Menteri Pendidikan Australia, Jason Clare, mengumumkan rencana pemerintah untuk hanya menerima 270.000 pelajar internasional di tahun 2025, baik di universitas atau penyedia sekolah kejuruan, yang disebut juga Vocational Education Training (VET).
Ia mengatakan angka tersebut mendekati jumlah pelajar internasional sebelum pandemi COVID-19, tetapi sekitar 20 persen lebih rendah dari yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Rumah Warga Miskin di Timor-Leste Dihancurkan demi Kunjungan Paus
Pemerintah Australia baru-baru ini mengawasi masuknya pelajar internasional di tengah dorongan untuk menekan jumlah migrasi ke Australia.
Berbagai cara telah dilakukan seperti mengubah aturan visa pelajar yang harus dilakukan di luar Australia untuk mencegah pemanfaatan visa demi bisa tinggal lebih lama di Australia.
BACA JUGA: Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
Ada juga perubahan prioritas untuk memproses visa, persyaratan masuk ke Australia yang lebih ketat, dan kenaikan biaya pendaftaran hingga dua kali lipat.
Kami menyediakan empat grafik untuk menggambarkan seberapa besar industri pendidikan internasional di Australia, yang juga menjadi bisnis dan sumber keuntungan terbesar.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Pendiri Telegram Ditangkap Akibat Kejahatan Pornografi Anak-Anak
Berapa jumlah visa pelajar yang disetujui?Jika melihat jumlah visa yang dikeluarkan untuk pelajar di tingkat universitas atau sederajat selama dua dekade terakhir, terlihat ada penurunan tajam pada tahun keuangan 2023-2024.
Jumlah tersebut melonjak setelah pandemi COVID-19, saat Australia mulai dibuka kembali untuk pelajar internasional.
Seperti terlihat dalam grafik yang menggambarkan berapa banyak visa yang dikeluarkan sejak tahun keuangan 2005-2006 di bawah ini.
Profesor Andrew Norton, pakar pendidikan tinggi di Australia, mengatakan pada tahun keuangan 2022-2023, terjadi jumlah pengajuan visa belajar di Australia yang tidak normal akibat penutupan perbatasan Australia terkait pandemi COVID-19.
Jumlah yang besar ini juga didorong banyaknya pengajuan visa yang tertumpuk dan harus ditunda.
Tapi jika dicermati, sebenarnya jumlah visa pelajar internasional yang diberikan pemerintah Australia bertambah setiap tahunnya. Tapi pertumbuhan inilah yang dihindari pemerintah Australia.
"Kami melihat permintaan dan pemberian visa yang cukup kuat hingga akhir tahun 2023 … artinya jumlah orang di Australia yang memiliki visa pelajar akan tetap tinggi meski jumlah wisuda telah menurun tahun ini dan akan menurun lagi tahun depan," kata Profesor Norton.Kebanyakan belajar apa di Australia?
Hingga bulan Mei 2024, ada 810.960 pendaftaran pelajar internasional, termasuk di sekolah menegah, kursus bahasa Inggris, sekolah kejuruan, pendidikan tinggi, serta kursus tanpa gelar.
Mayoritas dari jumlah tersebut terdaftar di lembaga pendidikan tinggi, tapi pertumbuhan terbanyak terjadi di sektor sekolah kejuruan yang meningkat 50 persen sebelum pandemi.
Grafik di bawah menunjukkan jumlah pelajar internasional yang terdaftar di berbagai tingkat pendidikan.
Jumlah yang akan dibatasi oleh pemerintah Australia hanya akan berlaku di universitas dan sekolah kejuruan.
Menteri Pendidikan Australia mengatakan institusi pendidikan harus dirombak dengan semakin banyaknya yang abal-abal.
"Mereka tidak benar-benar beroperasi untuk menyediakan pendidikan untuk pelajar internasional, tapi menjadi pintu belakang untuk orang-orang bekerja di Australia."
Di luar dari pembatasan jumlah pelajar internasional, pemerintah Australia juga sedang mengusulkan undang-undang untuk membatasi penyedia kursus atau studi dalam menerima pelajar internasional.Benarkah pelajar internasional menjadi beban?
Salah satu alasan pemerintah menindak keras jumlah pelajar internasional adalah untuk mengurangi krisis rumah di Australia akibat harga sewa yang semakin mahal.
Dalam pidato anggaran yang disampaikan pemerintah, Bendahara Negara Jim Chalmers mengatakan jumlah mahasiswa internasional telah melebihi kapasitas akomodasi pelajar.
Akibatnya, mereka harus masuk dalam pasar properti bagi warga lain dan menyebabkan harga sewa melonjak.
Tapi analisa dari lembaga Property Council of Australia menemukan hanya ada 13 kawasan di mana pelajar internasional menempati lebih dari 10 persen dari pasar properti yang disewakan.
Secara keseluruhan, pelajar internasional hanya mencapai sekitar empat persen dari total properti yang disewakan di Australia dan jumlah ini termasuk akomodasi khusus pelajar.
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di grafik ini.
Jadi ini membuktikan jika pelajar internasional tidak bisa disalahkan dalam krisis ketersediaan rumah di Australia, seperti yang dikatakan Torie Brown dari lembaga Property Council.
"Kenyataannya adalah mahasiswa internasional tidak bersaing untuk mendapatkan rumah keluarga di pinggiran kota," ujarnya.
"Mereka kemungkinan besar mencari akomodasi atau apartemen mahasiswa yang dibangun khusus di kawasan pusat kota atau dekat universitas."Seberapa besar ketergantungan universitas dari pelajar internasional?
Biaya kuliah bagi mahasiswa internasional menjadi sumber pendapatan terbesar kedua bagi institusi pendidikan tinggi di Australia, bahkan di dunia, setelah subsidi pemerintah.
Misalnya, Torrens University, sebuah universitas swasta di Australia Selatan, yang lebih dari setengah pendapatannya berasal dari biaya kuliah mahasiswa internasional pada tahun 2022.
Begitu juga dengan universitas terbesar di Australia, University of Sydney, dengan 47 persen pendapatannya berasal dari biaya kuliah mahasiswa internasional.
Untuk melihat sumber pendapatan universitas lainnya di Australia bisa dilihat di grafik di bawah ini.Apa tanggapan sejauh ini?
Menteri Pendidikan Australia tidak merinci bagaimana batasan jumlah pelajar internasional akan diterapkan di masing-masing lembaga, tapi menurutnya universitas-universitas kecil yang berada di luar pusat kota akan lebih diuntungkan.
"[Kami] menyiapkan sistem dengan cara yang lebih baik dan lebih adil. Jadi, bukan hanya beberapa universitas yang beruntung yang diuntungkan dari pendidikan internasional, tetapi seluruh sektor," katanya.
Sementara lembaga Group of Eight (Go8), yang membawahi beberapa universitas terbesar di Australia mengkritik keras rencana pemerintah Australia.
Kepala eksekutif Go8 Vicki Thomson mengatakan anggapan bahwa universitas-universitas besar "beruntung" karena memiliki jumlah mahasiswa internasional yang tinggi adalah bentuk "penghinaan".
"[Anggota Go8] bekerja keras dalam penelitian, pendidikan, serta mendukung reputasi Australia di tingkat global sebagai penyedia pendidikan internasional berkualitas tinggi," katanya.
"Sayangnya, dengan pengumuman hari ini tampaknya 'keberuntungan' ini telah habis."
Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari artikel ABC News dan tanggapan pihak universitas.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dokumenter Ice Cold Dianggap Turut Mengubah Persepsi soal Kasus Sianida