jpnn.com - SURABAYA - Dunia pendidikan belum sepenuhnya bebas dari ancaman tindakan kekerasan pada anak. Telepon Sahabat Anak (TESA) 129 Jatim mencatat, terdapat 96 kasus yang dilaporkan sejak awal tahun ini. Dari jumlah itu, sebanyak 46 persen atau 26 laporan merupakan kasus pelecehan seksual.
Yang mencengangkan, angka tersebut semakin meningkat dua bulan terakhir, terhitung sejak November. Ketua TESA 129 Jatim Isa Ansori menyatakan, fenomena tersebut terjadi karena adanya kasus yang terekspos.
BACA JUGA: Bandara Tak Berfungsi, Digerojok Rp 18 M Lagi
"Karena itu, banyak warga yang akhirnya turut melaporkan kejadian yang dialami," ucapnya.
Salah satu pemicunya adalah kasus tindakan asusila yang dilakukan oknum guru di salah satu SDN di Surabaya. Sejak kejadian tersebut, terdapat 25 kasus pelecehan seksual yang dilaporkan bulan lalu.
BACA JUGA: Marzuki Alie tak Terbebani Berada di Bantaeng
Sementara itu, sejak Januari-Oktober, hanya satu kasus yang dilaporkan. "Kasus pelecehan seksual yang dilaporkan adalah adanya kontak fisik bagian tertentu tubuh siswa," terang Isa.
Pelakunya bisa teman maupun orang dekat di sekolah. Berdasar data di TESA, pelakunya kebanyakan teman sebaya dari korban. Hal-hal seperti ini yang harus diantisipasi sehingga tidak terulang.
BACA JUGA: Jelang Pemilu, Wali Kota Bandung Larang PNS Ikut Ormas
"Pergaulan antaranak perlu juga diawasi. Utamanya dari orang tua atau guru," ucap Isa.
Pelecehan seksual, menurut Isa, juga banyak terjadi setelah ujian semester atau libur sekolah. Para remaja kerap berpacaran kelewat batas sehingga kejadiannya berlanjut ke pelecehan seksual.
Data ini dapat menjadi evaluasi bagi para pendidik agar lebih mewaspadai dan mengawasi para siswanya. "Misalnya, Surabaya yang menerapkan sekolah ramah anak. Hal itu harus dioptimalkan," ungkap Isa. (zal/c17/ai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Efisiensi Anggaran ala Wako Surabaya
Redaktur : Tim Redaksi