jpnn.com, JAKARTA - Guru besar teknik rekayasa lingkungan Universitas Indonesia Misri Gozan mengatakan, pemerintah harus serius jika ingin memperkuat produksi garam dalam negeri. Pemanfaatan teknologi menjadi kuncinya.
"Untuk menyaingi garam impor syaratnya pemerintah harus serius melakukan industrialisasi garam. Produksi massal dengan memanfaatkan teknologi menjadi salah satu kuncinya," ucap Misri.
BACA JUGA: Kebutuhan Garam Industri Naik Signifikan
Hal ini disampaikannya mengomentari polemik tentang impor garam yang kembali muncul. Polemik tersebut juga dipicu dengan kehadiran Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengendalian Impor Komoditas Perikanan dan Komoditas Pergaraman sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri pada 15 Maret 2018.
Dia menyebut, untuk menjamin swasembada garam, ada banyak hal yang harus disiapkan pemerintah dewasa ini.
BACA JUGA: Diet Tinggi Garam Bisa Picu Sakit Lambung?
"Mulai dari deregulasi perizinan, infrastruktur untuk industri garam, hingga penggunaan teknologi untuk diversifikasi produk," ungkap Misri.
Selain itu, masih kata dia, faktor cuaca menjadi satu hal yang juga diperhitungkan. Dirinya mencontohkan antara Australia dengan Indonesia.
BACA JUGA: Kran Impor Garam Industri Dibuka, Ini Respons HKI Kepri
"Contohnya, dari segi udara saja, kita berbeda dengan Australia. Di Indonesia butuh waktu yang lama untuk penguapan air laut, karena udara di Indonesia sudah dipenuhi air. Di Australia proses penguapan cepat," jelas Misri.
Dia juga mengingatkan, di Indonesia konsumen tersebar memang berasal dari garam industri. Tapi sampai sekarang kualitas garam masih belum memenuhi spesifikasi untuk kebutuhan industri itu sendiri.
"Fakta yang tak boleh dipungkiri adalah bahwa konsumen terbesar garam dalam negeri berasal dari garam industri. Sementara, sampai sekarang prduksi garam dalam negeri masih belum bisa memenuhi spesifikasi kebutuhan garam industri," kata Misri.
Sementara, dalam acara yang digelar Universitas Diponegoro itu, Ketua Pusat Unggulan Inovasi (PUI) Garam Nasional Makhfud Efendy, mengatakan permasalahan lain yang sampai saat ini belum diselesaikan adalah data garam yang masih simpang siur.
"Selain dihadapkan pada permasalahan teknologi, Kita dihadapkan pada permasalahan akses data dan informasi garam," pungkas Makhfud. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakar Kesehatan Peringatkan Soal Kebiasaan BBQ Ala Australia
Redaktur & Reporter : Adil