jpnn.com, PADANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir selama 7 hari.
Selama 7 hari ini, BPBD dibantu pihak terkait lainnya fokus dalam pembersihan fasilitas umum yang terdampak bencana.
BACA JUGA: Jembatan Rusak, Ratusan Warga Baringin Masih Terisolasi
“Ada sekitar 20 bangunan fasilitas umum seperti mushala, masjid, dan sekolah yang terdampak banjir. Insya Allah selama 7 hari tanggap darurat ini, kami optimis seluruh bangunan terdampak banjir tersebut, dapat dibersihkan,” ujar Kepala BPBD Padang, Edi Hasymi seperti dilansir Padang Ekspres (Jawa Pos Group) hari ini.
Menurut Edi Hasymi, ada sekitar 3000 rumah yang terkena dampak dari banjir yang terjadi Jumat (2/11), pekan lalu itu. Dari sisi kerugian, ia menaksir mencapai miliaran rupiah.
BACA JUGA: Rombongan Karyawisata Disapu Banjir Bandang, 20 Tewas
“Kerugian terbesar itu datang dari kerusakan infrastruktur. Seperti jembatan, namun angka pastinya sedang kami hitung saat ini,” katanya.
Ia menambahkan, selama 7 hari tanggap darurat ini, anggaran yang dihabiskan mencapai Rp 200 juta. Saat ini, anggaran yang digunakan berasal dari anggaran di BPBD dan bantuan dari sejumlah pihak.
BACA JUGA: Banjir di Sumut dan Sumbar, Puluhan Orang Meninggal Dunia
“Insya Allah, BNPB akan menyalurkan dana tanggap darurat dalam waktu dekat. Tim BNPB juga sudah datang ke Padang kemarin (Minggu, red),” jelasnya.
Sementara itu, pascaditerjang banjir Jumat (2/11), tim gabungan beranggotakan BPBD Padang, TNI, polisi tampak membersihkan sisa-sisa lumpur yang terbawa banjir. Salah satunya terlihat di SDN 41 Subarang Padang, Kecamatan Padang Selatan.
Lumpur bawaan dari Batang Arau yang meluap memenuhi semua pekarangan dan sebagian kelas di SD tersebut.
Pantauan Padang Ekspres di SDN 41 Subarang Padang, Senin (5/11), terlihat beberapa anggota BPBD Padang dibantu anggota Batalyon 133/Yudha Sakti, Babinsa Padang Selatan, Bhabinkamtibmas Padang Selatan sedang membersihkan sekolah dari tebalnya lumpur yang memenuhi pekarangan sekolah dengan cara menyemprotkan air dan membuat saluran dadakan untuk membuang lumpur.
Kasi Kedaruratan BPBD Kota Padang, Sutan Hendra, mengatakan pembersihan dan penanganan pasca banjir yang terjadi di kota Padang sudah dilakukan sejak hari pertama ketika banjir terjadi. Hari pertama BPBD Kota Padang dibantu dinas terkait melakukan evakuasi di beberapa lokasi terdampak banjir.
“Untuk pembersihan lumpur di SDN 41 Subarang Padang dan beberapa fasilitas umum lainnya kami dibantu oleh Batalyon 133 Yudha sakti. Target kami sendiri selesai pada hari ini sehingga anak-anak kita bisa bersekolah kembali besok (6/11),” tukas Sutan.
Untuk kendala di lapangan sendiri, Sutan mengungkapkan tidak terlalu menemui kendala yang serius. Hanya saja pembersihan sedikit lambat karena tebalnya lumpur di pekarangan sekolah.
Terpisah, Kepala SDN 41 Subarang Padang Nurfatma mengatakan banjir menggenangi sekolah pada hari Jumat (2/11). Genangan air sekitar pinggang orang dewasa.
“Banyak buku-buku pelajaran di perpustakaan yang tidak bisa diselamatkan. Termasuk buku administrasi yang basah terendam air,” tuturnya.
Dengan kejadian itu, sebanyak 134 siswa terpaksa tidak masuk sekolah, karena sekolah dipenuhi lumpur. “Siswa kelas 1 sampai 4 diliburkan pada hari Sabtu dan siswa kelas 5 dan 6 ikut membantu membersihkan lumpur sampai pada hari ini. Anak-anak yang libur belajar di rumah. Ada juga beberapa siswa yang datang untuk membersihkan lumpur. Mudah-mudahan besok, proses PBM bisa kembali normal,” tukasnya.
Ia berharap, pemerintah dan dinas terkait dapat memasang paving block di halaman pekarangan sekolah, karena setiap kali hujan turun, halaman sekolah becek dan susah untuk dilalui.
“Banjir tidak sekali ini saja. Kalau hujan turun semalaman sekolah kami pasti banjir. Kami berharap pekarangan sekolah bisa dipasang paving block, sehingga jika nanti banjir datang, kami tidak susah membersihkannya,” harapnya.
Sementara itu, Zahwa Rahmadani, 12, siswi kelas 6 mengatakan beberapa peralatan sekolah mereka seperti buku pelajaran, baju sekolah dan tas ikut terkena banjir yang menerjang sekolah dan rumah mereka.
“Baju sekolah dan buku saya basah. Rumah saya juga banjir. Jadi saya tidak bisa sekolah dulu,” tuturnya.
Senada dikatakan Rohit Septiandi, 14, siswa kelas 6. “Bagaimana mau sekolah kalau pekarangan lumpurnya tebal sekali. Jadi saya putuskan untuk ikut membatu membersihkan saja,” tutur Rohit. (cr23/cr30)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Warga Kerinci Rusak Diterjang Longsor dan Banjir
Redaktur & Reporter : Budi