jpnn.com - JAKARTA - PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) selaku pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menerima tipping fee sebesar Rp 199 miliar per tahun. Meski demikian, dana tersebut tidak bisa menutupi biaya operasional.
“Kami merugi. Biaya operasional lebih dari Rp 200 miliar per tahun,” kata Direktur Utama PT NOEI Agus Nugraha Santoso usai rapat dengan Komisi D DPRD DKI di Gedung DPRD, Jakarta, Kamis (29/10).
BACA JUGA: Pemprov DKI Tangkap Mafia Rusun Marunda, Begini Kata Ahok...
Agus menjelaskan, total tipping fee yang diterima pihaknya sebenarnya sebesar Rp 255 miliar. Namun, jumlah tersebut dipotong pajak penghasilan dan community development. “Jadi yang kami terima tinggal Rp 199 miliar,” ucapnya.
Agus menyatakan, anggaran yang didapat PT NOEI dimanfaatkan untuk membayar berbagai kebutuhan. Seperti gaji karyawan, pemeliharaan sarana dan prasana, beli solar, perawatan alat berat, memproses air limbah supaya kualitasnya bagus, dan buat penghijauan. “Itu semua di luar biaya listrik,” sambungnya.
BACA JUGA: GILA, Cuma Golkan Pengadaan Alat Ini, Anggota DPRD DKI Minta Fee Rp 21 Miliar
Menurut Agus, kerugian yang dialami perusahaannya sudah terjadi sejak 2010.
Kerugian disebabkan karena volume sampah yang besar. Karenanya, PT NOEI berharap volume sampah akan menurun.
BACA JUGA: Pengebom Ini Mirip Nama Sebuah Tank TNI, Ingin Ledakan di Mal Alam Sutera, Dasyat!
"Tapi ternyata yang kami harapkan tidak kunjung datang. Karena volume sampahn ya makin naik. Rata-rata kami terima sampah per hari itu 5.560 ton,” ungkap Agus. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siap Swakelola TPST Bantargebang, Ini Kebutuhan Dana Dinas Kebersihan DKI
Redaktur : Tim Redaksi