Pelaku Bisnis Online: Bingung, Mau Jual Mahal Takut Pelanggan Lari

Kamis, 06 Juni 2019 – 07:17 WIB
Porter di Bandara Syamsudin Noor menunggu penumpang di depan terminal keberangkatan. Pendapatan mereka menurun sejak diberlakukannya bagasi berbayar. Foto: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN/JPNN.com

jpnn.com, TARAKAN - Kebijakan sejumlah maskapai penerbangan menerapkan bagasi berbayar, serta naiknya biaya kargo, berdampak pada bisnis online.

Tidak hanya konsumen, pelaku usaha online pun mengeluhkan lantaran mahalnya ongkos kirim (ongkir). Sehingga bingung mematok tarif untuk setiap barang dagangan.

BACA JUGA: PPDB 2019: Jarak Rumah ke Sekolah Lebih Dekat, Malah tak Lolos

Salah seorang pelaku usaha online shop, Orin (25) mengaku sangat merasakan dampak dari kenaikan biaya kargo. Ia bingung hendak mematok harga. Lantaran biaya ongkir lebih mahal dibandingkan harga barang. Ia sendiri menawarkan aksesori wanita. Seperti baju, tas, sepatu dan lainnya.

“Bingung, harga ongkirnya lebih mahal daripada barangnya. Jadi bingung mau jual di harga berapa?” katanya kepada Radar Tarakan, pekan lalu.

BACA JUGA: Pengin Mudik Menumpang Pesawat, Tetapi Harga Tiket Masih Mahal

Lebih lanjut dijelaskannya, kenaikan ongkir ini mulai dirasakan sejak awal 2019 ini. Sebelumnya ongkir dari Jakarta Rp 45 ribu. Bahkan ia pernah mendapatkan ongkir Rp 16 ribu per kilogram. Kini melonjak menjadi Rp 65 ribu per kilogram. Dalam artian, kenaikan yang dirasakannya tiga kali lipat dari harga sebelumnya.

BACA JUGA: Pasar Properti Batam Diprediksi Meningkat Usai Lebaran

BACA JUGA: DU Sudah Dua Kali Tertangkap, Status PNS Masih Melekat

“Kalau yang dulu, sebelum harga tiket mahal, malah pernah ongkir Rp 16 ribu,” bebernya.

Lantas apakah pelanggannya tetap memesan barang? Ia mengaku pendapatannya turun drastis. Jika sebelumnya ia bisa mendatangkan 40 paket dalam sebulan, atau lima hingga tujuh paket per minggu. Kini hanya empat hingga lima paket per minggunya. “Pesanan tidak menentu juga, pendapatan turun drastis,” katanya.

Mahalnya ongkir ini membuatnya tidak bersemangat menawarkan barang dagangan. Ia khawatir, permasalahan ongkir ini membuat para pelanggannya enggan berbelanja online lagi. “Nggak semangat juga mau jualan. Bingung, mau jual mahal nanti pelanggan pada lari,” katanya.

Sementara itu, salah seorang warga RT 06, Juata Kerikil hanya bisa mengelus dada dengan mahalnya ongkir ketika berbelanja online. Naira (27) sempat memesan baju dari Bandung. Namun begitu melihat ongkir mencapai Rp 90 ribu. “Mahal sekali ongkirnya, setengah harga baju. Harga bajunya Rp 145 ribu,” katanya.

Ia rutin setiap bulannya berbelanja online. Menurutnya berbelanja sudah menjadi kebutuhan perempuan. Termasuk belanja online. Ada beberapa poin yang didapatkannya dari berbelanja online ini.

Ia mengatakan, sudah sewajarnya zaman milenial memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada. Ini pun menandakan perkembangan zaman dari sebelumnya.

Selain lebih memudahkan dalam bertransaksi, juga banyak pilihan produk yang ditawarkan. Ya, inilah yang tidak ia dapatkan di Tarakan. Selain baju, biasanya ia sekaligus memesan produk lainnya.

“Kita sama-sama tahu, sekarang apa sih yang nggak bisa dipesan lewat online? Sekarang, mau makan tinggal pesan online sudah bisa diantar sampai depan rumah. Nah, kalau aku lebih suka belanja baju karena di online lebih banyak pilihannya,” bebernya.

Apalagi di momen seperti sekarang ini, tentu pekerja mendapatkan tunjangan hari raya (THR). Ia menganggap ini merupakan bonus untuk mencukupi kebutuhannya. Dalam kesempatan ini pun ia memesan barang online. “Ya nggak semua THR itu kita belanjakan buat online. Tapi pasti adalah buat belanja kan. Kebanyakan baju dan aksesori yang dibutuhkan perempuan,” tutupnya.

Sementara, beberapa hari jelang lebaran, aktivitas beberapa perusahaan jasa pengiriman di Kota Tarakan lebih sibuk dari hari biasa. Salah satu perusahaan yang cukup kewalahan dari aktivitas pengiriman adalah perusahaan jasa pengiriman Titipan Kilat (TIKI).

Saat dikonfirmasi, Manajer Operasional Tiki Nurry Istiardi menerangkan menjelang beberapa hari Idulfitri aktivitas pengiriman naik 100 persen dari hari biasa. Meski demikian, ia menerangkan kenaikan terbesar terjadi pada barang yang masuk. Namun untuk aktivitas pengiriman ke luar Kota Tarakan tidak mengalami kenaikan cukup besar.

“Ada kenaikan aktivitas. Kalau hari biasa itu hanya 20 sampai 30 koli, kalau menjelang lebaran seperti saat ini mencapai 70 sampai 80 koli. Itu 70 koli barang yang masuk kantor yah. Artinya, itu sudah barang yang datang dan mau dikirim keluar. Tapi yang banyak memang barang masuk sekitar 80 persen dari 70 koli itu,” jelasnya.

Ia menerangkan, sebagian besar barang yang masuk didominasi barang seperti pakaian, suvenir, dan kartu ucapan hari raya yang datang dengan jumlah besar. Padahal, tahun ini perusahaan jasa pengiriman sedang dihantam naiknya ongkos kirim, namun menurutnya di momen menjelang Idulfitri hal tersebut sepertinya tidak berpengaruh signifikan.

“Perbandingannya dari tahun lalu sepertinya tidak jauh bedah yah. Meski di hari biasa naiknya ongkos pengiriman cukup berpengaruh, tapi menjelang lebaran begini, antusias kembali meningkat. Mungkin karena orang pikir, sekali setahun kali yah, jadi tidak terlalu mementingkan biaya pengirimannya,” ungkapnya.

Sementara itu, Manajer Operasional Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Tarakan Andra menerangkan, menjelang Lebaran aktivitas pengiriman juga mengalami peningkatan signifikan. Kenaikan tersebut hanya di kisaran 70 persen saja.

“Kalau animo pengiriman menjelang Idulfitri seperti sekarang cukup besar. Memang naiknya biaya pengiriman memiliki beban tersendirilah buat semua jasa pengiriman. Tapi lambat laun kan semua akan menyesuaikan,” tuturnya. (*/one*/zac/shy/lim)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perolehan Suara PAN Jeblok, Pak Ketua Mengundurkan Diri


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler