jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Budaya Fahmi Prihantoro menyampaikan kritik keras terhadap kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) yang akan berlangsung 7 hingga 13 Oktober.
Kegiatan yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan itu dinilai cenderung bersifat selebrasi.
BACA JUGA: Osmar Tanjung: Kebudayaan Ampuh untuk Cegah Radikalisme
"Kegiatan tersebut hanya mengulang-ulang. Karena setiap daerah sudah punya program," kata Fahmi di Jakarta, Jumat (9/8).
Acara tersebut dianggap Fahmi belum menyentuh hal mendasar dari kebudayaan itu sendiri, yang tidak hanya menyangkut seni budaya. "Acara ini belum mampu menciptakan dan membiasakan budaya baru yang sesuai zaman," kritiknya.
BACA JUGA: Gerakan Indonesia Berkebaya Setiap Selasa, ke Kantor dan Pasar
Bahkan katanya, kegiatan tersebut terkesan cuma menghabiskan anggaran. Di samping itu tidak tepat PKN disamakan seperti kegiatan PON.
"Dilihat dari sudut pandang budaya, apakah seni atau produk budaya yang notabene tiap daerah punya ciri khas, bisa dikompetisikan?," sergah Fahmi.
BACA JUGA: Bangun Peradaban Indonesia, Butuh Restorasi Pancasila
BACA JUGA: Jika Serius Ingin Tuntaskan Honorer K2, Syarat Pendaftaran PPPK Harus Diubah
"Mestinya seni budaya tidak harus dikompetisikan, melainkan dikembangkan supaya terus lestari. Berbeda dengan kompetisi olah raga karena prestasi olah raga bermuara pada kompetisi tingkat internasional yang membawa kebanggaan bangsa," sambungnya.
Fahmi menegaskan, pemerintah belum mampu mengembangkan budaya Indonesia di era 4.0 yang semakin mengancam generasi muda, yakni serba pragmatis, konsumtif dan kehilangan identitas. Hal ini tentunya tidak perlu dibangun.
"Jadi saya anggap enggak efektif, dan Indonesia belum bahagia," ucapnya.
Ditjen Kebudayaan Kemendikbud akan menggelar PKN pada 7-13 Oktober 2019 di Istora Senayan, Jakarta. PKN dijadikan sebagai ruang bersama yang akan mewujudkan #IndonesiaBahagia.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, PKN memberikan dampak besar bagi seluruh lapisan masyarakat. Setidaknya ada lima kegiatan utama dalam PKN yaitu kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi kebudayaan, dan pergelaran karya budaya bangsa.
Hilmar membantah bila PKN tidak efektif. "Kita kan satu masyarakat yang memang senang bermain, karena karakter manusia homo ludens, jadi karakter yang melekat pada kita. Jadi elemen permainan itu kita coba tonjolkan. Kita anggap ini kombinasi yang bagus,” ujar Hilmar.
Kegiatan tersebut lanjutnya, bisa mencari permainan rakyat yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan, fasilitas, atau logistik yang rumit.
"Permainan tradisional termasuk dalam objek pemajuan kebudayaan. Kemudian kegiatan Konferensi Pemajuan Kebudayaan akan menjadi ruang pencerahan publik yang bertujuan mempersiapkan perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan," tegasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendikbud Bantu Pemulangan 20 Ribu Kerangka Serdadu Jepang
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad