jpnn.com - JAKARTA – Praktik mempekerjakan anak di bawah umur terjadi di Sambas, Kalimantan Barat. Untungnya, belasan anak tersebut berhasil diselamatkan. Kondisi mereka pun tak mengkhawatirkan.
Saat ini, mereka masih ditampung di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Kementerian Sosial (Kemensos) di Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
BACA JUGA: Kapolda Sebut Pemukulan Dasrul Kasus Berat
Kepala RSPA Kemensos Bambu Apus Neneng Heryani mengatakan, sebanyak 12 anak yang diserahkan Polres Tanjung Priok pada 2 Agustus 2016 itu dalam kondisi baik.
Setelah diterima dari Polres Tanjung Priok pada tengah malam, anak-anak tersebut langsung diberi kesempatan istirahat. Apalagi, mereka baru saja menempuh perjalanan berhari-hari dengan menumpang kapal laut.
BACA JUGA: Pengakuan Siswa yang Ikut Pukul Dasrul, Dia Kangen...
Setelah istirahat yang cukup, barulah pada pagi harinya mereka diberikan assesment oleh RSPA. "Mereka dalam kondisi baik karena tidak ada rasa trauma," kata Neneng kepada Pontianak Post, Jumat (12/8).
Mereka juga sudah diberikan penanganan dari RSPA. Assesment diberikan sesuai dengan standar yang ada. Meski tidak trauma, kata Neneng, belasan anak di bawah umur itu juga diperiksa secara psikologis.
BACA JUGA: Miris, APBD Defisit, Beasiswa Siswa Miskin Dihentikan
Ini untuk memastikan kondisi psikis mereka agar dalam keadaan baik. "Tetapi tetap terhadap mereka dilakukan pemeriksaan psikologis," ungkap Neneng.
Ia juga menambahkan, anak-anak tersebut sudah berkomunikasi dengan pihak keluarga masing-masing. "Mereka sudah telepon orang tuanya," kata Neneng.
Dia memastikan saat ini selain dalam kondisi yang baik, belasan anak tersebut juga aman bersama RSPA. "Alhamdulillah mereka aman di sini ya," ungkap Neneng.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono menjelaskan, Senin 1 Agustus 2016 pukul 23.55, petugas piket dipimpin Kasat Reskrim Polsek Tanjung Priok AKP Viktor Ingkiriwang mendapat informasi dari masyarakat.
Menurut Awi, petugas mendapati informasi ada KM Bahari dari Pontianak bersandar di Dermaga Pelni Pelabuhan Tanjung Priok membawa 19 penumpang masih di bawah umur.
Petugas kemudian melakukan pengecekan. Setelah dicek dan diamankan, petugas memeriksa 19 orang tersebut. Dari hasil pemeriksaan, diketahui 15 perempuan di antaranya tanpa memiliki idenditas diduga masih di bawah umur.
Mereka ialah DS (16), Li (16), Me (16), Ya (17), Sa (18). Kemudian, Ma (18), En (15), Nu (16), IS (16), Ne (17), Pi (13), Ja (14), Nu (15) dan Ha (15). Selebihnya ada perempuan dan laki-laki dewasa. Menurut Awi, sebanyak 19 orang tersebut semuanya berasal dari Sambas.
Polres Pelabuhan Tanjung Priok sudah mengecek kelengkapan dokumen 19 orang tersebut. "Sebanyak 15 orang ada surat bepergian dari kelurahan di Sambas, Kalbar dan empat orang memiliki KTP," kata Awi.
Mereka akan dipekerjakan di usaha jasa bordir pakaian milik BSD (41), warga asal Pemangkat, Kalbar. Usaha jasa bordir itu berada di Jalan Jelambar Baru, Jakarta Barat. "Mereka akan dijadikan operator mesin bordir," ungkap Awi.
Menurut Awi, sistem kerja yang diterapkan dibagi menjadi dua shift. Untuk shift siang pukul 08.00-20.00 dengan jam istirahat pukul 12.30-13.30. Kemudian, diganti pekerja di shift kedua pukul 20.00-08.00 dengan jam istirahat pukul 00.30-01.30.
Jebolan Akademi Kepolisian 1992 ini mengatakan, para pekerja itu hanya akan dibayar Rp 50 ribu per hari. Jika mencapai target penyelesaian 21 lusin, maka bayaran ditambah Rp 20 ribu lagi setiap hari.
"Jika bekerja secara rajin maka akan mendapat uang rajin Rp 150 ribu setiap bulannya," kata Awi.
Ia menambahkan, dari hasil pemeriksaan juga diketahui sebelum berangkat ke Jakarta, para pekerja itu dipinjami uang Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta oleh BSD.
Di Jakarta, mereka ditempatkan di lantai tiga gedung tempat usaha milik BSD. "Mereka hanya akan dikasih beras, sedangkan lauk harus membeli sendiri," ujar Awi. (ody/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolong..Komoditas Kapas Terpuruk, Petani Merana
Redaktur : Tim Redaksi