jpnn.com - JAKARTA - Pakar hukum tata negara Margarito Kamis meminta calon presiden PDI Perjuangan, Jokowi Widodo agar menjelaskan terlebih dahulu idenya tentang revolusi mental. Sebab, jika revolusi mental gagasan capres yang dikenal dengan sapaan Jokowi itu tidak dijelaskan ke publik maka bisa-bisa malah mengungkit luka lama.
"Soekarno dulu juga mencanangkan revolusi. Tapi dalam praktiknya, revolusi yang dimaksud Soekarno menjadikan DPR dan MPR ex officio bagian dari pemerintah. DPR yang mencoba menyusun RUU APBN langsung dibubarkan," kata Margarito di Jakarta, Kamis (15/5).
BACA JUGA: Salah Pilih Cawapres, Jokowi Bakal Ditinggal Swing Voters
Margarito menambahkan, corak revolusi yang diusung oleh Presiden RI pertama itu telah mendorong lahirnya Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. "Barangkali, dengan semangat revolusi itu juga Soeharto menjadikan dirinya sebagai penjabat presiden dan tidak mau dilantik sebagai presiden oleh DPR," ujarnya. Padahal, kata Margarito, konsep penjabat presiden tidak ada dalam UUD 1945.
Karenanya Margarito berharap Jokowi bisa menjelaskan pokok-pokok perubahan yang ditawarkan dalam revolusi mental. Misalnya upaya merevolusi pejabat bermental korup atau elit politik pemburu rente.
BACA JUGA: Rachmat Yasin Merasa Terenggut Haknya
"Di mana pun itu lokasi proyeknya, harus beli ke Jakarta. Jadi Jokowi jangan asal wacana kalau belum paham betul duduk perkaranya mengingat bangsa ini terlalu besar," pungkasnya. pinta dia.(fas/jpnn)
BACA JUGA: Rahmat Yasin Sempat Marah Ingin Bekerja Lagi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yakin Pesaing Jokowi Kalah, PDIP Ogah Mainkan Fitnah
Redaktur : Tim Redaksi