jpnn.com - JAKARTA – Presiden Jokowi diminta agar jangan paranoid terhadap Koalisi Merah Putih (KMP). Justru yang harus diwaspadai adalah jajaran internal partai-partai pendukungnya di Koalisi Indonesia Hebat (KIH), termasuk Wapres Jusuf Kalla.
Peringatan itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Indonesia Prof Dr Muhammad Budyatna setelah melihat sikap KIH yang bersikeras mendirikan DPR tandingan.
BACA JUGA: Seriusi Moratorium Perizinan Kapal, Susi Rangkul Polri
”Jokowi justru harus lebih khawatir dan mewaspadai KIH. KMP jelas posisinya sebagai lawan, tapi KIH itu teman yang bisa menikam dari belakang. Kalau saya jadi Jokowi saya akan lebih takut kepada KIH,” tutur Budyatna di Jakarta, Senin (3/11).
Menurutnya, Jokowi juga harus berhati-hati terhadap partai utama pendukungnya, yakni PDIP. Sebab banyak elite di PDIP yang sudah berjuang untuk kemenangannya, sekarang sakit hati karena tidak terakomodir di dalam kabinet.
BACA JUGA: Penetapan UMP 2015 Lewati Deadline
Selain itu, banyak tim relawan yang sudah berjuang habis-habisan dalam pemilu lalu juga sakit karena tidak masuk pula perwakilan mereka ke dalam cabinet.
”Jadi sekarang banyak barisan sakit hati di PDIP ini. Mereka tidak akan menolong Jokowi kalau dia dikhianati oleh JK. Ditambah lagi sangat banyak tokoh-tokoh di relawan yang juga sakit hati. Mereka tidak akan tinggal diam apalagi faktanya justru Jokowi menerima usulan nama-nama menteri dari JK,” terang Budyatna yang juga Guru Besar Ilmu Politik UI ini.
Saat ini di kabinet Jokowi tak ada satu pun menteri yang bisa loyal kepada Jokowi, karena memang tidak ada loyalis Jokowi di dalam kabinetnya. ”Sekarang Jokowi sendirian, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena harus mengakomodir kepentingan orang-orang tersebut,” tukas Budyatna.
Nama-nama yang menjadi menteri, kata Budyatna, justru orang-orang Jusuf Kalla yang banyak mendapat jabatan. Dicontohkannya, PKB sejak awal memang ingin JK yang menjadi capres,
Ketum Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh juga punya hubungan khusus dengan JK. Sedangkan Partai Hanura dengan Ketua Umum Wiranto pernah menjadi cawapres JK dalam Pilpres 2009 lalu.
Termasuk PPP yang masuk ke KIH sekarang adalah kelompok yang dimotori Suharso Monoarfa, pernah menjadi anak buah JK di perusahaannya, sehingga Suharso ngotot mendorong PPP mendukung Jokowi karena JK yang menjadi cawapresnya.
BACA JUGA: Guru TK JIS Tidak Melihat Ada Trauma
”Ini artinya semua barisan menteri di Kabinet Jokowi adalah orang-orangnya JK. Ini faktanya. Sayangnya Jokowi hanya melihat Prabowo saja sebagai musuh,” imbuh Budyatna.
Jokowi menurut Budyatna hanya mengambil elite kelas dua di PDIP untuk menjadi menteri, sementara kelompok elite kelas satu di PDIP seperti Pramono Anung, Eva Kusuma Sundari, Rieke Diah Pitaloka, Maruarar Sirait, Arief Wibowo, Arif Budimanta, Hasto Kristianto justru tidak diakomodir Jokowi.
”Jokowi seperti dijebak, langsung disodori dan dipaksa mengambil lapis kedua PDIP,” tukasnya lagi.
Berbagai langkah yang dilakukan KIH, yang salah satunya membentuk DPR tandingan adalah blunder bagi Jokowi. Sedangkan kekalahan KIH terhadap KMP, termasuk dalam proses pemilihan pimpinan DPR dan MPR bisa jadi disengaja. Tujuannya agar pemerintahan Jokowi tidak berlangsung lama. (ind)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buku Agama Budha Dikorupsi, 5 Orang Jadi Tersangka
Redaktur : Tim Redaksi