jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan produksi dan produktivitasnya melalui program-program andalannya, di antaranya melalui Program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) yang diinisiasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BPPSDMP).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan jika salah satu tujuan IPDMIP adalah meningkatkan pendapatan petani.
BACA JUGA: Kementan Bekali Petani Milenial Digital Marketing untuk Bisnis
Mentan Syahrul sangat berharap program IPDMIP bisa memberikan dampak lebih untuk pertanian.
“Karena program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pertanian, khususnya di Daerah Irigasi (DI) melalui peningkatan produktivitas, pembukaan akses pasar dan jasa keuangan,” ujar Mentan Syahrul.
BACA JUGA: Percepat Regenerasi Petani, Kementan Bangun Lokal Champions
Pada acara Workshop Nasional Koordinasi dan Diseminasi Hasil Integrated Participatory Development and Management Irrigation Project (IPDMIP) di Bali, Jumat (25/8), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa goal atau tujuan yang ingin dicapai dalam program IPDMIP adalah meningkatkan ketahanan pangan serta mata pencaharian masyarakat pedesaan. Serta meningkatkan pertanian irigasi secara berkelanjutan
Selain itu, workshop ini bertujuan menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai oleh IPDMIP selama enam tahun, yaitu dari tahun 2018 hingga 2023.
BACA JUGA: Warga Merekam Detik-Detik Truk Tangki Tabrak Penonton Karnaval di Mojokerto, Ngeri
“Berdasarkan hasil tersebut seyogyanya kita dapat merumuskan kebijakan untuk langkah-langkah ke depan terutama mendorong keberlanjutan dan mereplikasi kegiatan pemberdayaan petani pasca proyek IPDMIP baik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta untuk perbaikan pelaksanaan proyek-proyek sejenis di masa-masa yang akan datang,” ujar Dedi.
Kabadan Dedi menambahkan berdasarkan laporan pencapaian IPDMIP dari sisi penyerapan pinjaman selama enam tahun, hanya mampu memanfaatkan sekitar 45% dari total pinjaman sebesar EUR 93.150.000. Hal ini tentunya pemanfaatan pinjaman tersebut kurang optimal.
Namun, dari sisi pencapaian output, outcome dan dampaknya di lapangan menghasilkan pencapaian yang melebihi dari target yang telah ditetapkan.
“Saya merasa sangat bangga dan mengapresiasi atas atas kerja keras dan dukungan semua pihak yang terlibat baik di pusat, provinsi maupun kabupaten, termasuk para penyuluh dan petani di lapangan,” ungkapnya.
Kabadan Dedi juga menambahkan beberapa capaian penting dari IPDMIP diantaranya adalah jumlah rumah tangga petani yang telah dilayani mencapai 301.653 RTP atau 88,8% dari target.
Tingkat pencapaian ini hampir dua kali lipat dari tingkat penyerapan pinjaman, hal ini berarti telah terjadi efisiensi dalam pemanfaatan pinjaman IFAD.
Berdasarkan hasil survai endline dilaporkan bahwa 95% petani penerima manfaat IPDMIP meningkat produktivitas padinya atau mencapai 126,7% dari target.
“Produktivitasnya meningkat rata-rata 14% per hektar, dari 6,12 ton/ha (saat baseline) menjadi 6,95 ton/ha (saat endline),” kata Dedi Nursyamsi.
Dia menilai peningkatan produktivitas padi berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani.
“Berdasarkan survai endline, bahwa 94% penerima manfaat proyek meningkat pendapatannya, dan 88% meningkat indeks kepemilikan asetnya,” jelasnya.
Secara kualitatif, Dedi juga menilai, dapat pula dikemukakan bahwa perubahan yang paling bermakna yang diwujudkan oleh IPDMIP kepada para penerima manfaat IPDMIP, yakni perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dilanjutkan dengan penerapan atau adopsi teknologi sehingga akan menghasilkan perubahan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang dicirikan dengan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani.
“Perubahan bermakna lainnya yang dirasakan oleh para petani dan penyuluh pertanian, terutama terjadi pada perbaikan layanan penyuluhan yang dilakukan melalui sekolah lapang (SL), forum berbagi pengalaman, kunjungan lintas desa, akses benih bermutu, mekanisasi, dan perbaikan
Sementara itu, hasil analisis finansial dan ekonomi yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa proyek ini tergolong layak, di mana setiap satuan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek memberi manfaat 2,24 kali lipat.
Berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh IPDMIP pada level output, outcome, dan dampak serta perubahan di lapangan.
Dia yakin banyak best practices dan lesson learned yang layak diangkat, disebarluaskan dan dijadikan pelajaran dalam mendorong keberlanjutan dan replikasi kegiatan pemberdayaan petani pascaproyek IPDMIP baik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Di samping itu, kata dia untuk perbaikan pelaksanaan proyek-proyek sejenis di masa-masa yang akan datang.
"Saya senang dan mengapresiasi bahwa hal-hal tadi menjadi topik diskusi pada sebagian besar sesi pertemuan workshop ini, dengan menghadirkan para narasumber, baik dari unsur pemerintah daerah, kelembagaan petani, penyuluh, dan petani sendiri," sambungnya.
Melalui ajang pertemuan workshop ini, yang dihadiri secara bersama oleh Bappenas, Kementerian Keuangan, IFAD dan ADB, dengan masukan dari semua daerah.
Dia berharap momentum ini dapat menghasilkan rumusan strategi dan langkah-langkah ke depan (way forward) setelah IPDMIP berakhir.
"Hal ini guna menjaga keberlanjutan hasil proyek berupa replikasi kegiatan ke lokasi dengan kelompok sasaran yang lebih luas dan Menyusun langkah persiapan yang lebih matang dalam pengelolaan proyek sejenis di masa mendatang," kata Dedi. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-Detik Prajurit TNI Tangkap 8 Geng Motor XTC Bersenjata Tajam, Sukurin
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi