jpnn.com, JAKARTA - Investasi pendidikan menjadi kebutuhan utama untuk dapat mengejar ketertinggalan Papua dari provinsi lainnya di Indonesia.
Karenanya, para putra asli Papua yang belajar di berbagai universitas, merupakan generasi masa depan Papua. Mereka lah yang diharapkan membangun Papua lebih maju lagi di masa mendatang.
BACA JUGA: Mendikbud Lempar Wacana Siswa IPA Dilarang Kuliah Sosial
Terlebih, kata Staf Khusus Mendikbud Bidang Monitoring Implementasi Kebijakan, R. Alpha Amirrachman, pemerintahan Jokowi-JK memberikan perhatian besar pada pembangunan Papua.
"Pemerintah memberikan perhatian sangat besar terhadap Papua. Kebijakan pemerintah Jokowi yang menekankan pembangunan yang Indonesia Centris dan bukan lagi Jawa Centris merupakan kesempatan untuk memacu pembangunan di wilayah timur Indonesia, khususnya Papua," kata R. Alpha Amirrachman saat jadi pembicara di diskusi bertajuk, " Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa Papua di Universitas Indonesia," di ruang Seminar, Gedung Departemen Manajemen FEB UI.
BACA JUGA: Inilah Terobosan untuk Tingkatkan Gaji Guru Honorer
Diskusi itu sendiri digelar oleh PMII UI bekerjasama dengan Prodi Manajemen UI Depok. Dalam diskusi itu, Alpha menekankan lingkungan tempat belajar sangat mempengaruhi movitasi dalam belajar.
Di acara yang sama, Kepala Prodi Departemen Manajemen FEB UI Athor Subroto, mengatakan, dibandingkan dengan mahasiswa asal daerah lain, mahasiswa asal Papua yang kuliah di UI saat ini sangat sedikit jumlahnya.
BACA JUGA: Didukung PTFI, ITB Akhirnya Miliki Gedung Berteknologi Surya
Dia menyebut jumlahnya tidak lebih dari 70 orang. Itu pun dari S1 hingga S3. " Masih minim proporsinya," katanya.
Pembicara laon, Peneliti Abdurrahman Wahid Center UI, Y. Mauritz O. Pangkerogo, mengatakan, perguruan tinggi adalah wadah perjumpaan yang sangat baik. Contohnya, perguruan tinggi seperti UI.
Mahasiswa UI yang berasal dari Sabang hingga Merauke tentu akan membawa pengalaman pendewasaan yang sangat baik untuk membangun kultur yang inklusif.
“Hal ini sangat penting mengingat Indonesia beragam suku dan juga agama. Ini yang membutuhkan saling pengenalan satu sama lainnya untuk mempererat rasa persatuan," ujarnya.
Kristi, Ketua Ikatan Mahasiswa Papua Universitas Indonesia (Imapa), mengatakan, mahasiswa dari Papua biasanya minder dan merasa tidak dapat mengikuti pergaulan dengan mahasiswa daerah lain. Khususnya dengan mahasiwa asal d Jakarta.
Mahasiswi calon dokter gigi asal Biak Numfor tersebut kemudian menceritakan pengalamannya saat ikut tes di UI hingga lolosnya.
Kristi mengatakan, untuk dapat lolos seleksi beasiswa afirmasi sangat sulit. Salah satu kendalanya, keterbatasan informasi dan juga akses geografis. Karena itu rata-rata yang memperoleh beasiswa hanya yang bermukim di perkotaan.
"Teman-teman yang tinggal di pegunungan kurang sekali ditambah dengan kurang tranparansinya proses seleksi yang dilakukan Pemda. Karena itu peningkatan pemerataan mungkin yang perlu menjadi perhatian pemerintah pusat sekarang ini," katanya. (ril/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah Sawit Untuk Pekebun Muda Berwawasan Lingkungan
Redaktur & Reporter : Soetomo