Pemerintah Tak Pernah Niat Mendaftar

Senin, 07 November 2011 – 07:19 WIB

TIDAK pernah disangka, niat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) mendaftarkan tiga objek wisata dalam ajang New 7 Wonder (N7W) berujung konflikPadahal, saat itu pemerintah hanya berniat memaksimalkan promosi melalui organisasi internasional.

Semua berawal pada November 2007

BACA JUGA: Golkar Terus Kritik Moratorium Remisi

Saat itu, Kemenbudpar bertolak ke London, Inggris, untuk mengikuti World Tourism Mart
Dalam ajang tersebut, seseorang bernama Jean Paul de la Fuente memperkenalkan diri sebagai direktur yayasan N7W kepada Sapta Nirwandar yang menjabat Dirjen Pemasaran Kemenbudpar.

Dalam perkenalan itu, Jean Paul mengungkapkan bahwa pihaknya sangat tertarik pada tiga objek wisata di Indonesia

BACA JUGA: Pemerintah Cabut Izin 28 PPTKIS Nakal

Yakni, Taman Nasional Komodo (TNK), Danau Toba, dan Anak Gunung Krakatau
Dia sangat menyayangkan ketiganya kurang dikenal di dunia internasional

BACA JUGA: Si Kadal Tukang Tidur yang Terancam Punah

"Waktu itu, saya tanya apa pentingnya," ujar Sapta.

Pria yang saat ini menjadi wakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif itu tidak butuh waktu lama untuk mendapat jawaban atas pertanyaannyaJean Paul dengan meyakinkan menyebutkan bahwa keuntungannya adalah world popularMenurut dia, percuma dianugerahi UNESCO sebagai warisan budaya kalau tidak populer.

Agustus 2008, Kemenbudpar akhirnya mau mengikuti kontes N7W seperti yang diceritakan Jean Paul dan menjadi official supporting committee (OSC)Pemerintah juga membayar USD 199 (sekitar Rp 1,9 juta saat itu) untuk setiap objek"Kami mengeluarkan USD 597 untuk tiga objek," jelasnya.

Tiga objek tersebut, lanjut dia, sama dengan yang disampaikan Jean Paul saat bertemu dirinyaKemenbudpar tidak pernah mengusulkan satu objek pun kepada yayasan yang mengaku berkedudukan di Bern, Swiss, tersebutDitanya dari mana N7W mendapat tiga objek itu, Sapta mengaku tidak tahu.

Saat mendaftar, dia menyatakan tidak ada syarat-syarat aneh, termasuk besaran uang yang harus disetorkan kemudian hariKarena itu, Kemenbudpar menganggap N7W sebagai organisasi yang menguntungkan bagi promosi wisata IndonesiaDia berpikir, lumayan promosi internasional hanya dengan USD 199 per objek.

Pemerintah lantas mengadakan berbagai event untuk mempromosikan tiga objek tersebutMulai mendatangkan artis, talk show, hingga konser musik yang ujung-ujungnya meminta masyarakat untuk ikut votingSaat itu, voting hanya dilakukan melalui satu cara, yaitu lewat website N7W.

Perjuangan pemerintah saat itu tidak sia-siaSebab, Juli 2009, TNK dinyatakan lolos masuk 28 besarHewan purba tersebut berhasil menyingkirkan 400-an nomine lain dari seluruh duniaMasuk 28 besar membuat pemerintah makin bersemangat mempromosikan TNK.

Bibit masalah mulai muncul pada Agustus 2010Saat itu, N7W menawari Indonesia untuk menjadi tuan rumah malam deklarasiLantas, Kemenbudpar berminat mengikuti lelang yang bekerja sama dengan sektor swastaAkhir Oktober 2010, N7W menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah"Kami respons dengan kirim surat meminta info persyaratan," tutur Sapta.

Nah, entah mengapa, 6 Desember 2010, tiba-tiba N7W langsung mengonfirmasi Indonesia sebagai tuan rumah dan meminta untuk membayar USD 10 juta (sekitar Rp 100 miliar)Padahal, menurut versi Sapta, pemerintah belum melakukan lelang apa pun untuk menjadi host malam deklarasi"Akhirnya, mereka mengirim surat lagi dan mengancam pemerintah," tuturnya.

Isi ancaman itu, TNK akan didepak dari kompetisi yang dihelat Bernard Weber tersebutAkhirnya, sebagaimana yang sudah diberitakan, pemerintah mulai mundur dan perannya digantikan Emmy Hafild dengan Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) yang menggandeng Jusuf Kalla sebagai ikon.

Pemerintah akhirnya tidak ambil pusing dengan N7WSebab, usaha memopulerkan N7W sudah tampak dengan meningkatnya pengunjung yang luar biasaYakni, 16 ribu orang (2007), 21 ribu orang (2008), 36 ribu orang (2009), orang 45 ribu (2010), dan hingga Juli 2011 mencapai 23 ribu orang"Itu menunjukkan kunjungan meningkat meski tanpa embel-embel N7W," tegasnya

Apalagi, rencana lima tahunan yang berakhir pada 2012 masih menyisakan beberapa agendaMisalnya, promosi melalui swasta dan penggiat komodoTermasuk, membuat konser untuk TNK serta portal komodo via Twitter dan jejaring sosial lainnya

Koordinator P2K Emmy Hafild tidak mau kalahDia menegaskan, pihaknya saat ini juga memiliki seabrek impian untuk mengembangkan TNKSalah satunya, menggarap sektor pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi"Semua itu bisa terwujud kalau banyak wisatawan yang datang ke sana," jelasnya.

Dia yakin impian itu bisa diwujudkan karena TNK masih "hijau"Artinya, masih bisa dibangun banyak hal dengan konsep terbaik dibanding pulau tetangganya, Bali, yang sudah terlalu kompleks"Kalau Bali, seperti menegakkan benang basahBerbeda dari TNK yang masih nol," tegasnya.

Emmy menjelaskan, P2K berangkat dari perkumpulan warga negara yang peduli terhadap alam Indonesia (PALI)Tujuannya, menggalang dukungan masyarakat untuk bersatu mendorong TNK mendapat posisi di dunia internasionalPasca didepak N7W sebagai OSC, posisi pemerintah digantikan P2K

Jusuf Kalla (JK) selaku duta komodo mengamini ucapan EmmyDia menyatakan bahwa konservasi tetap dilakukanPembangunan tidak akan dilakukan dengan ngawur yang bisa mengancam habitat komodoTermasuk, memberikan kuota agar pengunjung tidak membeludak yang bisa mengancam komodo.

Dia juga memastikan bahwa hutan-hutan tidak akan dibabatSemua akan dibuat lestari dan pembangunannya tetap ramah terhadap hewan purba tersebutDalihnya, wisatawan tidak melulu melihat komodo di TNK, tapi juga menikmati keindahan alam dan pantainya"Yang penting rakyat senang," tuturnya(dim/c5/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... JK: Tidak Ada Kontroversi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler