jpnn.com - JOMBANG - Isu muktamar Nahdlatul Ulama (NU) tandingan langsung muncul pasca-keputusan tentang penerapan sistem ahlul halli wal aqdi (AHWA) untuk memilih rais aam syuriah dalam pleno Muktamar NU ke-33 di Alun-Alun Jombang. Sebab, penerapan AHWA itu disebut-sebut sebagai kekalahan kubu KH Sholahuddin Wahid dan KH Hasyim Muzadi.
Gus Sholah -panggilan Sholahuddin Wahid- memang merupakan salah satu kandidat untuk ketua umum tanfidziyah PBNU. Sedangkan KH Hasyim Muzadi merupakan kandidat rais aam syuriah PBNU.
BACA JUGA: Wagub Erry Ngaku tak Tahu-Menahu Soal Bansos Sumut
Namun, isu muktamar tandingan itu ditepis KH Abdurrahman Kautsar, putra KH Nurul Huda Jazuli asal Ponpes Ploso, Kediri. Ia menjamin tidak akan ada muktamar NU tandingan.
"Insy Allah saya pikir itu tidak akan terjadi. Itu pihak (yang menolak AHWA, red) tetap kiai-kiai yang tak mungkin melakukan hal itu (menggelar muktamar tandingan, red). Mereka tidak akan pernah menghendaki perpecahan di tubuh NU," kata Kiai Nurul saat konferensi pers di Media Center Muktamar NU di Jombang, Rabu (5/8).
BACA JUGA: Sayang, Pertemuan di Bogor Tak Bahas Potensi Penundaan Pilkada di 86 Daerah
Hal senada disampaikan KH Abdul Salam Shohib, pengasuh Ponpes Mambaul Maarif Denanyar, Jombang. Menurutnya, di NU tidak ada yang namanya forum tandingan seperti yang berkembang itu.
"Insya Allah tidak. Di Nahdlatul Ulama terkenal diawali gegeran (ricuh, red) dan diakhiri ger-geran (tertawa)," pungkasnya.
BACA JUGA: 233 Penerima Bansos Belum Buat LPj
Informasi adanya muktamar 'tandingan' berkembang di media center SMAN 1 setelah sejumlah PWNU, PCNU yang menolak sistem AHWA, melakukan pertemuan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Pertemuan itu digelar setelah pleno muktamar mengumumkan 9 kiai yang duduk dalam tim AHWA untuk memilih rais aam syuriah PBNU.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 45 Warga Myanmar Diduga Korban Trafficking Diboyong ke Mabes
Redaktur : Tim Redaksi