Pembakar Lahan Dikecam

Minggu, 07 September 2014 – 00:57 WIB

jpnn.com - SAMPIT - Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Darwan Ali (Mapala Unda),  turun ke jalan membagikan ratusan masker kepada pengguna jalan, Sabtu (6/9).

Aksi tersebut merupakan upaya meminmalisasi dampak kabut asap terhadap kesehatan warga. Mereka mengecam tindakan pembakar lahan yang menimbulkan kabut asap yang menyiksa.

BACA JUGA: Berantas Narkoba, BNN: Daerah Perbatasan Perlu Perhatian

“Pemerintah daerah dan aparat penegak hukum kami harapkan bisa bertindak tegas atas bencana kabut asap ini. Pelaku pembakaran lahan perlu ditindak tegas dan bertanggung jawab atas keadaan ini. Apakah tidak malu,  saat ini daerah kita menjadi sorotan dunia karena menghasilkan kabut asap,” kata Ahmad Syihabudin, salah seorang mahasiswa peserta aksi.

Kabut asap dinilai sudah sangat mengganggu dan mengancam kesehatan masyarakat. Aan Krisfani, selaku ketua umum Mapala Unda mengatakan, aksi mereka tersebut dilakukan secara spontanitas, mengingat kabut asap di Sampit semakin menebal dan berbahaya bagi kesehatan.

BACA JUGA: Surati Mendagri Minta Pelimpahan Cetak e-KTP Dipercepat

"Kami bisa rasakan sendiri dampaknya, nafas sesak dan mata perih. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk membagi masker pada warga secara cuma-cuma," katanya.

Aan menilai ada keteledoran instansi terkait dalam menanggaulangi dan mencegah bencana kabut asap. Bencana ini sudah biasa terjadi setiap tahunnya, sehingga diperlukan ketegasan pemerintah dengan menutup perusahaan dan penangkap pelaku pembakaran lahan.

BACA JUGA: KPU Segera Bawa Hasil PSU Halsel ke MK

Aksi mahasiswa itu dihimpun atas dana yang berhasil dikumpulkan dari para mahasiswa lainnya untuk dibelikan masker. Mahasiswa mendesak pemerintah serius menangani kasus kebakaran lahan dan berharap jangan sampai keadaan serupa terjadi pada tahun yang akan datang.

Sementara itu, kabut asap yang kian pekat, terutama saat pagi, membuat pelajar yang berangkat sekolah pagi hari harus menghirup udara tidak sehat itu dalam itensitas yang lebih banyak. Mereka mengeluhkan kondisi itu. Sebagian di antaranya mengeluh di jejaring sosial.

Sejumlah pelajar SMA, rata-rata pelajar update status di jejaring sosial seperti BBM (Blackberry Messenger),  Twitter, Facebook, dan lainnya terkait kondisi udara di Sampit yang tak sehat. Mulai dari keluhan, hingga cacian kepada para pembakar lahan yang menyebabkan kabut asap tebal yang mengganggu jarak pandang dan membahayakan kesehatan dilontarkan.

Monica Anggraini (16), salah seorang pelajar di SMA Negeri 2 Sampit harus menggunakan masker untuk menjaga kesehatannya.

“Kalau tidak pakai masker bahaya, karena kabut asapnya tebal, bisa membuat sesak nafas kalau dihirup secara langsung,” kata remaja ini kepada Radar Sampit (Grup JPNN), Sabtu (6/9).

Ia juga kerap mengungkap keluhannya tentang kabut asap melalui jejaring sosial. (oes/rm-65/ign)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Siap Kembali Desak Pertamina


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler