diterima, tapi kami dipanggil pun gak pernah. Disurati gak pernah. Makanya malas menanggapinya dan saya lebih memilih diam,” ujarnya.
BACA JUGA: Mercedes Raja Kualifikasi
Saat disinggung soal Cukong asal Malaysia, Heru enggan menanggapi. Menurutnya apa yang dituduhkan kepadanya sebagai partner lokal dari cukong asal Malaysia itu tak ada hubungannya dengan pengaturan skor.
“Kalau cukong itu silahkan tanyakan kepada Abdi (media officer). Kan dia yang bilang-bilang soal cukong itu. Kalau dibilang dari Malaysia, ya saya memang berhubungan dengan perusahaan Malaysia karena pekerjaan saya di bidang perminyakan,” beber pria 31 tahun ini.
Lalu bagaimana sampai ada pernyataan pemain untuk disuruh mengalah? "Ya itu mungkin mereka ada yang menyuruh. Saya tidak tahu. Buktinya mereka menang kan" Jadi apa lagi yang dipermasalahkan," katanya.
Sementara itu Manajer tim, Sarwono mengaku kaget dengan vonis yang dijatuhkan kepadanya. Ia mengaku tidak tahu menahu dengan urusan itu.
“Saya tidak tahu kalau urusan skor-skor itu (pengaturan skor, Red) tapi saya dengar malah diberi sanksi seumur hidup. Padahal apa yang saya lakukan juga selama ini untuk anak-anak. Uang saya Rp200 juta kurang lebih sudah habis di sini. Tapi tidak mengerti kenapa saya malah dihubung-hubungkan dengan sanksi,” bebernya.
Ayah empat anak ini mengatakan dirinya memang menarik diri dari tim pasca laga kontra PSAP Sigli. Itu didasari karena merasa kecewa terhadap para pemain.
“Saya merasa anak-anak itu malah bertingkah. Padahal kalau untuk mereka saya rela membantu. Bahkan pekerjaan saya terbengkalai. Saya kan pernah bilang ingin membangun PSMS. Tapi karena kejadian itu saya milih untuk kembali fokus dengan pekerjaan saya yang kemarin terbengkalai,” tambahnya.
Sebelumnya Sarwono mendampingi tim pada laga kontra Persih Tembilahan 9 Mei lalu. Namun pada laga kedua kontra Persisko Tanjabbar Jambi 14 Mei, ia pulang ke Medan dengan alasan ada urusan pekerjaan.
Sementara itu Sekretaris tim, Fityan Hamdy mengatakan surat panggilan Komdis lewat faximili untuk bertemu di Hotel JW Marriot 19 Agustus lalu sudah diteruskannya kepada manajer tim, Sarwono.
“Surat panggilan untuk mereka bertiga sudah saya berikan lewat pemain Riki dan Irwansyah. Surat itu mereka sampaikan langsung ke rumah Sarwono. Kalau surat panggilan yang sebelumnya saya tidak tahu. Karena ketika itu Yose Rizal (wakil sekretaris umum, Red) yang memberikannya surat untuk mereka ke Bang Harto tapi ditolak dan minta Rizal menyampaikannya langsung ke orangnya. Ya tidak tahu juga apa tidak disampaikan si Rizal atau hanya alasan,” beber Fityan. (don)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capai 1 Juta Subscribers
Redaktur : Tim Redaksi