jpnn.com, BATAM - Batam sudah ditetapkan sebagai hub digital pada pertemuan International Monetary Fund (IMF) di Bali, beberapa waktu lalu. Setelah pertemuan itu, 56 investor asing di bidang digital akan ramai-ramai ke Batam.
Badan Pengusahaan (BP) Batam yang mengelola kawasan perdagangan bebas Batam sudah mempersiapkannya. Namun masih menunggu arahan dari pemerintah pusat soal pelaksanaannya.
BACA JUGA: Penculik Bermodus Tanya Alamat Kembali Beraksi di Batam
"Kami masih menunggu arahan dari pemerintah pusat soal ini," kata Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo belum lama ini.
Dia sangat menyambut baik momen tersebut, karena memang sudah lama BP memimpikan Batam jadi pusat industri digital di Indonesia.
BACA JUGA: Buron 4 Tahun, Terpidana TPPO Ditangkap di Kupang
Industri digital nanti akan terpusat di Nongsa. Di kawasan tersebut sudah ada Nongsa Digital Park yang memiliki infrastruktur yang baik dan juga ada industri kreatif disana seperti Kinema Studio.
Sistem kabel fiber optik juga sudah tertata dengan baik. Kemudian akses Batam yang berdekatan dengan Singapura dan hampir semua orang Batam melek digital sehingga memudahkan untuk mencari tenaga kerja yang kompeten.
BACA JUGA: Okkie Fernando Ditangkap Saat Selundupkan Sabu-sabu ke Lapas
Di tempat yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan jika industri digital dikembangkan di Batam, maka dampaknya akan besar.
"Jika terealisasi, maka dampaknya terhadap Batam sangat positif. Jadi kami menunggu realisasinya," paparnya.
Singapura katanya sudah berminat berinvestasi di bidang digital di Batam. "Sekarang Batam baru memaksimalkan yang sudah ada seperti Kinema di Nongsa dan berharap tambahan dari Singapura," ucapnya.
Terpisah, Sekretaris Asosiasi Digital Entrepeneurship Indonesia (ADEI) Kepri Ammar Satria mengatakan dengan penetapan Batam sebagai digital hub, maka Batam harus lebih terbuka.
"56 perusahaan akan masuk dari Singapura. Jadi harus ada tindak lanjut. Dengan bekerjasama dengan negara tetangga, maka ekonomi Batam akan lebih baik," katanya.
Penyebab hijrahnya perusahaan-perusahaan digital dari Singapura karena sewa tempat yang mahal disana.
"Untuk sewa co-working space per kursi saja dikenakan tarif 50 Dolar Singapura perhari," jelasnya.
Industri-industri seperti ini tak butuh lahan yang luas untuk operasional, yang dibutuhkan hanyalah meja kerja. Dan itu bisa diperoleh dengan murah di Batam.
"Sisi positif lainnya adalah kompetisi lebih meningkat sehingga industri digital di Batam akan ikut berkembang. Di sisi lain, jika mampu bekerjasama, maka akan mendapat serapan ilmu," pungkasnya.(leo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR: Lahan di Batam Tak Boleh Jadi Hak Milik
Redaktur & Reporter : Budi