Pendaftaran Siswa SD Negeri Ditutup, di Pinggiran Pagu Belum Terpenuhi

Jumat, 10 Juli 2015 – 08:58 WIB
Ilustrasi.

jpnn.com - SURABAYA - Penerimaan peserta didik baru (PPDB) jenjang SD di Surabaya ditutup kemarin (9/7). Meski begitu, pagu di banyak SD belum terpenuhi. Khususnya sekolah-sekolah pinggiran Kota Pahlwan. Pagu tidak terpenuhi dari hasil pendaftaran jalur umum yang sudah berlangsung selama enam hari, Jumat (3/7) sampai Rabu (8/7). 

Dua sekolah yang pagu-nya tidak terpenuhi adalah SDN Ketintang II dan SDN Semolowaru II. 

BACA JUGA: Selamat! 121.653 Pelamar Lolos SBM PTN

Kepala SDN Ketintang II Sutopo menyesalkan pagu sekolah yang tidak terpenuhi. Dari pagu 80 siswa yang dibuka pada tahun ini, hanya terisi 47 pendaftar. Artinya, hampir 50 persen bangku kosong. "Sangat disayangkan. Kejadian ini juga berlangsung hampir sama dengan tahun sebelumnya," ujar Sutopo.

Dia memprediksi beberapa penyebab pagu SDN Ketintang II tidak terpenuhi. Lokasi sekolah, misalnya, sangat berpengaruh terhadap minat pendaftar. "Ya bagaimana lagi, sekolah pinggiran biasanya memang kurang peminat. Lokasi sangat mendukung sekolah," katanya.

BACA JUGA: Kementerian DPDTT Jalin Kerjasama Dengan 10 Perguruan Tinggi

SDN Ketintang II adalah salah satu sekolah yang menerima jalur inklusi. Sutopo menambahkan, adanya penerimaan jalur inklusi itu terkadang membuat pandangan masyarakat kurang pas saat mendaftarkan putra dan putrinya lewat jalur reguler. 

Meski begitu, dia optimistis pagu sekolah tersebut dapat terpenuhi pada tahap pemenuhan pagu yang berlangsung Senin (13/7). Sutopo menerangkan, sekolah tetap berjalan dengan semestinya. Jatah satu kelas yang biasa­nya diisi 38 siswa dapat berku­rang sesuai dengan jumlah siswa yang diterima. "Tidak jadi masalah. Satu kelas mungkin diisi 15 siswa saja," tambahnya.

BACA JUGA: Asyik, Para Penghafal Alquran Dapat Beasiswa Sampai Lulus Kuliah

Selain SDN Ketintang II, SDN Semolowaru II mengalami kekurangan calon siswa. Dari pagu 80 siswa yang tersedia, hanya 52 yang terisi. Kepala SDN Semolowaru II Margito menjelaskan, kondisi tersebut sudah menjadi tradisi. Kondisi itu, menurut Margito, berkaitan dengan dominasi penduduk luar kota di sekitar SDN Semolowaru II. 

Artinya, mereka memiliki KK (kartu keluarga) luar kota. Padahal, penduduk dalam kota lebih diutamakan dalam PPDB jenjang SD. "Di sekitar sini banyak yang memiliki KK luar kota. Kemungkinan itu menjadi penyebab utama pagu tidak terpenuhi," terang Margito.

Apabila masih tidak terpenuhi, sekolah tetap membuka dua rombel (rombongan belajar) untuk siswa baru tahun pelajaran 2015-2016. "Kalau tidak terpenuhi, ya tetap dua kelas. Tapi, jumlah masing-masing siswa per kelas lebih sedikit. Yang biasanya satu kelas diisi 40 siswa mungkin kurang dari itu. Yang penting tetap dua kelas biar guru tidak nganggur," imbuhnya. 

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan mengatakan, fenomena itu terjadi dari tahun ke tahun. Selalu ada SD yang pagunya tidak terpenuhi. Khususnya di pinggiran. Alasannya, banyak masyarakat pinggiran yang pulang ke desa asalnya. Lalu, mereka tiba-tiba ke sekolah saat tahun pelajaran baru. "Kalau siswa tiba-tiba datang ke sekolah, guru tidak boleh menolak," ucap Ikhsan.

Alasan kedua, banyak orang tua yang masih mendaftarkan anaknya ke sekolah di pusat Kota Surabaya. Jadi, siswa yang berdomisili di Surabaya utara, pusat, timur, atau selatan masih mendaftar di SD tengah Kota Surabaya. (bri/ina/c6/nda)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kekurangan Guru Bisa Ditutupi Honorer


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler