jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah berniat melakukan impor elpiji dari perusahaan minyak dan gas di Aljazair, Sonatrach.
Saat ini, Kementerian ESDM masih melakukan negosiasi harga.
BACA JUGA: Pemerintah Tawarkan 26 Blok Migas kepada Investor
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengungkapkan, pemerintah ingin Sonatrach bisa memberikan harga yang lebih rendah karena tidak ada pihak ketiga dalam jual beli gas ini.
’’Dengan tarif negosiasi, kemungkinan kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah,’’ ujar Arcandra di Kementerian ESDM, Selasa (13/3).
BACA JUGA: Skema Gross Split Bikin Bisnis Migas Makin Seksi
Impor elpiji akan dilakukan secara B to B (business-to-business) antara PT Pertamina (Persero) dan Sonatrach.
Angka impor pasti masih dihitung PT Pertamina. Pada 2018, pemerintah memperkirakan total kebutuhan elpiji mencapai 6,4 juta metrik ton.
BACA JUGA: Pemerintah Lelang 20 Blok Migas
Tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor gas sekitar 5,488 juta metrik ton.
Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan impor elpiji pada 2014 sebesar 4,3 juta metrik ton.
Total nilai impor gas sepanjang 2017 pun mencapai USD 2,724 miliar.
’’Kalau tidak salah, produksi Aljazair itu sekitar sepuluh juta metrik ton per tahun,’’ imbuh Arcandra.
Dia menambahkan, di Aljazair harga gas untuk konsumsi domestik memang cukup rendah, yakni USD 1 per mmbtu.
’’Di sana kan sosialis. Harga USD 1 per mmbtu untuk masyarakat mereka,’’ jelas Arcandra.
Untuk ekspor, mereka mengenakan harga sepuluh persen dari harga minyak mentah.
Dengan begitu, jika harga minyak mentah dunia USD 60 per barel, harga gas bisa mencapai USD 6 per mmbtu. (vir/c17/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Impor Elpiji Tahun Depan Naik 2 Persen
Redaktur & Reporter : Ragil