jpnn.com - JAKARTA - Pemberitaan positif Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) yang masif di media milik Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, terutama stasiun Metro TV dianggap tidak akan banyak mempengaruhi pemilih.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, sejatinya pemberitaan sangat penting bagi para pemilih. Karena berita bisa memberikan informasi agar para pemilih bisa mengenali calon pemimpin.
BACA JUGA: 5 Momentum Jokowi-JK Menangi Pilpres
"Belum yakin bisa jadi yakin, yang sudah yakin bisa menjadi semakin yakin," kata dia, dalam pernyataan tertulis, Selasa, (8/7).
Meski demikian, dia menjelaskan pengaruh MetroTV tidak besar karena stasiun televisi itu sangat segmented. Hanya masyarakat di perkotaan yang menikmati tayangannya.
BACA JUGA: Jokowi Berubah Sikap, Pendukung Berpindah ke Lain Hati
"Konten Metro TV cukup berat, hanya kaum urban yang nonton," katanya.
Dia mengatakan, stasiun TV khusus berita, umumnya memang memiliki sharing penonton yang kecil. Berbeda dengan televisi milik MNC Group, Trans TV atau SCTV yang memilki sharing penonton besar.
BACA JUGA: Burhanuddin Muhtadi Ragukan Hasil Survei Unggulkan Prabowo
Malah, TV besutan Surya Paloh juga tidak bisa mensolidkan pemilih Partai Nasdem di pemilu legislatif. Merujuk hasil survei Indonesia Research Centre (IRC) sekitar 40 persen pemilih Nasdem pada pileg lalu memilih Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Pemilih Nasdem memilih Jokowi sekitar 40 persen dan Prabowo 40 persen," kata Peneliti IRC, Natalia Christanto.
Dia mengatakan partai penyokong Jokowi telah gagal mensolidkan suaranya untuk Jokowi-JK. Selain Nasdem, pemilih partai pendukung koalisi PDIP juga terpecah dua. Lebih dari 50 persen pemilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Hanura lebih mengharapkan Prabowo menjadi presiden. (rmo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perlu Ada Standarisasi Bagi Lembaga Survei
Redaktur : Tim Redaksi