Pemerintah Seharusnya Usir Diplomat Australia

Senin, 18 November 2013 – 18:13 WIB
Perdana Menteri Australia, Tony Abbot dan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: setkab.go.id

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan, langkah yang diambil pemerintah dengan memanggil duta besar Indonesia untuk Australia sebagai reaksi penyadapan masih belum tegas.

"Belum tegas karena tindakan baru dilakukan saat ini padahal merebaknya masalah penyadapan sudah beberapa pekan," kata Hikmahanto dalam siaran pers, Senin (18/11).

BACA JUGA: Dorong KPK Jerat Teuku Bagus dengan TPPU

Hikmahanto menambahkan, ketidaktegasan itu karena publik telah meminta agar dilakukan pengusiran sejumlah diplomat Australia dan Amerika Serikat. Karena itu, ia menyatakan, pemerintah seharusnya segera melakukan pengusiran terhadap diplomat Australia dan AS.

"Dengan tindakan tegas ini Edward Snowden diharapkan tidak akan mempermainkan dan mempermalukan Indonesia dengan mengungkap sedikit demi sedikit dokumen yang dimilikinya ke media," kata Hikmahanto.

BACA JUGA: Terima Infaq Rp1 M, Luthfi Beli Mobil Atas Nama Pribadi

Seperti diketahui, Directorate Signal Defense (DSD) Australia dikabarkan telah menyadap pembicaraan telepon Presiden SBY dengan lingkaran dekatnya. Dari dokumen bocoran Edwad Snowden yang dimuat harian The Guardian itu terungkap bahwa sejumlah nama yang disadap memang memiliki posisi penting.

DSD menulis daftar nama pejabat Indonesia yang disadap mulai semester kedua 2007, lengkap dengan merek handphone yang disadap. Misalnya, dari sejumlah nama pejabat tinggi, diketahui baru Boediono dan Dino Patti Djalal yang sudah menggunakan BlackBerry. Lainnya masih menggunakan Nokia yang kala itu begitu populer.

BACA JUGA: Dorong Investigasi untuk Pastikan Penyadapan Telpon SBY

Lantas siapa saja yang disadap DSD? Dalam laporan bertitel "IA Ladership Targets + Handsets" diketahui bahwa Presiden SBY ada di nomor pertama daftar sadapan. Selanjutnya ada nama Ibu Negara Kristiani Herawati atau yang lebih dikenal dengan panggilan Bu Ani. Keduanya diketahui menggunakan gadget Nokia E90-1.

Nomor ketiga dalam daftar sadapan itu adalah Boediono dengan BlackBerry Bold 9000. Nomor empat dalam daftar sadapan adalah Jusuf Kalla dengan handphone Samsung SGH-Z370.

Kemudian nama Dino Patti Djalal yang kala itu menjadi Juru Bicara Kepresidenan untuk urusan luar negeri menempati urutan kelima. Dari dokumen DSD itu diketahui bahwa Dino menggunakan BlackBerry Bold 9000.

Di urutan keenam ada Andi Mallarangeng yang kala itu masih Juru Bicara Kepresidenan untuk dalam negeri. Pria yang belakangan jadi Menteri Pemuda dan Olahraga itu diketahui menggunakan handphone Nokia E71.

Sedangkan Hatta Rajasa yang kala itu menjadi Menteri Sekretars Negara ada di nomor urut tujuh dalam daftar pejabat yang disadap DSD. Hatta menggunakan handphone Nokia E90-1.

Menteri Keuangan kala itu, Sri Mulyani juga masuk dalam daftar nama yang disadap. Berada di urutan kedelapan dalam daftar nama versi DSD, Sri Mulyani diketahui menggunakan handphone Nokia E90-1.

Selanjutnya Widodo AS yang kala itu menjadi Menkopolhukam masuk dalam daftar sadapan di urutan sembilan. Mantan Panglima TNI AL itu menggunakan handphone Nokie E66.

Sedangkan di urutan sepuluh daftar sadapan adalah Sofyan Djalil yang kala itu menjadi menteri BUMN. Sofyan diketahui menggunakan handphone Nokia E90-1. (gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Tarik Duta Besar Dari Australia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler