Pebulu Tangkis Top Indonesia Rame-Rame Tinggalkan Cipayung

Pergi karena Rp 80 Juta

Senin, 16 Februari 2009 – 07:06 WIB

Masalah pelik mewarnai awal kepemimpinan Djoko Santoso di PB PBSIBeberapa pemain senior memilih pergi dari markas pelatnas di Cipayung

BACA JUGA: Voronin Antar Berlin ke Puncak

Suatu pemandangan baru di "pabrik" atlet kelas dunia itu.

----

TERLETAK di pinggir Jakarta Timur, iklim Cipayung cukup pas sebagai tempat pemusatan latihan pelatnas bulu tangkis
Kualitas udara di sana cukup bersih

BACA JUGA: Evaluasi Uji Coba Formula 1 di Spanyol dan Bahrain

Suhunya pun lumayan sejuk
Di sanalah para pebulu tangkis terbaik Indonesia tinggal dan menempa diri setiap hari.

Dari tempat yang memiliki nama resmi Pusat Bulu Tangkis Indonesia (PBI) itulah lahir atlet kelas dunia Indonesia

BACA JUGA: Chelsea Masih Memiliki Kesempatan Dapat Gelar

Tradisi emas Olimpiade Indonesia yang dimulai sejak 1992 tidak pernah lepas dari bulu tangkis.

Namun, belakangan suhu di Cipayung memanasBukan suhu, namun suasana hati para penghuninya meninggiMasalah kontrak membuat beberapa pemain senior pergi.

PB PBSI mengaku sudah menutup pintu pembahasan masalah ituNamun, akar masalah itu seolah masih menjadi bara dalam sekam yang bisa kembali memanas.

Pengunduran diri pemain ganda campuran dan wanita Vita Marissa adalah salah satu kasus yang paling jelas mengenai masalah tersebutAda dua pemain lain yang mundur karena kontrak, Alvent Yulianto dan Hendra Aprida GunawanNamun, nilai yang mereka tuntut tidak jelas.

Sebenarnya, si anak emas Taufik Hidayat mundur lebih awalYaitu, awal tahun laluNamun, kontrak bukan merupakan alasan utamaDia mengaku ingin lebih mandiriMeski, sebenarnya ada faktor lainYaitu, pencoretan terhadap pelatihnya, Mulyo Handoyo.

"Saya hanya ingin dihargaiSebagai pemain tidak pernah sekali punsaya protes kepada pengurus menyangkut uang kontrakBaru kali inisaya menanyakan dan meminta kenaikan yang saya rasa masuk akal," kata Vita setelah memberikan surat pengunduran diri kepada pelatihnya, Richard Mainaky, di Cipayung.

Wanita kelahiran Jakarta 4 Januari 1981 itu tampak terpukul ketika harus pergiMaklum, Cipayung seolah menjadi rumah kedua baginyaDia berada di sana selama 12 tahun sejak November 1996.

Hak yang dimaksud Vita adalah peningkatan kontrak dibanding yang dia terima pada era kepengurusan SutiyosoJika pada saat itu mendapat Rp 400 juta setahun, kini dia menuntut peningkatan menjadi Rp 480 jutaNamun, PB PBSI hanya mau memberi Rp 400 jutaTidak bisa naik!

Kalau dikaitkan dengan inflasi dan kenaikan harga, tuntutan Vita sebenarnya bisa diterimaApalagi, dia merasa tugasnya makin berat dengan tandem pemain muda Muhammad RijalSebagai pemain senior, Vita harus mampu menjadi motor.

Jumlah Rp 80 juta juga tidak terlalu tinggi untuk mempertahankan seorang VitaSetidaknya, dia menjadi juara empat kali even Super Series, kejuaraan terbuka paling bergengsi di bulu tangkisSalah satunya, Tiongkok Masters 2007.

PB PBSI merasa memiliki alasan kuat untuk tidak memberi kenaikan kontrakNilai Rp 400 juta bagi Vita sudah disesuaikan dengan peringkatnyaPB PBSI mendapat total kontrak USD 1,5 juta setahun dari YonexJumlah itu meningkat USD 300 ribu dibanding tahun laluDengan asumsi pemain pelatnas yang lebih sedikit, kesejahteraan pemain pun semakin tinggiPembagian sesuai peringkat menurut mereka lebih fair.

PBSI tidak memperbolehkan kontrak dobelPadahal, kontrak individu itubisa membuat dompet kian tebalKebijakan itu pun dilakukan Tiongkok, kiblat bulu tangkis dunia yang juga menganut sentralisasi pelatnas.

"Uang kontrak itu tak hanya untuk pemain, tapi juga untuk menjalankanorganisasiKalau ada tambahan sponsor di kemudian hari, kamijuga akan menambahkan," ucap I Gusti Made Oka, Wakil Ketua II PB PBSI.

PB PBSI saat ini menyatakan bahwa kasus tersebut telah selesaiMereka mengaku hanya memenuhi pengunduran diri Vita, Alvent, dan HendraNamun, suasana tidak nyaman yang timbul dari masalah itu berpeluang menimbulkan masalah di kemudian hari.

Keluhan bahwa komunikasi antara pengurus dengan pemain tidak berjalan dengan baik sebenarnya merupakan cerita klasik di CipayungNamun, sebelumnya selalu bisa diselesaikan dan tidak sampai menimbulkan pengunduran diri pemainMendatang, ketidakpuasan masalah kontrak itu bisa jadi bahan bakar konflik lain ketika muncul masalahKarena itu, PB PBSI harus menyolidkan diri agar tidak ada kesan habis manis sepah dibuang(vem/dri/ang)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Musim Lalu Chelsea Merugi Rp 1,1 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler